Kokdu : Season of Deity Eps 3 Part 1

Tentangsinopsis.com – Sinopsis Kokdu : Season of Deity Episode 3 Part 1, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini.baca episode sebelumnya DISINI.

Kokdu terkejut dan bertanya pada Gye Jeol, apa Gye Jeol adalah Seol Hee.

Gye Jeol terdiam heran.

Kokdu : Jawab aku! Apa kau Seol Hee?

Gye Jeol : Siapa Seol Hee?

Kokdu : Aku juga tidak tahu.

Gye Jeol : Apa?

Kokdu : Aku tidak ingat apa pun dari namanya, wajahnya, hingga kepribadiannya. Aku hanya tahu nama yang terukir di cincin ini dan dia sudah lama mekar di hatiku dan tidak akan pernah memudar. Begitulah Seol Hee menjadi akar rasa sakit dan penderitaanku serta satu-satunya penyelamatku.

Gye Jeol : Bagaimana aku bisa kenal seseorang yang bahkan tidak kau kenal?

Kokdu : Jangan menjawab setengah hati dan lihat ini. Kau tidak merasakan apa pun saat melihat cincin ini?

Gye Jeol menatap cincin Kokdu.

Kokdu : Ini cincinku. Itu telah melintasi waktu dan akhirnya kembali kepadaku. Tidakkah kau merasakan kebahagiaan yang mendalam?

Gye Jeol : Aku merasa kemarahan yang mendalam karena penasaran sampai kapan aku harus dengar omong kosong ini.

Kokdu : Jangan dengarkan setengah hati. Hidupku bergantung pada ini.

Gye Jeol : Begitu rupanya. Hidupmu sangat penting, tapi kau membuat lelucon besar tentang hidupku. Begitu rupanya.

Kokdu : Baik. Jika kau kesal karena aku rusak rencanamu dengan bicara jujur, aku akan membalasmu. Haruskah aku memberimu uang atau rumah sakit? Katakan saja.

Gye Jeol : Pertama, temui komite pendisiplinan dan jelaskan kepada mereka. Pastikan saja rumor tidak menyebar tentang aku membuatmu berbohong.

Kokdu : Waktuku di kehidupan ini singkat. Aku tidak bisa membuang waktu. Ambil saja uangku.

Gye Jeol : Kenapa kau tidak mendengarkan orang lain sama sekali? Kenapa kau hanya mengatakan apa yang kau mau dalam situasi ini?

Kokdu : Telinga dewa biasanya sepihak. Kami tidak bisa mendengar manusia. Kami hanya mendengar diri sendiri.

Gye Jeol : Kenapa tidak pakai kesempatan ini untuk coba mendengarkan orang lain?

Kokdu : Kau pikir bisa kembali bekerja jika rumor itu tidak menyebar? Hei, tempat itu jelas titik tekanan yang buruk. Itu hanya akan menjadi kuburanmu. Kau akan mati lebih cepat jika pergi ke sana. Kenapa kau sangat ingin kembali? Kenapa kau menempel?

Gye Jeol : Siapa bilang aku menempel? Aku muak dengan orang-orang dan rumah sakit yang tidak menyukaiku! Namun, aku tidak bisa dicap sebagai pembohong dan pengkhianat. Bereskan kekacauan yang kau buat. Itulah yang kuanggap kompensasi.

Kokdu : Baiklah. Aku akan mengganti kerugianmu. Aku tanya apa kau tahu cincin ini. Kenapa kau tidak menjawab?

Gye Jeol : Aku tidak tahu.

Kokdu : Kau sungguh tidak tahu?

Gye Jeol : Aku tidak tahu bahkan jika tahu.

Kokdu : Apa maksudnya?

Gye Jeol : Entah karena cincin itu atau hal lainnya, aku tidak ingin terlibat denganmu. Setelah kupikir-pikir, aku sial sejak bertemu denganmu. Apa katamu tadi? Kuburanku? Baiklah. Kau pasti kuburanku.

Kokdu terhenyak dengan kata2 Gye Jeol soal kuburan yang sama persis seperti kata2 Seol Hee. Dia ingat kata2 Seol Hee.

Seol Hee : Tempat itu tidak berarti bagiku. Bagiku, itu hanya kuburan.

Kokdu : Kau bilang apa tadi? Katakan sekali lagi.

Gye Jeol : Aku bilang kau pasti kuburanku.

Tiba2, Kokdu ingin mencium Gye Jeol.

Saat bibir mereka hampir bertemu, Gye Jeol menghentikan Kokdu.

Gye Jeol : Apa yang kau lakukan?

Kokdu : Apa yang baru saja kau lakukan? Bagaimana bisa kau menolakku?

Gye Jeol : Kau pikir kau Eros, dewa cinta? Kau pikir wanita akan pingsan dengan sentuhan jarimu? Sulit dipercaya. Sehina apa kau menganggapku?

Gye Jeol pergi. Kokdu menyusul Gye Jeol.

Kokdu : Kenapa kau membandingkanku dengan berandal seperti Eros?

Gye Jeol : Kuperingatkan kau. Jangan pernah muncul di hadapanku lagi. Jika kau melakukannya, aku akan membuatmu berpikir, “Aku juga punya tulang di sini?” Kau akan tahu di mana ke-206 tulangmu.

Kokdu : Tunggu. Aku harus bisa melihatmu untuk tahu kau Seol Hee atau bukan.

Gye Jeol : Kau ingin aku mulai dengan vertebra serviks pertama?

Kokdu : Kau membuatku tidak ingin tahu apa yang kau bicarakan.

Gye Jeol : Maksudmu kau memahamiku atau tidak?

Gye Jeol menggertak, mau memukul Kokdu.

Kokdu pun bilang dia mengerti.

Gye Jeol beranjak pergi.

Kokdu berdiri di tepi sungai.

