Tentangsinopsis.com – Sinopsis 18 Again Episode 4 Part 1, Pastikan Kamu juga lihat daftar lengkapnya di tulisan yang ini. Yuk simak juga Episode sebelumnya baca di sini.
Saat itu, April tahun 2000. Ae Rin keluar dari kelas sambil membawa buku Sejarah Korea. Tiba-tiba, langkahnya terhenti karena sesosok pria yang tiba-tiba muncul di depannya sedang melakukan teknik spinning. Ae Rin terpana, apalagi setelah melihat wajah sosok itu yang ternyata Dae Young. Dae Young melihat Ae Rin dan memberikan senyumannya. Ae Rin tambah terpesona.
Dae Young beranjak melewati Ae Rin. Ae Rin berbalik. Rambutnya beterbangan saat ia berbalik. Dia melihat Dae Young.
Narasi Ae Rin terdengar.
“Semua wanita juga punya cinta pertama.”
Matahari hampir tenggelam. Dengan wajah tersipu malu, Ae Rin memberi Dae Young setoples penuh berisi burung bangau origami. Dae Young tanya alasan Ae Rin memberinya itu.
Ae Rin bilang itu karena dia menyukai Dae Young.
“Terima kasih Ae Rin-ah. Tapi aku tidak bisa menerima ini.” jawab Dae Young.
Ae Rin terkejut dan tanya alasannya.
Dae Young bilang dia akan masuk tim basket nasional dan tidak punya waktu untuk berkencan sekarang.
Dae Young pergi setelah mengembalikan toples penuh burung bangau origami itu.
Ae Rin kecewa.
Narasi Ae Rin terdengar lagi. Dia lebih memilih basket daripada aku. Tapi aku menghargai impiannya.
Ae Rin pergi ke ruangan basket. Dia tersenyum layaknya orang jatuh cinta, sambil membawa kertas bertuliskan kalau dia akan menunggu Dae Young.
Tapi sampai sana, dia malah melihat Dae Young sedang mengajari Da Jung basket. Dae Young juga membelai kepala Da Jung.
Ae Rin tidak terima.
Ae Rin : Dia bilang tidak punya waktu untuk berkencan.
Ae Rin meremas kertasnya.
Ae Rin dan kedua temannya mendekati Da Jung yang lagi menulis di kelas.
Ae Rin bersikap ketus ke Da Jung.
“Kau murid pindahan, Jung Da Jung?”
“Ya.”
“Keluar.” ucap Ae Rin dengan galak.
Tahu-tahu mereka berempat sudah babak belur.
Ae Rin memperingatkan Da Jung. Dia bilang Da Jung harus sadar posisinya sekarang.
Ae Rin : Aku akan berhenti disini hari ini tapi sebaiknya kau hati-hati.
Ae Rin dan kedua temannya pergi tapi tiba-tiba saja Ae Rin terjatuh.
Da Jung sedikit tertawa melihat Ae Rin jatuh.
Kedua teman Ae Rin memapah Ae Rin. Ae Rin menoleh ke Da Jung, menatapnya galak lalu pergi bersama dua temannya.
Suatu hari, Ae Rin ditindas beberapa siswi. Beberapa siswi itu mengambil paksa tas Ae Rin. Tapi Ae Rin menolak menyerahkan tasnya.
Kedua teman Ae Rin lewat tapi mereka lari tanpa menolong Ae Rin karena takut.
Da Jung yang melihat itu, bergegas membantu Ae Rin. Dia melemparkan tas miliknya ke salah satu siswi yang mengganggu Ae Rin.
“Apa ini?” tanya siswi yang memegang tas Da Jung.
“Perlengkapan keamanan. Pegang yang erat.” jawab Da Jung.
Da Jung lalu mundur beberapa langkah dan melayangkan tendangannya ke siswi yang memegang tasnya.
Setelah itu, Da Jung mengajak Ae Rin lari tanpa mengambil tasnya.
Ae Rin dan Da Jung berhenti di tikungan.
Ae Rin : Mereka itu tidak akan membiarkanmu.
