Tentangsinopsis.com – Sinopsis Adamas Episode 3 Part 4, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. Baca EPISODE SEBELUMNYA HERE
Sebelumnya…
Pimpinan Kwon di ruangannya. Dia lagi berbicara dengan Hyun Jo.
Seketaris Yoon berdiri di belakangnya.
Pimpinan Kwon : Hyun Jo, Seketaris Yoon memberitahuku. Ini masalah yang sangat penting. Pastikan informasi ini tidak bocor.
Terdengar suara ketukan di pintu. Tak lama, Woo Shin masuk.
Pimpinan Kwon memberi isyarat, agar Woo Shin menunggu.
Pimpinan Kwon : Aku akan segera mampir ke kantormu. Ada yang ingin kusampaikan juga.
Hyun Jo : Baik, ayah.
Hyun Jo sendiri berdiri di depan jendela di ruangannya. Dia menyudahi teleponnya kemudian berbalik pada Kandidat Hwang. Dia minta maaf karena membuat Kandidat Hwang menunggu.
Kandidat Hwang : Tidak, Pak. Sama sekali tidak.
Hyun Jo menatap paha Kandidat Hwang.
Hyun Jo : Bagaimana perasaanmu? Anak buahku agak kasar, ‘kan? Astaga, itu pasti sakit sekali.
Kandidat Hwang : Ini semua salahku, Pak. Aku sangat introspeksi diri.
Hyun Jo : Seperti inilah ayahku. Jika merasa seseorang bersikap sombong, dia tidak ragu untuk menghancurkannya. Apa yang bisa kau lakukan? Tolong mengertilah, ya?
Hyun Jo menepuk paha Kandidat Hwang yang masih sakit.
Mereka lalu tertawa, padahal Kandidat Hwang menahan sakit.
Hyun Jo lalu bertanya, apa yang mereka bicarakan tadi.
Kandidat Hwang menjawab dengan lantang, ya. Tentang Ares mengeluarkan telur emas…
Hyun Jo : Ya, aku ingat sekarang. Terus baca halaman tujuh.
Kandidat Hwang : Baik, Pak.
Kandidat Hwang mulai membaca. Dia membacara dengan keras.
Kandidat Hwang : Untuk Amerika Serikat,
Hyun Jo menyela, tidak. Hanya dengan matamu.
Kandidat Hwang : Begitu rupanya. Baik, Pak.
Kandidat Hwang lanjut membaca.
Hyun Jo : Dengarkan aku selagi kau membacanya. Itu prioritas utamamu begitu menjadi presiden. Kau akan cukup sibuk membantu Haesong selama lima tahun ke depan. Sebaiknya kau bersiap.
Kandiat Hwang : Tapi bagaimana kau bisa terpikirkan ide seperti itu? Kau sangat revolusioner.
Hyun Jo : Dan kita akan bersama sepanjang revolusi. Ini untuk awal pemerintahanmu!
Woo Shin mengaku tidak mengerti.
Woo Shin : Kau berhenti menulis memoar?
Pimpinan Kwon : Hye Soo ingin terbang ke vila kami di Venesia. Dia akan tinggal di sana musim panas ini. Saat itulah aku teringat mendiang putraku. Dia sangat menyukai tempat itu. Jadi, aku berpikir untuk pergi ke sana.
Woo Shin : Kalau begitu, kita lanjutkan memoarnya setelah kau kembali dari perjalananmu.
Pimpinan Kwon : Sepertinya tidak dalam waktu dekat. Mungkin tahun depan.
Woo Shin tak berkutik.
Pimpinan Kwon melihat wajah kecewa Woo Shin.
Pimpinan Kwon : Aku juga sedih. Aku menghitung hari sampai bisa membaca memoarku.
Woo Shin : Pak, apa aku masalahnya?