Kokdu : Aku bukan hanya merindukan wanita yang wajahnya bahkan tidak bisa kuingat. Entah itu karena cinta, balas dendam, atau penyesalan. Kukira dia akan mengenaliku. Namun, melihat dia benar-benar melupakanku, akhirnya aku mengerti niatmu, Tuan Dewa. Selama itu, aku berjuang melawan diriku yang menyedihkan yang tampak di cermin. Memalukan sekali.

Kokdu lagi makan malam sama Ok Shin dan Gak Shin.

Gak Shin : Han Gye Jeol adalah wanita itu?

Ok Shin : Apa itu artinya kau sudah menciumnya? Namun, bagaimana?

Gak Shin : Baca suasananya, ya? Kenapa kau membahas itu sekarang?

Ok Shin : Kalau begitu, kau akan menggunakan otakmu? Menurutmu Han Gye Jeol akan ingat kejadian 1.000 tahun lalu? Dia mengatakan ini karena melihat kehidupan sebelumnya. Untuk melihat kehidupan sebelumnya, dia harus menciumnya. Benar, bukan? Singkatnya, dia menciumnya.

Gak Shin : Kau benar.

Ok Shin : Namun, dia baru bertemu dengannya. Dia berbakat.

Kokdu : Begini… Kami tidak benar-benar berciuman.

Gak Shin : Lalu bagaimana kau tahu namanya Seol Hee?

Kokdu : Namanya? Namanya terukir di cincin ini.

Ok Shin pun meledek Kokdu.

Ok Shin : Sudah kuduga. Tidak semua orang bisa berciuman.

Kokdu : Bukannya aku tidak bisa. Aku tidak melakukannya. Berciuman itu hanya seperti pintu ke kehidupan sebelumnya manusia. Aku sudah yakin, jadi, kenapa aku repot-repot menciumnya?

Ok Shin : Namun, kau harus menciumnya untuk benar-benar yakin. Bagaimana jika kau membuang waktu dengan berlagak dan melakukan hal tidak berguna? Bukan “tidak”, tapi “tidak bisa”, bukan? Jujurlah.

Kokdu : Ada tanda yang hanya bisa dikenali olehku, mengerti?

Narasi Kokdu terdengar.

Kokdu : Manusia macam apa yang memerintah dewa seperti budak?

Gak Shin : Terserah kau saja, Tuan Kokdu. Kini kamu hanya perlu dibebaskan dari rasa sakitmu.

Kokdu : “Dibebaskan”? Ya, kuharap begitu.

Gak Shin : Buat dia benar-benar jatuh cinta kepadamu agar dia tidak bisa melupakanmu bahkan dalam kematiannya.

Kokdu : Kenapa?

Gak Shin : Entah apa yang terjadi di kehidupanmu sebelumnya, tapi kau menderita karena tidak bisa melupakannya. Namun, dia tidak. Dia menjalani hidup yang baik. Bukankah itu tidak adil? Dia harus mengalami rasa sakit yang sama dari cinta yang tidak terlupakan, meski itu tidak akan cukup dibandingkan apa yang kau alami.

Kokdu : Jadi, membalas dendam saat dibebaskan? Seperti yang diharapkan darimu, Gak Shin. Kau pintar.

Gak Shin mengajak bersulang dan mengucapkan selamat. Tapi Ok Shin gak ikutan.

Gak Shin : Kau tidak mau memberi ucapan selamat pada Tuan Kokdu?

Ok Shin : Terlalu cepat untuk merayakan. Menurutmu ini buang-buang uang, bukan?

Gak Shin : Jangan pelit. Kau kaya.

Ok Shin : Hei. Semudah itukah merayu seseorang? Anggap saja dia memakai penampilan sucinya dan mereka berkencan. Namun, tidak akan ada yang tahan dengan kepribadian buruknya. Aku berani bertaruh Han Gye Jeol akan marah dalam lima hari dan semuanya akan sia-sia.

Kesal, Kokdu menggebrak meja sampai gelas wine nya patah.

Kokdu : Sebaiknya kau memoles kepalamu.

Ok Shin : Mungkin tidak akan sia-sia. Tidak, mungkin tidak.

Kokdu lalu ingat peringatan Gye Jeol tadi.

Kokdu : Itu sudah sia-sia.

Ok Shin makin meledek, lihat itu? Sudah kuduga.

Kokdu : Sifat asli seseorang akan selalu terlihat. Jika sifat asliku terlihat, aku akan menutupinya.

Gak Shin : Bagaimana caranya?

Kokdu : Ok Shin, bagaimana kabar toko kecilmu?

Ok Shin : Toko kecil apa? Ingat. Aku salah satu dari sepuluh konglomerat terbesar di Korea.

Kokdu : Begitukah? Itu berita bagus. Aku akan menyembunyikan jati diriku dan menggodanya dengan uang itu.

Ok Shin : Kenapa kau memakai uangku guna membebaskan dirimu, Tuan Kokdu?

Gak Shin : Sesuai dugaan, kau sudah merencanakan semuanya.

Kokdu : Satu hal mengarah ke hal lain, dan aku memojokkan Han Gye Jeol. Saat ini dia tikus dalam perangkap. Umpan kecil akan cukup untuk menyeretnya.

Gye Jeol tengah mencoret beberapa nama temannya yang dia tulis di buku kecilnya.

Gye Jeol : Yang Sun Joo. Kudengar perusahaan suaminya bangkrut dan kabur di tengah malam. Sa Gook Hwa? Aku ragu dia akan bicara dengan musuh publik sepertiku. Namun, aku akan mencobanya.

Gye Jeol menelpon Gook Hwa.

Gook Hwa sendiri tengah berkumpul dengan temannya saat dihubungi Gye Jeol.

Gook Hwa : Ini Han Gye Jeol?

Gye Jeol : Ya, ini aku.

Gook Hwa : Kudengar kau dipecat karena menipu. Sulit dipercaya.

Gye Jeol : Benar. Kau benar. Karena kita sedang membahasnya, apa kau tahu rumah sakit yang bisa mempekerjakanku? Dokter untuk rumah sakit perawatan juga boleh.