Da Jung : Suruh mereka menyerangku. Aku tidak takut.
Da Jung lalu ingat tasnya. Ia panic dan bilang kalau ibunya pasti akan membunuhnya jika tahu. Ae Rin menertawakan Da Jung yang takut pada ibunya tapi tidak takut pada para siswi tadi.
Da Jung jadi ikut tertawa juga.
Narasi Ae Rin terdengar lagi.
“Tanpa kusadari, sainganku menjadi sahabatku.”
Dan disaat pertandingan basket yang sangat penting bagi Dae Young, Dae Young membuang bolanya dan pergi begitu saja.
Ae Rin terkejut dan pergi menyusul Dae Young.
Ae Rin melihat Dae Young bersama Da Jung. Ini adalah saat Dae Young sudah tahu bahwa Da Jung hamil.
Ae Rin kecewa.
“Begitulah cinta pertamaku berakhir.”
11 tahun kemudian, saat rapat alumni kelas ke-20 SMA Serim 2012. Seorang wanita ber-high heels, berpakaian merah dan berkacamata hitam datang ke reuni.
Wanita itu membuka kacamatanya. Ternyata dia Ae Rin. Ae Rin langsung menyapa teman-temannya.
Da Jung yang berpakaian kuning. Ae Rin bergegas duduk disamping Da Jung.
Teman-teman mereka penasaran Ae Rin bekerja dimana.
Ae Rin memberikan kartu namanya. Dia seorang pengacara untuk Firma Hukum Tae Baek.
Teman2nya kagum karena itu firma hukum terkenal. Ae Rin bilang gak tahu karena dia stay di New York selama ini.
Ae Rin menatap Da Jung. Dia bilang, kecantikan Da Jung masih yang terbaik di distrik itu.
Temannya menyahut, kalau Da Jung yang paling cantik, maka Dae Young pria paling tampan di Korea.
Da Jung : Itu berita lama. Dae Young dan aku juga semakin tua.
Ae Rin tanya kapan Dae Young datang.
Da Jung melirik jam nya dan bilang sebentar lagi.
Ae Rin gak sabar mau ketemu cinta pertamanya.
Pintu terbuka dan sepasang kaki melangkah masuk. Ae Rin langsung mengibaskan rambutnya dan menoleh ke pintu. Begitu juga teman-temannya. Mereka penasaran siapa yang datang.
Ae Rin ingat saat dulu terpesona pada Dae Young yang melakukan spinning di depannya.
Dia juga ingat saat mendukung Dae Young di pertandingan basket di barisan paling depan.
Dae Young pun masuk. Tapi mereka semua mengira itu bukan Dae Young karena penampilan Dae Young.
Da Jung mengangkat tangannya, memanggil Dae Young. Dae Young menyahut dan langsung bergabung di meja yang diduduki Da Jung.
Sontak lah semuanya kaget tahu itu Dae Young. Bahkan salah satu teman mereka ada yang kabur setelah melihat wajah Dae Young sekarang.
Ae Rin juga kecewa melihat Dae Young sekarang.
Hanya tinggal beberapa orang di reuni. Ae Rin yang frustasi karena Dae Young sekarang tidak sesuai dengan bayangannya, minum-minum cukup banyak.
Ae Rin lalu melihat cara Dae Young makan.
Ae Rin : Kau merusak kenanganku.
Ae Rin yang mabuk, lalu pingsan.
Dae Young heran melihat Ae Rin pingsan saat minum.
Narasi Ae Rin : Cinta pertamaku, yang membuat jantungku berdebat saat itu, menjadi pria paru baya.
[Episode 4, Laki-laki yang Kita Cintai Saat Itu]
Woo Young berdiri di depan pintu kelasnya. Dia geram mendengar kata-kata Ja Sung yang menghina Da Jung dan Si A.
Woo Young masuk. Dia mau memberi tinjunya. Tapi Ji Ho meninju Ja Sung duluan. Ja Sung tak terima. Apalagi melihat darah di bibirnya.
