Tentangsinopsis.com – Sinopsis Hush Episode 5 Part 4, Simak selengkapnya untuk daftar ada di tulisan yang ini. Lihat jg bagian ketiga Episode sebelumnya baca di sini.
Besoknya, Harian Korea mulai dicetak.
Joon Hyuk tiba di ruangannya dan tertawa melihat Ji Soo yang tertidur sambil duduk.
Lalu dia beranjak ke mejanya dan melihat beberapa koran dengan judul yang ‘sama’.
Semua koran memiliki judul yang menyalahkan korban.
Koran pertama : Kurir terbaring koma akibat mengendarai motor ugal-ugalan.
Koran kedua : Kurir meminta uang damai yang banyak.
Koran ketiga : Kurir suka berkendara ugal-ugalan.
Joon Hyuk kesal, semuanya sama.
Tapi koran terakhir memiliki judul agak berbeda.
“Putra MP Jung Chul Wook, seorang aktor, berkendara mabuk dan melukai korban.”
Jurnalis koran terakhir adalah Yoon Kyung dan Kyung Woo, reporter Meja Kota, dan Ji Soo, reporter junior.
Joon Hyuk lalu mulai duduk dan menyalakan laptopnya dan kaget. Seingatnya, tadi malam dia sedang melihat artikel MP Go. Dan saat pergi, dia menutup laptopnya begitu saja tanpa menutup berita artikel MP Go.
Joon Hyuk pun berdiri dan menatap satu per satu orang-orang yang seruangan dengannya.
Joon Hyuk pun menyalakan blackbox camera nya nya.
Adegan beralih pada Yoon Kyung yang terlihat kesal membaca koran cetak mereka.
Lalu Joon Hyuk masuk bersama Ki Ha dan Seo Joon.
Joon Hyuk kesal, aku mengerti itu dimatikan di koran cetak, tapi bagaimana dengan berita kilat digital?
Yoon Kyung pun ingat tadi malam dia menerima telepon dari Kepala Na. Kepala Na bilang dia mematikan berita eksklusif digital.
Yoon Kyung : Boleh aku tanya alasannya?
Kepala Na : Kita mungkin akan menghadapi kasus MP Go lainnya.
Yoon Kyung bilang, mereka sudah memeriksanya sampai dua kali.
Kepala Na : Kau tidak memeriksa dua kali sebelumnya?
Dan Kepala Na matiin telpon gitu aja.
Flashback end…
Yoon Kyung yang kesal, mengaku malu bertemu dengan para junior. Dia gak habis pikir gimana bisa Kepala Na mematikan kisahnya tepat setelah diunggah.
Se Joon curiga ada detektif yang memberitahu MP Jung soal insiden itu.
Se Joon : Lalu MP Jung menelepon Editor Na untuk bersih-bersih.
Yoon Kyung : Tapi itu terlalu cepat. Sama dengan laporan ralat. Kepala bukan peramal.
Joon Hyuk pun ingat kata-kata temennya semalam kalau dia harus mencari masalah dengan Harian Korea.
Joon Hyuk lalu ingat soal laptopnya.
Joon Hyuk : Itu terus terjadi. Kurasa…
Kyung Woo : Kurasa ini kesalahanku lagi. Maafkan aku.
Yoon Kyung : Ini bukan karena kisahmu.
Kyung Woo : Tapi aku juga mengacaukan kisah MP Go.
Yoon Kyung : Berbeda dengan itu. Kisah selalu dimatikan. Ini bukan salahmu.
Se Joon : Dia benar. Kau bekerja keras semalaman. Aku sedih melihat karyamu tidak dihargai. Ini bukan salahmu.
Joon Hyuk : Bung, bukan salahmu.
Yoon Kyung lalu sedikit tersenyum. Lalu dia mengambil artikel di mejanya dan memberikannya ke Joon Hyuk.
Yoon Kyung bilang, Ji Soo menulis kisah yang bagus meski tidak senilai laporan.
Yoon Kyung : Aku menulis namanya di by-line untuk usahanya.
Sementara itu, Ji Soo dilabrak Jae Eun. Dia tanya, sejak kapan Ji Soo jadi reporter Meja Kota.
Ji Soo kaget, apa?
Jae Eun : Kau junior Meja Berita Digital. Kenapa kau menulis kisah Meja Kota?
Ji Soo mau jelasin, tapi si Jae Eun terus aja nyerocos.
Jae Eun : Entah siapa yang mendukungmu, tapi apa kau pikir kau di sini karena kemampuanmu? Kau dapat tumpangan gratis, jadi, sadarlah. Karena kasus bunuh diri itu, orang-orang membuatku kesal ke mana pun aku pergi.
Joo An yang kesal, membela Ji Soo.