Gook Hwa : Rumah sakit perawatan atau semacamnya. Siapa yang mau mempekerjakanmu? Apa kau gila?

Gye Jeol : Benar. Terima kasih sudah memberitahuku.

Gook Hwa : Benar juga. Jung Yi Deun membutuhkan dokter tim atau semacamnya.

Gye Jeol : Apa? Siapa? Jung Yi Deun? Aku akan tutup teleponnya.

Gye Jeol memutus panggilannya. Dia teringat masa lalunya.

Flashback…

Di tepi pantai, Gye Jeol mengejar seorang pria sambil marah-marah. Dia menghentikan langkah pria itu.

Gye Jeol : Jung Yi Deun! Kau sudah gila? Beraninya kau menduakanku? Dengan temanku? Kau tahu Jung Won dan aku dekat.

Yi Deun : Benar. Itu sebabnya aku mengencanimu. Untuk mendekati Jung Won, aku memanfaatkanmu. Namun, seiring kita berpacaran, aku merasa santai di dekatmu. Jadi, aku berkencan dengan kalian berdua. Apa aku jahat?

Gye Jeol : Seharusnya kau bilang sejak awal. Kau menipuku! Bagaimana itu bisa tidak jahat?

Yi Deun : Bagaimana bisa? Kau tidak mengalami kerugian.

Gye Jeol : Apa?

Yi Deun : Aku bintang golf yang sedang naik daun. Seorang pria sepertiku berkencan dengan gadis sepertimu. Kau bahagia, bukan?

Gye Jeol : Gadis sepertiku?

Yi Deun : Orang-orang iri, dan kau merasa bangga. Kau dan aku mendapatkan sesuatu, jadi, anggap saja impas.

Gye Jeol : Kau berbisnis denganku? Bagaimana kau bisa menyebutnya impas?

Yi Deun : Bukankah cinta sama dengan berbisnis? Bersikap perhitungan dan menimbang apa yang terbaik. Yang benar saja, Gye Jeol-ah. Apa yang kau harapkan dari cinta?

Gye Jeol pun terluka.

Flashback end…

Sekarang, Gye Jeol di dalam bis.

Gye Jeol : Ini memalukan, tapi aku mengharapkan cinta yang ditakdirkan. Mungkin itu sebabnya aku tertarik kepada Do Jin Woo.

Gye Jeol ingat saat Kokdu menolongnya ketika dia hampir jatuh dari tangga di depan rumah sakit. Namun, Gye Jeol tidak tahu bahwa Kokdu dan Jin Woo orang yang berbeda dan yang menolongnya saat itu adalah Kokdu.

Gye Jeol : Aku mungkin mau percaya kami ditakdirkan bertemu pada pertemuan pertama.

Gye Jeol kemudian tersadar, pikirkan berapa usiamu. Aku harus berhenti berkhayal.

Di kamarnya, Gye Jeol melihat internet. Ada berita Yi Deun.

Gye Jeol : Baiklah. Aku tidak bisa pilih-pilih. Dia tidak akan rugi dengan dokter terampil sepertiku. Anggap saja impas. Kami berbisnis.

Lalu dia menemukan berita loker yang mencari dokter panggilan rumah dan sewa rumahnya murah.

Gye Jeol : Aku bahkan dapat rumah?

Gye Jeol lalu membaca persyaratannya.

Gye Jeol : Wanita berusia 30-an. Spesialis pengobatan darurat. Itu benar-benar aku.

Namun yang membuat Gye Jeol sedikit lemas adalah karena si pembuat loker lebih suka lulusan universitas provinsi.

Gye Jeol : Seorang pemberontak dari dunia medis lama disambut. Ini pasti palsu, bukan?

Besoknya ditemani Chul, Gye Jeol mencari alamat itu.

Chul menatap google map nya.

Chul : Sepertinya survei rumah tangga sedang mencari seseorang untuk dimanfaatkan, apakah tidak merasakannya?

Gye Jeol : Rumah tangga bukan penipu bukan?

Gye Jeol kemudian menepuk punggung adiknya.

Gye Jeol : Kenapa kau harus ikut dan merusak suasana hati kakak?

Chul : Katakan aku membiarkan Kakak pergi sendirian. Kakak mau ditipu? Aku bisa dengan mudah mencium aroma penipuan, kejahatan, dan hal buruk. Orang-orang bahkan memanggilku K9.

Gye Jeol : Jadi, karena itu kau pergi ke Yeongpo bersama kakak? Kau ada waktu luang belakangan ini? Kekuatan publik seorang polisi sangat hebat.

Chul : Aku dalam perjalanan dinas. Tersangka ada di ranjang rumah sakit ini. Selagi di sini, aku akan menemui pria itu.

Gye Jeol : Maksudmu penyiksa anak itu. Kau belum menemukan bukti?

Chul mengalihkan topic.

Chul : Kita sudah sampai.

Mereka pun beranjak ke depan pagar sebuah rumah.

Chul : Bagus sekali. Tempat ini berbau penipuan.

Gye Jeol masuk, diikuti Chul.

Gye Jeol : Ada orang di rumah? Boleh aku melihat-lihat?

Namun, Gye Jeol terhenyak menyadari rumah itu adalah rumah yang ditinggalinya dulu.

Gye Jeol pun teringat saat dia duduk bersama ibunya di atas dipan yang ada di depan rumah.

Gye Jeol yang tiduran di pangkuan ibunya, dinyanyikan sang ibu. Lalu Gye Jeol ikut menyanyi.

Flashback end…

Sekarang, Gye Jeol dan Chul duduk di dipan itu. Chul tampak sedih.

Gye Jeol : Kau juga memikirkan Ibu?

Chul : Tidak. Aku bahkan tidak ingat wajahnya dengan baik. Aku masih kecil.