Ja Sung yang tersungkur akibat dipukul Ji Ho, berdiri dan mendorong Ji Ho. Dia bilang akan membunuh siapa pun yang memukulnya.
Ji Ho tak gentar dan menantang Ja Sung untuk membunuhnya. Mereka berkelahi, sampai akhirnya Ja Sung berhasil membuat Ji Ho terjatuh.
Ja Sung lalu menendang Ji Ho membabi buta. Kedua teman Ja Sung berusaha menghentikan Ja Sung. Tapi Ja Sung mendorong mereka, lalu mematahkan tangkai sapu dan berniat memukul Ji Ho dengan itu.
Tapi Woo Young mencengkram tangan Ja Sung saat Ja Sung berniat memukul Ji Ho.
Ja Sung marah. Dia menyuruh Woo Young melepasnya.
Woo Young menatap tajam Ja Sung.
“Kerahkan seluruh kemampuanmu.” jawab Woo Young.
Perlahan tangan Ja Sung yang memegang tangkai sapu melemah.
Melihat itu, Ji Ho berdiri dan kembali menyerang Ja Sung sampai keluar kelas.
Ja Sung mau membalas. Tapi guru tiba-tiba datang menghentikan mereka. Guru meminta keduanya ikut dengannya.
Ji Ho dan Ja Sung pergi.
Woo Young keluar dari kelas dan terdiam memandangi kepergian Ji Ho.
Di tangga, Si A papasan dengan Ja Sung dan Ji Ho. Si A terdiam melihat Ji Ho babak belur.
Keduanya disidang di ruang guru. Mereka ditanya alasan berkelahi. Baik Ji Ho dan Ja Sung tak ada yang menjawab.
“Baik. Kalian tidak akan memberitahuku? Jika kau merasa tidak nyaman memberitahuku, kita beri tahu orang tua kalian.”
Ja Sung yang tak mau orang tuanya tahu, mengatakan kalau Ji Ho memukulnya duluan.
Ji Ho ditanya alasan kenapa memukul Ja Sung.
“Dia melarangku untuk menerimanya.”
“Apa? Tidak menerimanya? Siapa yang bilang begitu? Apa itu teman? Atau dia lebih tua? Siapa yang memberitahumu?”
Il Kwon datang. Dia bilang anak-anak tumbuh dengan berkelahi dan akan menghubungi orang tua mereka. Il Kwon pun diminta oleh guru yang menyidang Ji Ho dan Ja Sung untuk menjaga sikap para anggota tim basket.
Il Kwon mengerti dan mengajak Ja Sung dan Ji Ho keluar. Tapi sampai diluar, dia menyuruh keduanya kembali ke kelas.
Setelah mereka pergi, Il Kwon menghubungi ayah Ja Sung.
Ayah Ja Sung bukan orang sembarangan. Sepertinya dia pemilik perusahaan. Il Kwon bilang Ja Sung membuat banyak masalah di sekolah. Tapi setelah itu dia minta Presdir Goo tidak khawatir. Dia bilang akan menjinakkan Ja Sung. Lalu ia menyinggung daftar pemain inti tim basket dan tanya kapan Presdir Goo punya waktu luang. Presdir Goo bilang akan segera menemui Il Kwon.
Pak Moon membaca komentar negatif soal Da Jung. Bahkan ada yang minta Pak Moon mundur. Pak Heo coba menenangkan Pak Moon. Dia bilang, seenggaknya tayangan mereka ditonton banyak orang.
Pak Moon bilang, apa gunanya JBC punya video yang ditonton banyak orang.
Pak Heo minta maaf. Dia bilang tidak berpikir sampai sana.
Pak Moon bangkit dan melihat Da Jung dari jendelanya. Lalu ia minta Pak Heo membuat Da Jung tak bisa menjalani masa percobaan dan pergi dengan sendirinya. Pak Heo mengiyakan.
Di pantry, Ja Young, Yu Mi dan Ki Tae sedang membaca komentar negatif soal Da Jung.
Ja Young merasa kasihan pada Da Jung. Dia bilang komentar netizen terlalu jahat.