Pimpinan Kwon : Tidak. Pemilihan presiden akan berakhir saat aku kembali dari Venesia. Aku akan terlalu sibuk bekerja. Ada sesuatu yang selalu kuanggap sebagai karya hidupku. Aku harus menyelesaikannya. Apa boleh buat? Tolong mengertilah.
Kepala Pelayan Kwon menyuruh Bu Oh membungkus kimchi air dan kepiting bumbu kecap.
Kepala Pelayan Kwon : Dia harus makan dengan baik bahkan saat di luar negeri.
Itu makanan untuk Pimpinan Kwon. *Lah buat Pimpinan Kwon doang? Hye Soo kagak?
Kepala Pelayan Kwon melihat Woo Shin baru keluar dari ruangan Pimpinan Kwon.
Kepala Kwon senang, kurasa kita sudah berpisah. Sedih sekali mengucapkan perpisahan.
Kepala Kwon kemudian tertawa keras, lalu pergi.
Woo Shin kembali ke kamarnya dan melihat Dong Rim belum pergi.
Woo Shin : Kau belum pergi?
Dong Rim : Aku ingin berpamitan sebelum pergi.
Dong Rim melihat Woo Shin resah.
Dong Rim : Apa ada masalah?
Woo Shin : Pimpinan berhenti menulis memoar.
Dong Rim : Apa itu artinya aku hanya akan dibayar setengah jumlahnya?
Woo Shin : Tidak, aku akan memberimu jumlah penuh. Kau membutuhkannya untuk operasi ayahmu.
Dong Rim : Terima kasih. Pimpinan pasti sangat sibuk. Kudengar dia menyiapkan bisnis baru.
Woo Shin : Bisnis baru? Siapa yang bilang begitu?
Dong Rim : Seketaris Yoon. Aku tidak tahu dia tuli. Tapi aku tahu bahasa isyarat karena ayahku.
Flashback…
Keluar dari ruangan Pimpinan Kwon, Dong Rim melihat Pimpinan Kwon berbicara dengan Seketaris Yoon.
Pimpinan Kwon : Bagaimana perkembangannya?
Seketaris Yoon menjawab dengan bahasa isyarat.
Flashback end…
Dong Rim : Hwang Byung Chul dari Partai Masa Depan Baru dan Haesong pasti melakukan sesuatu. Pria tua itu berjanji akan menyediakan senjata untuk polisi jika dia menjadi presiden. Pistol otomatis.
Woo Shin :Kau yakin?
Dong Rim : Aku ada di sana.
Woo Shin : Pistol otomatis? Apa itu artinya mereka akan menyingkirkan amunisi kosong? Memperkuat kekuatan pemerintah? Tapi kenapa Haesong?
Woo Shin ingat cerita Tae Sung di landasan heli.
Tae Sung : Ini adalah keunikan Haesong. Ini satu-satunya grup yang berafiliasi dengan pedagang senjata terbesar di negara ini.
Lalu dia ingat kata-kata Pimpinan Kwon tadi.
Pimpinan Kwon : Ada sesuatu yang selalu kuanggap sebagai karya hidupku. Aku harus menyelesaikannya.
Woo Shin akhirnya menyadari.
Woo Shin : Bisnis senjata.
Dong Rim : Kau benar. Dia berencana membuat senjata api secara perlahan dapat diakses semua orang. Bukankah itu gila? Semua orang akan membeli senjata untuk diri sendiri. Semua orang sangat pemarah, jadi, pembantaian menunggu untuk terjadi. Aku yakin kau juga akan membelinya dan menembakku.
Dong Rim melihat Woo Shin melamun.
Dong Rim : Dia tidak mendengarkan. Dia tidak pernah mendengarkan.
Dong Rim pamit, tapi Woo Shin menahannya.
Woo Shin dan Dong Rim menemui Pimpinan Kwon. Woo Shin ngasih tahu soal bisnis senjata.
Pimpinan Kwon : Bagaimana ini? Itu seharusnya rahasia.