Joo An : Kami sepatutnya dipilih sebagai pemagang setelah wawancara. Lebih dari 600 orang melamar karena baik naik menjadi reporter tetap. Empat dari kami terpilih setelah tiga wawancara.
Jae Eun makin kesal, jadi kau membantahku?
Joo An : Tidak. Mustahil Ji Soo menulis laporan itu atas keinginannya sendiri. Senior lain pasti menyuruhnya melakukan itu. Kurasa itu bukan salahnya.
Ji Soo : Cukup. Hentikan.
Jae Eun : Tidak. Mari lihat kalian saling bersekutu lagi.
Joo An : Kami tidak bersekutu. Meskipun dia melakukan kesalahan, itu tidak ada kaitannya dengan proses seleksi kami. Ada kebocoran logis dalam pernyataanmu.
Jae Eun emosi, HEI! Beraninya kau bicara kepada seniormu seperti itu?
Dong Wook langsung berdiri dan menenangkan Jae Eun. Tapi Jae Eun tambah emosi dan malah nyalahin Dong Wook karena gak mendidik para pemagang dengan benar.
Jae Eun : Mereka tidak tahu cara menghormati para seniornya!
Sang Kyu masuk ke ruangan Meja Kota dan melihat Joon Hyuk cs lagi berkumpul. Joon Hyuk cs langsung diam.
Sang Kyu : Avengers sudah berkumpul di sini.
Yoon Kyung : Seharusnya kau mengirim pesan soal kedatanganmu hari ini.
Sang Kyu : Tidak perlu.
Sang Kyu lalu menatap Ki Ha. Dengan angkuhnya, dia tanya Ki Ha ngapain di kantor. Dia juga menghina Ki Ha.
Sang Kyu : Penyintas yang hebat. Kukira kau akan berhenti atau dipecat.
Ki Ha yang menahan kekesalannya, berniat pergi. Tapi Se Joon menahannya.
Se Joon : Sadari posisimu, Editor Yoon.
Sang Kyu : Apa maksudmu?
Joon Hyuk : Kau tahu, dia manajer Meja Berita Digital, sumber uang Harian Korea saat ini. Jika dia pergi, Harian Korea juga tiada. Benar, bukan?
Sang Kyu : Apa? Meja Berita Digital itu apa? Lihat orang gila ini. Apa kau mengalami cedera otak saat aku pergi? Kau tampak berbeda.
Sang Kyu mengatakan itu sambil menepuk-nepuk kening Joon Hyuk. Tapi Joon Hyuk santai menghadapinya.
Joon Hyuk : Aku sama sekali tidak berbeda. Aku reporter sampah yang sama.
Joon Hyuk mengajak rekannya pergi. Tapi Sang Kyu masih nyolot.
Sang Kyu : Hei! Kudengar kau membantu tujuan pemula kita. Menyedihkan. Bekerjalah dengan benar jika kau akan membantu. Tidak ada lagi tujuan. Kalian memang Avengers. Avengers menyedihkan.
Ki Ha yang tak tahan lagi, pergi.
Joon Hyuk dan Se Joon mengejar Ki Ha.
Se Joon : Si berengsek itu. Dia sangat angkuh karena bisa menjadi Editor Meja lebih dahulu.
Joon Hyuk : Kenapa kau tidak memukulnya? Kita mengalahkan dia.
Se Joon : Aku bisa menjatuhkannya dengan mata terpejam. Aku akan membantainya jika bertemu dengannya lagi.
Mereka lalu mendekati Ki Ha yang sedari tadi diam saja.
Se Joon : Kau menghindari tumpukan kotoran bukan karena menakutkan. Kau menghindarinya karena itu kotor.
Ki Ha mengambil minuman dari mesin minuman, lalu pergi gitu aja.
Yoon Kyung minta maaf pada Sang Kyu.
Sang Kyu : Kenapa kau minta maaf? Insiden pemagang itu tidak ada hubungannya denganmu. Salah lapor mengenai kasus MP Go… Junior bekerja sebagai junior.
Kyung Woo : Maafkan aku.
Sang Kyu : Tidak apa-apa. Hakim juga salah menilai.
Yoon Kyung mau bicara tapi Sang Kyu keburu bicara. Sang Kyu melarang mereka membuka kembali kasus MP Go.
Sang Kyu : Kau tidak punya tanggung jawab. Untungnya, pemagang yang tewas itu menutupinya dengan baik.
Yoon Kyung dan Kyung Woo diam saja.
Sang Kyu : Kenapa kau tidak menjawabku?
Jae Eun tanya, kenapa para pemagang diam saja.
Jae Eun : Apa salah kita jika dia bunuh diri? Kenapa kami harus memedulikan perasaan kalian?
Sung Han mendadak datang dan tanya ada ribut-ribut apa ini.
Jae Eun malah bohong, bilang para junior gak nurut sama perintahnya.