Tapi Yu Mi yang benci Da Jung, tidak merasa begitu.
Yu Mi : Dia mungkin berpikir menjadi bintang karena basah kuyup, tapi dapat komentar kebencian. Ini sebabnya wanita harus sukses sebelum bertambah tua. Setelah kau tua, hanya ada komentar kebencian bagaimanapun juga.
Ja Young kesal dan menegur Yu Mi.
Da Jung datang. Dia bilang itu lebih baik daripada tak ada komentar.
Yu Mi berdiri dan mengaku khawatir pada Da Jung dengan semua komentar buruk itu. Dia yakin Da Jung kecewa.
Ki Tae dan Ja Young geleng-geleng kepala melihat Yu Mi yang bermuda dua.
Da Jung : Kecewa? Mereka semua ada benarnya.
Ja Young : Kau sungguh baik-baik saja? Apa kata atasan?
Da Jung : Untuk mengisi kembali ruang istirahat.
Yu Mi diam-diam menertawakan Da Jung. Dia senang.
Di ruang arsip, Da Jung sedang membereskan barang-barang. Dia lalu duduk sebentar dan memeriksa komentar kebencian padanya.
“JBC juga korban.”
“Mana mereka tahu dia seorang ibu?”
“Dia harus di rumah membesarkan anaknya.”
“Dia siapa? Aku sama sekali tidak menyukainya.”
Tapi ada komentar yang membela Da Jung.
“Bukankah dia ibu terbaik jika pekerjaannya bagus dan anak tumbuh dengan baik?”
Da Jung berpikir itu Si A.
Da Jung kembali membaca komentar kebencian.
“Kasihan anak-anaknya.”
“Aku benci memiliki ibu seperti dia.”
Ada lagi komentar yang membela Da Jung.
“Memang kau orang suci? Pikirkan saja hidupmu sendiri.”
Da Jung membaca lagi komentar negatif terhadapnya.
“Kau tidak tahu malu tampil di TV seolah tidak terjadi apa-apa.”
Lalu dia menemukan komentar yang membelanya lagi.
“Dia telah bertanggung jawab. Menurutku, itu agak menginspirasi.”
Da Jung bertanya-tanya, apa itu Si A?
Da Jung mengirimi pesan pada dua anaknya. Dia tanya, apa di sekolah baik-baik saja?
Si Woo yang berdiri di koridor sekolah, melihat teman-temannya membicarakan ibunya.
Si Woo berbohong, bilang semua baik-baik saja.
Tapi Da Jung tahu Si Woo bohong. Tak lama, Si A juga bilang baik-baik saja. Dan Da Jung juga tahu Si A bohong.
Si A di tangga, membalas pesan ibunya. Lalu Ja Sung datang. Si A memanggil Ja Sung dengan dingin.
Si A : Aku dengar semuanya.
Ja Sung : Lalu kenapa?
Si A : Aku akan mengabaikannya karena itu tidak pantas didengar.
Ja Sung tersenyum mengejek.
Si A : Tapi aku tidak bisa mengabaikan kau menghina ibuku.
Si A mengambil ancang-ancang lalu meninju perut Ja Sung. Cukup keras, karena Ja Sung merasa kesakitan.
Ja Sung marah, beraninya kau…
Si A : Coba bicara lagi kalau berani.
Si A pergi. Ja Sung meneriaki Si A.
Si A berbalik.
“Satu lagi. Jika kau menyentuh Si Woo lagi, kita akan terlibat masalah besar.”
Si A pergi.
Woo Young masuk ke kelas dan duduk di sebelah Ji Ho. Dia terus menatap Ji Ho.
“Nak, lihat dirimu sudah besar. Kau bahkan bisa menyebabkan masalah.” ucapnya dalam hati.
Ji Ho yang gak nyaman ditatap Woo Young, menutupi wajahnya dengan tangannya.
Woo Young memberikan Ji Ho es batu. Tapi Ji Ho bilang dia baik-baik saja.
Woo Young : Ibumu akan mencemaskanmu jika kau pulang dengan wajah bengkak begitu.