Dong Rim : Aku tidak bermaksud memata-mataimu. Aku hanya melihat kalian berdua. Kebetulan aku tahu bahasa isyarat. Maaf, Pak.
Woo Shin menatap Dong Rim.
Woo Shin : Tidak apa-apa, Dong Rim-ah. Kita tetap memberitahunya, meski kau tidak sengaja tahu. Omong-omong, bukankah kau harus pergi sekarang?
Dong Rim : Benar.
Woo Shin pamit.
Woo Shin : Pak, terima kasih untuk semuanya. Kalau begitu, kami permisi.
Pimpinan Kwon : Tidak. Ini bukan sesuatu yang bisa diabaikan semudah itu. Kau tahu soal Haesong mendukung Kandidat Hwang dan senjata api. Jika kabar ini tersebar, ini akan memengaruhi pemilu secara kritis. Itu tidak akan bisa diperbaiki.
Woo Shin : Kau tidak perlu mengkhawatirkan itu. Kami akan merahasiakannya.
Dong Rim : Benar, Pak. Aku berjanji.
Pimpinan Kwon : Kau berjanji? Naif sekali. Janji lisan hanya berlaku di antara teman.
Woo Shin : Lalu kami harus bagaimana?
Pimpinan Kwon : Tahu terlalu banyak adalah dosa. Aku masih memikirkan apa yang harus kulakukan denganmu.
Pimpinan Kwon pun memikirkan hukuman apa yang harus dia berikan.
Lalu tak lama, dia mengambil ponselnya dan berkata mereka harus mati.
Woo Shin dan Dong Rim tegang, terutama Dong Rim.
Pimpinan Kwon kemudian berkata, dia hanya bercanda.
Pimpinan Kwon : Begini saja. Kalian dilarang meninggalkan rumah ini sampai pemilihan presiden berakhir.
Woo Shin dan Dong Rim keluar dari ruangan Pimpinan Kwon.
Dong Rim kesal : “Sepertinya kalian harus mati.” Astaga, aku hampir mengompol. Bagaimana dia bisa mengatakan hal menakutkan seperti itu dengan cara yang anggun? Seharusnya dia memaki kita. Itu menakutkan. Omong-omong, kau mendengarnya, ‘kan? Kita hanya bisa pergi setelah pemilu berakhir. Jadi, jangan menyuruhku pulang lagi. Aku tidak bisa meski ingin.
Dong Rim pergi duluan.
Woo Shin menghubungi Soo Hyun.
Soo Hyun lagi di suatu tempat.
Soo Hyun : Kau belum menelepon sekali pun, jadi, kupikir kau sudah mati.
Woo Shin : Aku meneleponmu kemarin.
Soo Hyun : Benarkah? Itu kau? Aku tidak mengenali nomornya, jadi, kukira telepon iseng. Di mana sebenarnya kau? Apa kau bersenang-senang?
Woo Shin ; Di sini seperti surga. Aku harus terus bepergian sampai aku mati. Bagaimana kabarmu?
Soo Hyun : Apa ini benar-benar kau? Kau menanyakan kabarku? Omong-omong, kau tahu?
Soo Hyun terdiam sejenak, dia mau ngasih tahu soal kasus ayahnya tapi gak jadi.
Soo Hyun : Lupakan saja. Aku sibuk. Sampai jumpa.
Soo Hyun memutus panggilan mereka dan menghampiri seorang pria yang baru keluar dari ruangan.
Soo Hyun : Bagaimana hasilnya?
Pria itu bilang sudah selesai.
Soo Hyun : Terima kasih.
Seo Hee menatap sebuah sketsa. Dia masih di ruang duka.
Seo Hee lalu ingat masa kecilnya, saat rumah mereka didatangi polisi.
Nyonya Kim cemas dan menatap suaminya.
Pak Kim menatap Seo Hee.
Pak Kim : Seo Hee-ya, kau ingat apa yang ayah katakan? Kau tak melihat apa pun malam itu, ya?