Jae Eun : Aku memarahi mereka sedikit dan mereka membantah. Mereka sama sekali tidak menghormati kita.
Sung Han : Junior tidak boleh menghina senior mereka.
Jae Eun pura-pura nangis, ini sangat menyakitkan.
Tapi kemudian Sung Han membela para junior.
Sung Han : Hanya para senior yang bersikap seperti senior sungguhan.
Para junior nampak puas mendengarnya.
Jae Eun kaget, apa?
Sung Han : Rasa hormat tidak datang secara alami. Kau harus membangunnya. Apa yang kau bangun dari mereka?
Joon Hyuk, Se Joon dan Ki Ha datang.
Se Joon : Para editor dimana-mana. Kurasa aku magnet editor.
Se Joon beranjak ke mejanya.
Sung Han lalu memberitahu mereka kalau mereka akan merestrukturiasi untuk mengatasi krisis baru-baru ini.
Jae Eun semangat, restrukturisasi? Bagian personel?
Sung Han : Aku akan mengabarimu nanti. Para Senior, temui aku di ruang rapat satu jam lagi.
Sung Han pergi.
Joon Hyuk melirik Dong Wook. Dia tanya, ada apa. Dong Wook mengirimi Joon Hyuk pesan. Setelah membaca pesan Dong Wook, Joon Hyuk langsung menatap Jae Eun dan Ji Soo.
Tapi abis itu, Joon Hyuk manas-manasin Jae Eun.
Joon Hyuk : Lee Ji Soo, kau diseret ke Meja Kota dan menulis kisah semalaman kemarin. Kau pasti belum tidur sama sekali.
Se Joon menatap heran Joon Hyuk.
Joon Hyuk ngasih kode. Se Joon ikut-ikutan manasin Jae Eun.
Se Joon : Kau pasti melewatkan sarapan. Seseorang bawa dia keluar dan beri dia makan.
Joon Hyuk : Baiklah. Aku juga melewatkan sarapan. Ayo makan.
Ji Soo : Tidak, terima kasih. Aku baik-baik saja.
Dan Ki Ha juga.
Ki Ha : Lee Ji Soo, lakukan perintah seniormu. Makanlah sarapanmu.
Ji Soo nurut, baiklah.
Joon Hyuk ngajak Ji Soo pergi.
Jae Eun makin kesal.
Joon Hyuk ngajak Ji Soo ke warung gomtang.
Ji Soo makan dengan lahap.
Joon Hyuk : Liputan pertama, kisah pertama, dan pembunuhan pertama. Hari yang melelahkan bagi Lee Ji Soo.
Ji Soo : Aku tahu. Aku melakukan perintahmu dan yang aku dapatkan hanyalah “hinaan”. Boleh aku pesan sebotol soju?
Joon Hyuk : Astaga! Kau belum tidur. Apa tidak masalah?
Ji Soo : Kau selalu minum. Kenapa aku tidak boleh?
Joon Hyuk : Astaga. Kau mempelajari hal-hal buruk dahulu.
Joon Hyuk akhirnya mesenin soju buat Ji Soo.
Sojunya datang. Ji Soo menuangkan soju ke gelasnya sendiri, lalu meminumnya.
Joon Hyuk : Kau tahu Lee Jae Eun adalah sampah yang tidak berharga. Lupakan saja.
Ji Soo menatap kesal ke Joon Hyuk.
Joon Hyuk : Kisahmu lebih mirip editorial, tapi itu cukup bagus. Itu “pujian”. Sejujurnya, kupikir…
Ji Soo mengeluarkan potongan koran artikel korban.
“Kurir itu terkenal suka berkendara ugal-ugalan atau selalu main gim ponsel. Kurir tanpa impian yang kecanduan gim. Dia mengincar uang damai besar. Kita akan menyalin dan menempel ini. Benar, bukan?”
“Aku mengerti kenapa kau kesal.”
“Tidak. Alasanku benar-benar kesal adalah ini. Orang dengan uang dan latar belakang menghindari hukuman. Bagi mereka, orang-orang mengganti korban menjadi pelaku. Seekor anjing menggigit seseorang, dan kita tidak bisa menulis kisah tentang anjing itu. Atau lebih buruk lagi, kita bisa digigit. Jadi, pers sampah membuat orang yang digigit menjadi anjing!”
Ji Soo meminum sojunya lagi.
Ji Soo : Aku tidak mengharapkan mereka membela para korban. Mereka hanya perlu menjadi juri yang adil. Tapi bagaimana mereka bisa melakukan ini?
Joon Hyuk pun ingat saat di kantor polisi, dia tanya ke Ji Soo, apa yang penting.
Ji Soo : Ketulusan. Bukankah reporter harus memikirkan melihat ke mana dan apa yang harus ditulis dengan bergairah? Bukankah seharusnya reporter punya impian itu di sini?