Woo Young mau mengkompres lebam-lebam Ji Ho tapi Ji Ho bilang biar dia saja.
Ji Ho mulai mengkompres lebam-lebamnya.
Si A masuk dan melihat Ji Ho. Lalu dia duduk di bangkunya dan mengirimi Ji Ho pesan.
Si A : Kau baik-baik saja?
Ji Ho membalas, ya.
Si A : Datanglah ke toserba sepulang sekolah.
Ji Ho : Baik.
Ja Sung masuk dan menatap Si A juga Ji Ho secara bergantian.
Di kantor, Pak Heo bilang pada semua staf kalau mereka akan ada acara makan malam hari itu.
“Selesaikan tugas kalian.” suruh Pak Heo.
Ki Tae tanya, makan malam untuk apa.
Pak Heo : Kau bisa melewatkannya jika ada masalah.
Ki Tae : Tentu saja tidak.
Pak Heo : Jika ada hal lain, kau boleh melewatkannya. Tapi Bu Jung, kau harus hadir, jadi, jangan lewatkan.
Da Jung agak kaget dia diminta harus hadir. Tapi dia mengiyakan akan hadir. Pak Heo pergi.
Ki Tae tanya, kenapa hanya Da Jung yang harus hadir.
Yu Mi : Mungkin ini makan malam staf untuk menghiburnya.
Da Jung : Aku meragukannya.
Makan malam staf dimulai tapi ada Ji Hoon dan temannya juga di sana.
Semua staf menyuruh Da Jung melemparkan air pada teman Ji Hoon yang menyiram Da Jung dengan air saat wawancara.
Ki Tae dan Ja Young kesal melihatnya.
Ki Tae : Kurasa mereka memanggilnya untuk ini.
Ja Young : Sudah kuduga. Mereka tidak akan menghiburnya.
Ki Tae : Kukira ini makan malam penting, aku melewatkan pelajaran bahasa Mandarin untuk ini.
Yu Mi melihat Ji Hoon yang duduk di depannya. Karena ada Ji Hoon di sana, Yu Mi pura-pura mendukung Da Jung. Dia mengajak Ki Tae dan Ja Young mendukung Da Jung menyiram teman Ji Hoon dengan air.
Da Jung tidak bisa.
Pak Moon memberi semangat Da Jung dan menyuruh Da Jung menerima permintaan maaf teman Ji Hoon dengan cara menyiram teman Ji Hoon.
Da Jung akhirnya mengalah. Dia bilang akan melakukannya.
Da Jung mengambil ancang-ancang tapi setelah hitungan ketiga, dia hanya memercikkan air ke wajah teman Ji Hoon.
Lalu dia mengajak semua bersulang untuk tim Ji Hoon.
Da Jung duduk semeja dengan Pak Heo, Pak Moon, Ji Hoon, temannya Ji Hoon dan juga atasan Ji Hoon.
Pak Moon : Terima kasih sudah menerima permintaan sulit ini, Pak.
“Bukan apa-apa. Karena video itu, kami dapat banyak keluhan di kantor tim.” jawab atasan Ji Hoon.
“Orang-orang sinis karena dia sudah tua dan menjadi ibu, jadi, ini kesempatan bagus baginya untuk memberi kesan baik juga. Dia mungkin bersyukur kau memikirkan ide ini.” ucap Pak Moon.
“Begitu? Aku senang sekali datang ke sini untuk meminta maaf tapi aku juga dapat ucapan terima kasih.” jawab atasan Ji Hoon.
“Jika kau sangat berterima kasih, buat wawancara eksklusif dengan Ye Ji Hoon.” ucap Pak Moon.
Pak Moon lalu memanggil Yu Mi dan menyuruh Da Jung pindah.
Ji Hoon yang melihat itu kesal. Dia tahu Da Jung sedang diperlakukan tidak adil.
Da Jung bergabung dengan Ja Young dan Ki Tae.
Atasan Ji Hoon ingin tahu umur Yu Mi. Yu Mi dengan bangga bilang dia masih 24 tahun.