Gye Jeol lantas berdiri, ini rumah yang bagus, bukan? Haruskah kita tinggal di sini? Kita bisa menanam selada di sana dan makan jagung di sini.

Chul : Kakak berpikir terlampau jauh lagi. Jangan terlalu berharap. Ini mungkin penipuan atau Kakak mungkin tidak akan dipekerjakan.

Gye Jeol : Hei. Nikmati saja selagi bisa. Kenapa kau merusak momen dan kecewa lebih dahulu? tu akan menjadi kebiasaan jika kau terus melakukannya.

Chul : Aku sering kecewa setelah berharap. Sudah saatnya itu menjadi kebiasaan.

Gye Jeol : Kau tidak ingat perkataan Ibu? Dewa selalu menyiapkan makanan enak, tapi manusia merusaknya dan gagal memakannya. Jangan merusak momen ini. Nikmatilah. Kakak akan melakukan segalanya untukmu. Kau percaya kepada kakak, bukan?

Gye Jeol lalu merangkul Chul.

Chul : Mana mungkin.

Gye Jeol merebahkan kepalanya ke bahu Chul.

Tapi kemudian, dia memukul kepala Chul.

Chul : Kenapa memukulku?

Besoknya, Gye Jeol ke sebuah rumah yang tidak tampak seperti rumah sakit. Lalu dia menatap sekelilingnya yang didominasi laut. Gye Jeol pun takjub.

Gye Jeol : Astaga. Cantik sekali. Aku akan percaya jika mereka mencari pekerja paruh waktu kafe.

Gye Jeol lalu bertanya-tanya sendiri, apa ini skema piramida? Atau mereka kultus?

Tapi Gye Jeol menepis pikirannya.

Gye Jeol : Tidak. Jangan merusak momen ini. Itu akan menjadi kebiasaan.

Gye Jeol masuk. Dan memang benar, itu rumah sakit meski dari luar kelihatan seperti rumah biasa. Tapi tidak ada siapa pun di dalam. Gye Jeol pun bingung, namun dia melihat seseorang duduk dibalik kursi di dalam sebuah ruangan. Gye Jeol pun masuk dan mendekati orang itu secara perlahan.

Gye Jeol : Halo. Aku Han Gye Jeol yang datang untuk wawancara.

Orang itu berbalik. Dia Kokdu! Wkwkwkw….

Gye Jeol kaget, Profesor Do?

Kokdu : Aku Kokdu.

Gye Jeol : Sedang apa kau di sini?

Kokdu : Mencari dokter.

Gye Jeol : Sudah kubilang aku tidak mau bertemu denganmu lagi. Kenapa kau terus berada di dekatku?

Kokdu : “Berada di dekatmu?” Aku? Kurasa kau yang berada di dekatku. Kau datang untuk wawancara. Perkenalkan dirimu.

Gye Jeol : Memangnya kau siapa, bisa memerintahku?

Kokdu : Pemilik gedung klinik ini.

Gye Jeol : Pemilik gedung apanya? Kau bahkan tidak punya ingatan untuk membuka klinik. Kau membuka klinik dengan uang.

Kokdu : Aku tidak punya ingatan, tapi aku punya banyak uang.

Gye Jeol : Berapa banyak? Kau akan bermurah hati dengan uang sewanya? Pemilik gedung yang baik atau semacamnya?

Kokdu : “Sewa”? Kenapa aku butuh uang receh itu?

Gye Jeol : Kau tidak akan menagih biaya sewa?

Kokdu : Tidak, karena ini pekerjaan sosial. Kau akan terus berdiri?

Gye Jeol : Baiklah. Aku bisa memeriksa kontraknya sebelum pergi.

Kokdu pun mengajak Gye Jeol duduk di kursi untuk tamu.

Gye Jeol membaca kontrak bisnisnya.

Gye Jeol kaget, sewanya gratis dan keuntungannya juga milikku?

Kokdu : Ya. Waktuku singkat di dunia manusia, Nona. Putuskan dengan cepat.

Gye Jeol : Bagaimana aku bisa memutuskan hal seperti ini sekarang?

Kokdu : Sekarang atau tidak sama sekali. Waktu dan takdir bukan milikmu begitu itu berlalu. Itu akan menjadi milik mereka.

Kokdu menunjuk ke arah para pelamar.

Melihat itu, Gye Jeol teringat kata2 dia ke adiknya tadi.

Gye Jeol : Ini rumah yang bagus, bukan? Haruskah kita tinggal di sini? Kakak akan melakukan segalanya untukmu.

Flashback end…

Gye Jeol : Apa rumahnya juga gratis?

Kokdu : Begitu kau menandatangani kontraknya, itu milikmu.

Gye Jeol : Benarkah?

Kokdu : Aku tidak bisa membuatmu bekerja tanpa menyediakan tempat tidur. Aku biasanya menghukum atasan yang buruk seperti itu.

Gye Jeol : Baiklah, aku akan melakukannya.

Gye Jeol menuliskan namanya di kontrak, lalu membubuhkan capnya.

Kokdu : Kalau begitu, ini hari pertama kita bersama?

Gye Jeol : Tidak secepat itu. Ada banyak hal yang harus dilakukan, termasuk melapor ke pusat kesehatan publik.

Gye Jeol mengangkat kontraknya tinggi2 ke depan matanya.

Kokdu pun menatap lembaran belakang kontrak yang kosong. Dan seketika, beberapa tulisan muncul di sana hanya dengan tatapan Kokdu.

Kokdu : Kita harus melapor ke negara untuk berkencan?

Gye Jeol : Vulgar sekali. “Kencan?” Siapa?

Kokdu : Kau sudah memberi capmu. Kau tidak bisa berpura-pura tidak tahu.

Kokdu membalik lembaran kontrak. Gye Jeol kaget ada tulisan di sana, yang mengharuskan dia mengencani Kokdu selama 90 hari dan jika kontrak dilanggar, maka sewa sepuluh tahun penuh harus dibayar.