Seo Hee : Baiklah.
Soo Hyun masuk. Seo Hee bilang itu sketsa pria yang dia lihat malam itu.
Seo Hee : Saat polisi datang ke rumah kami, ayahku memberi tahu mereka bahwa dia yang melihatnya.
Soo Hyun : Dia mungkin melakukan itu untuk melindungimu.
Seo Hee : Apa langkah kita selanjutnya?
Soo Hyun : Aku tahu seseorang yang mungkin mengenal pria ini.
Mungkinkah pria yang dilihat Seo Hee di waktu kecil adalah Ketua Tim Lee???
Soo Hyun pergi dengan mobilnya.
Bu Lee melihat Soo Hyun pergi.
Bu Lee melaporkan itu pada seseorang.
Bu Lee : Aku di rumah duka. Orang tua reporter itu sudah meninggal.
Lalu tak lama, Bu Lee melihat seseorang membuntuti mobil Soo Hyun.
Pak Kang keluar dari lift. Dialah yang berbicara dengan Bu Lee.
Pak Kang : Kau yakin? Seseorang membuntuti Song Soo Hyun?
Bu Lee : Itu mereka.
Kepala Pelayan Kwon kaget mendengar Woo Shin tak jadi pergi.
Kepala Pelayan Kwon tak setuju.
Pimpinan Kwon bilang dia tak punya pilihan selain menahan Woo Shin dan Dong Rim sampai pemilu berakhir.
Kepala Pelayan Kwon kesal.
Kepala Pelayan Kwon masuk ke perpustakaan dan mengamuk.
Dia membanting semua barang2 Soo Hyun yang ada di atas meja.
Dia juga menendang tong sampah Soo Hyun.
Kepala Pelayan Kwon : Beraninya kau! Apa hakmu? Beraninya kau mengendalikan tuanku! Bedebah kecil itu!
Kepala Pelayan Kwon lalu tak sengaja melihat sobekan surat Woo Shin.
Kepala Pelayan Kwon : “Surat yang kau kirimkan kepadaku”?
Hari sudah malam. Woo Shin bicara dengan Tae Sung di hutan.
Tae Sung : Apa katamu?
Woo Shin : Kau tahu mereka ingin melegalkan senjata api?
Tae Sung : Siapa kau? Berapa banyak yang kau tahu?
Woo Shin : Begitu Kandidat Hwang terpilih, mereka akan memulai proyek itu. Kau harus menyelesaikan misimu sebelum pemilihan, tapi kau kehabisan waktu.
Tae Sung : Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Kita harus menghentikannya.
Woo Shin : Tentu saja. Itu sebabnya kita harus mendekati Pimpinan Kwon.
Tae Sung : Kau pikir semua akan berakhir begitu kau menangkapnya? Apa yang dia lakukan? Apa yang bisa kau buktikan? Kau pikir polisi dan kejaksaan gagal menangkapnya karena kami tidak kompeten?
Woo Shin : Begitu rupanya. Jadi, itu kesimpulanmu? Kau tidak bisa menangkapnya?
Tae Sung : Jangan gegabah. Kau tidak tahu wajah asli Haesong. Melegalkan senjata api? Itu mudah bagi mereka. Mereka sudah menguasai media dan politik. Satu-satunya rintangan mereka adalah opini publik. Haesong akan melakukan apa pun untuk memikat hati publik. Mereka tidak akan ragu membuat masyarakat kita kacau. Mereka akan membuat warga sipil perlu membawa pistol ke toko kelontong.
Woo Shin terdiam.
Tae Sung : Ada apa? Kau sulit memercayainya?
Woo Shin : Sama sekali tidak.
Tae Sung : Semua itu mungkin bagi para bedebah itu.
Woo Shin : Para bedebah? Bukan hanya Pimpinan Kwon?
Tae Sung : Pimpinan tidak mengotori tangannya sendiri. Dia melepaskan anj*ngnya. Jika kami gagal menangkap para bedebah itu, kami tidak akan bisa mendekati Pimpinan.