“Begitu rupanya. Pantas saja. Kulitnya bagus.” puji atasan Ji Hoon.
Pak Moon menyuruh Yu Mi melakukan wawancara dengan Ji Hoon.
Pak Moon juga bilang Yu Mi dan Ji Hoon serasi.
Tapi Ji Hoon menolak. Dia mau Da Jung yang mewawancarainya. Tentu saja Da Jung kaget Ji Hoon memilihnya.
Pak Moon mencari-cari alasan buat mendepak Da Jung. Dia bilang reputasi Da Jung tidak bagus dan Ji Hoon tidak akan diuntungkan jika berurusan sama Da Jung.
Ji Hoon : Itu tidak penting.
Pak Moon : Alih-alih diwawancarai oleh seorang ibu, akan jauh lebih baik diwawancarai oleh seorang wanita muda.
Ji Hoon : Astaga, aku semakin tua, lebih nyaman di dekat para ibu.
Ji Hoon menuangkan minuman ke gelas Pak Moon. Pak Moon terpaksa menerima permintaan Ji Hoon.
Ji Hoon menatap Da Jung. Da Jung yang gugup dan tak nyaman, pura-pura sibuk dengan minumannya.
Si Woo dan Woo Young di lapangan basket. Si Woo tampak sedih. Melihat itu, Woo Young pun mendekati Si Woo.
Woo Young : Kurasa itu sangat mengganggumu. Anak-anak akan berhenti. Jangan terpengaruh.
Si Woo : Bagaimana mungkin? Mereka membicarakan ibuku.
Woo Young : Kau mengkhawatirkan ibumu? Jika begitu, kau harus meneleponnya.
Tapi Si Woo malu. Aku merasa canggung. Apa yang akan kukatakan padanya?
Woo Young : Kau tahu, katakan kau cemas dan tanya kondisinya.
Si Woo : Astaga.
Woo Young : Lihat dirimu. Bagi orang tua, mendengar itu menghibur orang tua saat keadaan sulit.
Tapi Si Woo yang malu, menolak. Dia lalu pergi.
Sampai di rumah, Si Woo melakukan saran Woo Young. Dia menelpon Da Jung dan malu-malu menanyakan kondisi Da Jung.
Da Jung tanya, apa Si Woo mengkhawatirkannya.
Si Woo yang malu tidak mengaku.
Da Jung : Ayolah. Ibu tahu itu alasanmu menelpon.
Si Woo : Kalau sudah tahu, jangan membuatku cemas.
Da Jung : Baiklah. Tapi ditelepon putra ibu yang membuatku bersemangat.
Si Woo : Kapan ibu pulang?
Da Jung : Maaf. Ibu akan pulang terlambat hari ini. Tidurlah lebih awal.
Si Woo : Baiklah. Hati-hati di jalan.
Da Jung : Baiklah. Terima kasih.
Ji Hoon tiba-tiba muncul. Dia bilang putra Da Jung sangat baik.
Da Jung : Astaga. Kau dengar itu?
Ji Hoon : Maafkan aku. Pendengaranku bagus.
Da Jung : Kau tidak perlu minta maaf. Kau membuatku malu.
Ji Hoon : Kau yang memulainya.
Da Jung : Omong-omong, kau sungguh ingin aku mewawancaraimu?
Ji Hoon : Kau pikir aku berbohong bahwa aku menua tanpa alasan? Tentu saja, aku masih muda.
Da Jung : Terima kasih. Kau menyebut dirimu tua untuk membantu wanita paruh baya.
Ji Hoon : Jika kau berterima kasih, aku akan menerimanya. Tapi itu saja?
Da Jung : Tapi itulah akhirnya. Aku bersyukur, tapi aku bisa mengurus diriku sendiri.
Ji Hoon mengangguk-angguk sambil tersenyum menatap Da Jung dengan tatapan kagum.
Di toserba, Si A juga mengatakan hal yang sama pada Ji Ho.
Ji Ho kemudian tersenyum menatap Si A yang sedang membuka bungkus plester untuknya.
Bersambung ke part 2…