Flashback end…
Joon Hyuk bilang Ji Soo benar.
Ji Soo : Tidak. Aku naif. Tentang Soo Yeon dan korban semalaman. Bidang ini selalu seperti itu.
Ji Soo bahkan sampai nangis.
Ji Soo : Tidak ada peraturan untuk permainan ini. Tidak ada ketulusan.
Joon Hyuk : Lee Ji Soo.
Ji Soo : Apa perasaanmu saat melihat para korban? Aku merasa berutang banyak kepada mereka. Aku merasa bersalah. Kau melarangku kehilangan semangat. Kau menyuruhku untuk mendidih lebih panas.
Ji Soo gak sanggup bicara lagi. Ji Soo yang marah, kesal, kecewa itu pun mau menuang sojunya lagi. Tapi Joon Hyuk mengambil botol sojunya dari tangan Ji Soo, lalu menuangkannya ke gelas Ji Soo dan gelasnya.
Joon Hyuk lalu bicara, kalau orang yang tewas karena kesalahannya menyukai gomtang.
Joon Hyuk : Jadi, dia membelikanku semangkuk di sini sebelum tewas.
Ji Soo terdiam mendengarnya.
Flashback…
Produser Lee menulis sesuatu diatas selembar tisu dan memberinya ke Joon Hyuk.
Produser Lee bilang dia suami dan ayah memalukan dan Joon Hyuk gak boleh jadi seperti dia.
Flashback end…
Joon Hyuk : Dia menulis sesuatu untukku. Itu puisi.
Joon Hyuk menunjukkan puisinya ke Ji Soo.
Ji Soo membacanya, jangan kehilangan semangatmu karena hal remeh. Mendidihlah lebih panas dan besar sepertiku. Gomtang.
Joon Hyuk : Dan… dia bilang ingin menjadi penyair saat masih muda. Dia bahkan merona. Pasti dia malu.
Ji Soo : Penyair?
Joon Hyuk : Aku tidak tahu saat itu, tapi baru tahu setelah dia meninggal. Aku… Aku berutang semangkuk Gomtang yang dia cintai serta puisi. Tapi sekarang aku tidak akan pernah bisa membalasnya. Aku tidak pernah bisa menjadi telur matang lagi karena dosaku. Kau bertanya apa aku merasa berutang kepadanya? Apa aku merasa bersalah? Ji Soo-ya, menurutmu apa yang kurasakan? Selama enam tahun terakhir?
Joon Hyuk berusaha menahan tangis saat menceritakan soal Produser Lee.
Ji Soo terdiam sejenak, sampai akhirnya dia bilang, tidak.
Ji Soo : Dia tidak mau menjadi penyair. Kau tidak tahu apa-apa.
Joon Hyuk bingung, apa?
Ji Soo : Favorit ayahku bukan Gomtang.
Joon Hyuk : Ayah? Apa maksudmu?
Ji Soo pun akhirnya ngaku, kalau Produser Lee itu ayahnya.
Sontaklah Joon Hyuk terhenyak mendengar pengakuan Ji Soo.
Ji Soo : Dan favorit ayahku adalah ayam, seperti aku. Bukan gomtang.
Tangis Joon Hyuk langsung pecah.
Narasi Ji Soo terdengar.
“Beginilah cara kerja permainannya. Lalu bagaimana dengan kenyataan kita? Kita bermain gim penyintasan ayam tanpa rem, tempat impian kita menjadi jaminan. Tidak ada aturan dalam gim kejam bernama kenyataan ini. Orang yang lemah harus berkorban demi yang kuat dan tidak ada yang peduli soal itu. Para hakim yang memberikan putusan yang tidak biasa dan para ayah yang mengajari untuk mengimpikan dunia yang adil. Mereka menghilang di dunia ini. Para putra dan putri kita dirampok dari kesempatan yang adil dan meninggalkan kita dengan jasad dingin, tidak bisa membuka pintu terakhir. Tidak ada refleksi diri, tidak ada tekad untuk besok. Kita mengulangi kesalahan “Harian” di “Korea” dalam gim ayam brutal. Para ayah kita tidak membawa pulang ayam goreng lagi.”
Ji Soo yang mulai tenang, memandang keluar jendela.
Joon Hyuk ikut memandang keluar jendela.
Ji Soo pun teringat ayahnya lagi.
Salju turun saat itu. Sang ayah berdiri di depan warung gomtang dan meminta Ji Soo cepat kalau tak mau terlambat.
Ji Soo : Kenapa ayah cepat sekali?
Produser Lee : Apa yang kau lakukan semalam?
Ji Soo : Aku tidur larut menonton film.
Produser Lee : Cepatlah. Pelan-pelan.
Produser Lee memegang tangan Ji Soo. Keduanya pun pergi dengan setengah berlari.
Bersambung…..