Gye Jeol bingung, itu tidak ada di sana semenit lalu.

Kokdu : Ada di sana. Seharusnya kau membaca kontraknya dengan saksama.

Gye Jeol : Kontrak ganda seperti ini ilegal dan dianggap kontrak tidak adil.

Kokdu : Kalau begitu, tuntut aku. Kau punya uang untuk menyewa pengacara, bukan?

Gye Jeol : Kau pernah menjauhiku. Kenapa kau melakukan ini kepadaku sekarang?

Kokdu : Tertulis di sana. Aku ingin memacarimu. Ada lagi yang kau butuhkan?

Gye Jeol : Ya.

Kokdu : Apa? Hatiku?

Gye Jeol : Permintaan maafmu. Setelah semua perbuatanmu kepadaku, kau bahkan tidak meminta maaf. Melihatmu saja membuatku mendidih karena marah, jadi, bagaimana aku bisa memacarimu?

Gye Jeol lalu tanya berapa biaya sewa sepuluh tahun?

Kokdu : Apa?

Kokdu mendadak terbata-bata bicara.

Kokdu : Karena itu sepuluh tahun… sekitar 100.000 dolar?

Gye Jeol kaget, seratus ribu dolar?

Gye Jeol kesal, kau…. kau….

Gye Jeol pun pergi.

Chul lagi tiduran di dipan. Gye Jeol datang dan menempelkan ice cream ke pipi Chul.

Chul : Dingin.

Gye Jeol : Makan sesuatu yang dingin dan bangun?

Gye Jeol duduk dan melahap ice creamnya.

Chul : Apa itu? Skema piramida? Apa mereka menyuruh Kakak membeli matras giok? Di mana? Tunjukkan jalannya.

Chul mau pergi tapi ditarik Gye Jeol. Chul pun duduk.

Gye Jeol : Itu klinik biasa. Dia sangat ingin mempekerjakanku, tapi kakak tidak akan pergi. Kakak sudah memutuskan.

Chul : Kenapa?

Gye Jeol : Dia menyuruh kakak membayar 100.000 dolar. Itu jumlah uang yang besar.

Chul : Jadi, dia penipu. Sewanya 100.000 dolar per tahun di pedesaan seperti ini?

Gye Jeol : Itu bukan untuk satu tahun.

Chul : Lalu berapa tahun?

Gye Jeol : Sepuluh tahun.

Chul meraih ponselnya dan mulai menghitung.

Chul : Jika sepuluh tahun… Tunggu. 830 dolar per bulan? Harganya 830 dolar untuk klinik dan rumah? Itu lebih dari bagus untuk Kakak.

Gye Jeol : Benarkah? Astaga. Chul-ah, kenapa kau tiba-tiba pintar? Apa feng shui rumah ini bagus?

Chul : Kakak harus membayar lebih untuk menjual roti berbentuk ikan. Lalu kenapa jika dewa menyiapkan makanan enak? Kakak tidak bisa memakannya karena tidak bisa menghitung. Jadi, tidak ada yang meremehkan kakak, dan kakak tidak perlu khawatir akan diusir.

Gye Jeol : Namun, total biaya sewanya hanya 830 dolar per bulan? Haruskah kakak menjadi wiraswasta?

Gye Jeol pun pergi ke bank, mau meminjam uang.

Pegawai bank : Tidak sulit mendapatkan pinjaman 100.000 dolar.

Gye Jeol : Dalam drama, mereka mengusirmu karena kau pengangguran.

Pegawai bank : Itu hanya drama. Jika kau dokter, kau bisa mendapatkan semuanya.

Gye Jeol : Benar, bukan? Aku bisa, ya?

Pegawai bank : Ya. Kau tidak punya rekening cerukan atau pinjaman lain, bukan?

Gye Jeol : Apa ada orang berusia 30-an yang tidak punya itu?

Gye Jeol pun keluar dari bank dengan wajah lemas.

Gye Jeol : Tentu saja tidak akan mudah. Jika aku bank, aku juga tidak akan meminjamkan uang. Tidak bisakah ada badai uang dari suatu tempat?

Tiba2, hujan uang turun.

Gye Jeol : Ini benar-benar badai uang.

Gye Jeol mengambil selembar.

Gye Jeol : 50 dolar. Andai ini uangku.

Kokdu muncul, itu benar-benar uangmu.

Gye Jeol : Kau melakukan semua ini? Apa kau perencana acara profesional?

Gye Jeol lalu teriak2 memanggil oang, ada orang di sana?

Tapi tak ada selain mereka berdua.

Gye Jeol : Namun, apa ini? Kau pamer bahwa kau kaya?

Kokdu : Aku minta maaf.

Gye Jeol : Apa?

Kokdu : Kau bilang aku harus minta maaf lebih dahulu.

Gye Jeol : Permintaan maaf diucapkan dengan kata-kata, bukan uang.

Kokdu : Maafkan aku.

Gye Jeol : Kau bercanda?

Kokdu : Lihat? Kau tidak bisa melihat ketulusan dalam kata-kataku, jadi, kau hanya marah. Namun, kau bisa melihat ketulusan dalam uang dengan sangat jelas.

Gye Jeol : Entah permintaan maafmu bernilai 10 atau 100 dolar.

Kokdu : Permintaan maafku bernilai 100.000 dolar, Han Gye Jeol. Terimalah uang ini… Tidak. Terimalah permintaan maafku dan berkencanlah denganku. Jadi…

Gye Jeol : Katakan kenapa kau mendadak ingin berkencan denganku.

Kokdu : Alasannya? Itu…

Wajah Kokdu berubah sedih, saat aku melihatmu, aku dapat ingatanku yang hilang. Aku kesal karena terus kembali ke tempat dalam ingatanku, tempat aku pasti bersama orang lain, tapi apa yang bisa kulakukan? Pasti begitulah rasa sakitku berakhir.

Gye Jeol : Tidak masuk akal kau mau memacariku hanya untuk mengembalikan ingatanmu.