Woo Shin : Jadi, itu sebabnya kau menyamar. Ini sebabnya kau berusaha mendapatkan kepercayaan mereka. Ini proyek dua tahun yang kau kerjakan. Pak Choi, kau berusaha masuk ke tim itu, ya?
Tae Sung : Tim A.
Soo Hyun masih di jalan.
Dia gak sadar, ada dua orang yang mengikutinya. Pertama, Kabag. Lee, kedua Bu Lee.
Tae Sung bilang, pemecah masalah profesional Haesong tidak ada yang lolos.
Tae Sung : Warga sipil sepertimu harus mundur. Kau bisa dengan mudah tersingkir.
Woo Shin : Tim A. Kita harus mendekati mereka untuk menangkap Pimpinan karena tangan Pimpinan tidak kotor. Tapi kasus ayahku berbeda. Itu berkaitan langsung dengan Pimpinan.
Tae Sung : Apa buktimu?
Woo Shin : Tidak ada. Namun seseorang bersaksi.
Woo Shin mendengarkan rekaman kesaksikan Hye Soo soal Pimpinan Kwon yang menyingkirkan Pak Song dengan Adamas dan mengkambinghitamkan Pak Lee.
Tae Sung kaget, Eun Hye Soo?
Soo Hyun menemui Pak Lee.
Soo Hyun : Aku Jaksa Song Soo Hyun dari Kantor Kejaksaan Wilayah Pusat.
Pak Lee : Kenapa kau ingin menemuiku?
Soo Hyun : Aku butuh bantuanmu, Pak Lee.
Pak Lee : Bantuanku?
Soo Hyun membuka tasnya.
Soo Hyun : Mari kita lihat. Aku sedang mengerjakan kasus. Kurasa kau mungkin mengenali tersangkanya.
Pak Lee : Aneh. Aku memutuskan hubungan dengan masyarakat setelah dipenjara.
Soo Hyun menunjukkan sketsa pria itu.
Soo Hyun : Pria ini. Kau mengenalinya?
Pak Lee : Tidak.
Soo Hyun : Benarkah? Kalau begitu, kau mengenaliku? Kita pernah bertemu.
Pak Lee : Entahlah. Aku tidak ingat.
Soo Hyun : Dua puluh dua tahun adalah waktu yang lama. Tapi kenangan itu masih jelas bagiku. Kau menyingkirkan ayahku. Senang bertemu denganmu lagi.
Pak Lee pun ingat saat dia ditangkap.
Lalu Soo Hyun yang masih berseragam sekolah datang dan memaki Pak Lee. Dia menyuruh Pak Lee mengingat wajahnya. Dia bilang akan membalaskan dendamnya pada Pak Lee.
Soo Hyun : Mari kembali ke topik. Siapa ini?
Pak Lee : Aku tidak tahu.
Soo Hyun : Kalau begitu, akan kuubah pertanyaannya. Siapa yang mengambil senjatanya?
Pak Lee : Kenapa kau menanyakan itu?
Soo Hyun : Kau juga tidak tahu itu?
Pak Lee : Ya. Aku sungguh tidak tahu.
Soo Hyun : Kau yakin dia tidak mengambilnya?
Pak Lee : Ya, Pak. Aku tidak mengenalnya. Kasus ini terjadi 22 tahun lalu, dan aku sudah mengakuinya.
Soo Hyun : Itu pengakuan palsu.
Pak Lee : Untuk apa aku melakukan itu?
Soo Hyun marah, karena kau ingin melindungi bedebah ini!
Soo Hyun berdiri dan membanting kursinya.
Soo Hyun lalu mengangkat sketsa itu dan menunjukkannya ke Pak Lee.
Soo Hyun : Karena dia kaki tangan!
Kamera menyorot pria di sketsa itu.
Benar saja, itu Ketua Tim Lee!!
Bersambung…