Kokdu : Kenapa tidak masuk akal? Aku akan menemukan ingatanku, dan kau akan mendapatkan kliniknya. Kita berdua menang. Aku cukup layak untuk berbisnis secara etis.

Kata2 Kokdu mengingatkan Gye Jeol sama kata2 Yi Deun.

Yi Deun : Kau dan aku mendapatkan sesuatu, jadi, anggap saja impas.

Gye Jeol kesal, kenapa semua orang ingin berbisnis denganku? Aku tidak mengerti.

Kokdu : Aku yang tidak mengerti. Aku tampan, pintar, dan sangat kaya. Aku tidak kekurangan apa pun, dan aku ingin memacarimu. Kenapa kau sangat menentangnya? Seorang pria sepertiku berkencan dengan gadis sepertimu. Kau bahagia, bukan?

Kata2 Kokdu yang mirip Yi Deun, bikin Gye Jeol makin sewot.

Gye Jeol : Apa kalian kembar? Kenapa semua orang terus mengatakan hal yang sama? Baiklah. Aku tidak sebanding dengan kalian. Aku tidak perlu diberi tahu untuk mengetahui itu! Aku tahu, jadi, pergilah. Kau membuatku merasa buruk.

Kokdu : Tunggu. Tetap saja, kau harus mencoba berkencan denganku.

Gye Jeol : Yang benar saja! Kuharap kau mematahkan setiap tulang di tubuhmu. Dengan begitu, kau tidak akan muncul di hadapanku lagi. Dengan begitu, kau tidak akan membuatku kesal lagi!

Gye Jeol pergi.

Kokdu mau pergi tapi tiba2 saja seluruh tubuhnya berasa diremukkan.

Kokdu pun terjatuh dan terbaring di aspal. Dia teriak kesakitan di tengah hujan uangnya.

Di rumah, Gak Shin menempelkan koyo ke punggung Kokdu. Kokdu ngomel.

Kokdu : Kubilang aku akan memberinya uang. Kubilang aku akan minta maaf! Jadi, kenapa dia marah? Kudengar ada banyak orang dengan masalah kendali kemarahan. Dia pasti juga mengidap itu. Astaga.

Gak Shin : Jika kau mengatakannya seperti itu, bahkan orang paling tenang pun akan marah. Jika kau ingin menggodanya, kau seharusnya menyiapkan lebih banyak.

Kokdu : Penampilan, otak, dan kekayaan! Aku terlahir terlalu baik untuk merayu wanita lajang. Apa lagi yang harus kusiapkan?

Gak Shin : Setidaknya kau harus mencari tahu apa yang dia suka dan benci, pria seperti apa yang dia kencani, dan apakah dia bahagia atau terluka oleh mereka.

Kokdu : Waktuku singkat dalam hidup ini, Gak Shin. Aku tidak punya waktu untuk mengenalnya!

Gak Shin : Bahkan jika kau tidak punya waktu…

Kokdu : Aku tidak mau, bahkan jika aku punya waktu. Mengenalku, jatuh cinta kepadaku, dan mengingatku. Di kehidupan ini, semua terserah kepadanya.

Gak Shin : Astaga, kau sangat keras kepala.

Gak Shin selesai menempelkan koyo, tapi dia sekalian menepuk punggung Kokdu.

Kokdu : Kau sengaja melakukannya? Astaga.

Ok Shin ketawa.

Kokdu melihat tawa Ok Shin. Dia kesal.

Ok Shin : Jadi, tentang Han Gye Jeol… Teganya dia melakukan ini kepadamu, Tuan Kokdu. Benarkah ada cara untuk melakukan ini kepadamu di dunia ini?

Kokdu : Apa urusannya denganmu? Kau juga akan mencobanya?

Kokdu mau menghajar Ok Shin tapi dia tak bisa menggerakkan badannya karena sakit.

Ok Shin makin meledek Kokdu.

Kesal, Kokdu bersiap menjentikkan jarinya. Ok Shin ketakutan dan melarang Kokdu melakukannya. Tapi Kokdu menjentikkan jarinya. Ok Shin seketika melayang ke atas tapi hanya sebentar.

Ok Shin makin ketawa melihat Kokdu kehilangan kekuatan.

Kokdu lalu menyentuh sofa. Mencoba membuat sofa beku tapi tidak bisa.

Gak Shin cemas, apa terjadi sesuatu pada kemampuanmu karena kau terluka?

Lalu tiba2, Kokdu mendengar bisikan.

“Matilah! “

Kokdu langsung menutupi kedua telinganya.

Ok Shin melihat jam. Jam sembilan.

Bisikan semakin terdengar.

“Choi Kwang Mo! Teganya kau!”

Ok Shin : Siapa kali ini?

Kokdu : Choi Kwang Mo. Siapa Choi Kwang Mo?

Gak Shin meraih ponselnya dan menunjukkan foto Choi Kwang Mo.

Kokdu : Ok Shin, aku akan berurusan denganmu nanti.

Kokdu mau menghilang tapi tidak bisa.

Dia mencoba sampai dua kali tapi tetap tak bisa.

Ok Shin tertawa.

Ok Shin : Apa? Kau bahkan tidak bisa bergerak lagi? Astaga, kau menjadi bahan
tertawaan, Tuan Kokdu. Para bedebah Korea pasti sangat gembira.

Kokdu : Kurasa kaulah yang sangat gembira, Ok Shin.

Kokdu pun beranjak ke mobil emas Ok Shin. Di belakang, Ok Shin dan Gak Shin berusaha mencegah Kokdu pergi. Terutama Ok Shin yang takut mobil emas nya kenapa-napa. Ok Shin berdiri di depan pintu mobilnya, menghalangi Kokdu masuk.

Ok Shin : Kau bahkan tidak bisa bergerak.

Gak Shin : Aku sudah melayanimu selama ratusan tahun, dan ini kali pertama. Tolong jangan pergi hari ini.

Ok Shin : Aku punya firasat buruk tentang ini. Pergi saja lain kali.

Kokdu : Apa? Lain kali? Jangan menghalangi!

Kokdo menyingkirkan Ok Shin yang menghalangi jalannya.

Lalu dia masuk ke mobil Ok Shin dan pergi.

Ok Shin nya stres mobilnya dibawa pergi.

Di depan rumah sakit, orang-orang tengah berdemo. Mereka menuntut Choi Kwang Mo dihukum mati atas kematian Yoona. Kamera menyorot foto Yoona, yang dipegang para pendemo. Yoona, si gadis kecil.

Kwang Mo nya lagi duduk di ranjang di RS dan diinterogasi Chul. Ternyata penyiksa anak yang dimaksud Gye Jeol tadi adalah Kwang Mo.

Kwang Mo : Berapa kali harus kukatakan? Memar di wajahnya berasal dari kecelakaan.

Chul : Memar yang kau dapat dari jatuh dan yang kau dapat karena dipukul dalam waktu lama berbeda. Kami menerima beberapa laporan dari TK Yoona dan UGD.

Kwang Mo : Baiklah. Dia tidak mau mendengarkan, jadi, aku memberinya pelajaran. Dia anakku. Tidak bisakah aku mendidiknya sesuai keinginanku?

Chul : Tidak bisa, Pak Choi Kwang Mo. Itu kejahatan.

Kwang Mo : Kalau begitu, silakan tangkap aku.

Chul pun gregetan tidak bisa menangkap Kwang Mo karena kurangnya bukti.

Chul : Ada kebakaran di rumahmu dua hari sebelum kecelakaan Yoona. Kenapa itu terjadi?

Kwang Mo : Dia pasti ingin memasak, tapi lupa mematikan katup gasnya.

Chul : Kami menemukan bukti seseorang sengaja menyalakan api. Yoona sudah menyatakan dia tidak pernah menyentuh gasnya.

Kwang Mo : Dia pandai berbohong. Apa dia mempelajarinya di panti asuhan? Ini sebabnya jangan menampung anak-anak saat kau bahkan tidak tahu dari mana asal mereka.

Chul : Choi Kwang Mo. Kau mencoba membunuh Yoona, bukan? Kau mengadopsi anak, tapi saat anak kandungmu lahir, kau mencoba membunuhnya!

Kwang Mo : Itu… Aku memang ingin melakukannya.

Chul : Apa?

Kwang Mo : Namun, anak itu tewas dalam kecelakaan mobil. Entah aku ingin membunuhnya atau tidak, aku tidak melakukannya. Jadi, kenapa kalian mendesakku? Jika kau mau membuat keributan, bawalah bukti.

Perawat datang mengingatkan Chul bahwa jam besuk sudah berakhir.

Chul kesal dan terpaksa pergi tapi Kwang Mo memanggilnya lagi.

Kwang Mo melemparkan uang ke lantai.

Kwang Mo : Pak Detektif. Biaya lalu lintasmu. Kau datang jauh-jauh dari Seoul. Gunakan itu dalam perjalanan pulang.

Chul : Ambil kembali sebelum aku memenjarakanmu atas penyuapan.

Kwang Mo : Aku mendapat kompensasi yang cukup besar saat anak itu meninggal. Kupikir aku akan menyumbang saat aku kaya.

Chul mau memukul Kwang Mo tapi lagi2 tidak bisa.

Akhirnya Chul pun keluar.

Para pendemo masih menuntut keadilan atas Yoona.

Chul gondok, kenapa dewa kematian masih belum mencabut nyawanya?

Chul pun beranjak dan melewati mobil emas Ok Shin di parkiran.

Kwang Mo lagi makan apel. Tak lama, dia beranjak kulkas dan mengambil jus. Lagi minum, tiba2 aja lampu di kamarnya jadi remang-remang. Lalu Kokdu tiba2 muncul di depannya, membuatnya terlonjak karena kaget.

Kwang Mo : Siapa kau? Dari mana asalmu?

Kokdu : Aku roh yang datang menjemputmu.

Kwang Mo pun berdiri, begitu rupanya. Apa kau jurnalis kebencian? Sudah kubilang, bukan? Aku tidak membunuh anak itu.

Kokdu : Manusia tidak akan pernah tahu kau mendorong Yoona dengan tanganmu.

Kwang Mo kaget Kokdu tahu dia membunuh Yoona.

Kita diperlihatkan flashback apa yang terjadi. Terjadi kecelakaan. Mobil yang ditumpangi Kwang Mo dan Yoona menabrak pembatas jalan. Yoona terlempar keluar. Kwang Mo yang juga terluka, turun dari mobil dan mendekati Yoona yang terkapar di aspal. Yoona yang dalam kesakitan, menatap ayahnya.

Yoona : Aku baik-baik saja, Ayah. Jangan khawatir.

Kwang Mo lantas mengangkat Yoona tinggi2.

Flashback end…

Kokdu : Teganya kau membunuh anak sehat hanya demi kompensasi. Sampai kapan aku harus melihat bedebah sepertimu? Melihatmu saja membuat mataku membusuk dan membuatku muntah. Jadi, berapa lama lagi?

Kwang Mo : Beraninya kau mengancamku?

Kwang Mo yang terdesak ke meja, diam-diam mengambil pisau buah di atas meja.

Dengan gerakan cepat, dia melukai leher Kokdu. Namun dia terkejut melihat luka di leher Kokdu pulih begitu saja.

Jung Won berjalan di koridor RS bersama perawat yang mengingatkan Chul soal jam besuk tadi.

Perawat : Hei, kau sudah dengar?

Jung Won : Tentang apa?

Perawat : Profesor Do ada di Kota Yeongpo. Namun, bersama Han Gye Jeol.

Jung Won : Apa?

Si perawat menunjukkan foto Gye Jeol dan Kokdu yang berantem di depan bank.

Jung Won kesal.

Lalu mereka mendengar sebuah jeritan.

Mereka kaget.

Kokdu mencekik Kwang Mo. Kwang Mo seketika membeku dan meninggal dunia.

Jung Won dan perawat lari ke kamar Kwang Mo.

Kokdu yang mendengar suara langkah diluar, mencoba menghilang tapi tidak bisa.

Kokdu kesal, ayo! Menghilanglah!

Kokdu menatap jasad Kwang Mo yang ada di dalam lemari es.

Jung Won dan si perawat sudah di depan pintu.

Ketika Jung Won membuka pintu, dia kaget karena merasakan sekelabat yang melarikan diri dengan cepat.

Perawat : Ada apa, Jung Won?

Jung Won : Baru saja, sesuatu yang dingin lewat.

Si perawat memanggil Jung Won.

Mereka sama-sama kaget melihat kantong infus di tangan perawat yang membeku.

Jung Won pun mencoba mencari tahu apa yang terjadi diikuti oleh si perawat.

Tiba2, lampu di koridor meledak kecil.

Di tengah percikan api dari lampu, Jung Won melihat Kokdu tak jauh di depannya.

Jung Won kaget, Kak Jin Woo?

Chul di mobilnya, bicara dengan rekannya.

Chul : Aku akan kembali ke kantor polisi.

Chul kemudian melajukan mobilnya tapi berhenti di dekat pintu keluar.

Setelah Chul pergi, Kokdu berjalan dengan santainya menuju mobil emas.

Kokdu tertawa jahil, aku akan membuang mobil rongsokan ini.

Kokdu pun melajukan mobilnya.

Kokdu : Mari kita buang.

Ada palang di jalan keluar.

Kokdu marah, beraninya kau halangi jalanku!

Kokdu menabrak palang.

Lalu dia menabrak mobil Chul dan pergi.

Chul kesal, si berengsek itu!

Chul memasang sirine di atas mobilnya dan bergegas mengejar Kokdu.

Kokdu melihat Chul mengejarnya.

Kokdu : Dia mengejarku.

Kokdu lantas memberhentikan mobilnya di tanah kosong disamping bangunan.

Lalu tak lama, dia melihat kedatangan Chul.

Kokdu : Gigih sekali.

Kokdu coba menghilang tapi gak bisa.

Chul mengeluarkan pistolnya dan beranjak ke arah mobil emas pelan2.

Kokdu terus berusaha menghilang tapi gagal terus.

Lalu dia melihat Chul yang semakin mendekat.

Chul heran dan menyimpan pistolnya. Dia membuka pintu mobil emas dan, Kokdu sudah menghilang.

Chul heran, seseorang menghilang lagi. Bagaimana mungkin?

Kokdu jatuh tak jauh dari rumahnya.

Kokdu : Astaga. Sakit.

Seekor anjing putih mendekatinya.

Kokdu : Apa ini? Anjing?

Hari sudah terang sekarang. Kokdu masih rebahan di sofa, sambil nonton berita.

“Choi Kwang Mo, yang sedang diselidiki polisi karena menganiaya putri angkatnya, dibunuh semalam.”

Kokdu lalu mengeluh sakit di punggungnya.

Ok Shin dan Gak Shin datang.

Berita menampilkan video saat Chul dan tim nya yang menyelidiki mobil emas Ok Shin. Dan disebutkan bahwa tersangka pembunuh Kwang Mo melarikan diri dari pengejaran polisi dan berhasil mengamankan mobil tersangka dan akan melakukan identifikasi.

Ok Shin protes, Tuan Kokdu.

Kokdunya cuek.

Ok Shin : Hei, Kokdu!

Kokdu : “Hei, Kokdu?” Di mana sopan santunmu? Atau kau ingin dihukum?

Ok Shin : Si Emas-ku. Teman lamaku, si Emas. Mobilku!

Kokdu : Mobilmu? Apa ada barangmu di sini? Tidak, semuanya milikku.

Ok Shin : Yang benar saja. Seharusnya kau tidak keluar jika sakit! Kenapa harus mengambil si Emas-ku dan menjadikannya penjahat? Polisi akan tahu bahwa itu mobilku. Apa yang harus kulakukan?

Kokdu : Katakan itu dicuri. Desak polisi untuk menemukan pencurinya. Bukankah kau salah satu dari sepuluh konglomerat terbesar? Kau sudah menyombongkannya, jadi, seharusnya itu mudah. Masuklah ke kamarmu. Kau berisik.

Ok Shin mau nangis dan menatap Gak Shin.

Gak Shin mencoba menenangkan Ok Shin.

Ok Shin : Kenapa aku harus mengalami penghinaan ini?

Gye Jeol mendatangi sebuah rumah tradisional yang halamannya dipenuhi puluhan gentong penyimpanan. Dia pun teringat kata2 si pegawai bank tempo hari.

Flashback…

Pegawai bank memberinya kartu nama.

Pegawai bank : Kau tahu Yeongpo Jongga, bukan? Terkenal dengan pasta cabai tradisionalnya. Istrinya mengelola dana pengembangan komunitas. Terkadang dia mendukung perusahaan rintisan, jadi, kunjungilah dia.

Flashback end…

Gye Jeol membaca kartu nama itu.

Gye Jeol : “Yeongpo Jongga, Master Moon Myung Ja”

Gye Jeol lantas mendekati salah satu pekerja yang tengah mengurusi gentong.

Dia Yoo Jae Suk!

Gye Jeol : Apa Bu Moon Myung Ja ada di sini?

Jae Suk : Bu Moon?

Bu Moon keluar, ada apa?

Jae Suk : Dia datang untuk menemui anda.

Gye Jeol menyapa Bu Moon.

Gye Jeol : Aku Han Gye Jeol, yang tadi menelepon.

Bu Moon : Kenapa kalian datang bersama? Merepotkan sekali.

Gye Jeol : Kalian?

Gye Jeol menoleh ke belakangnya dan terkejut melihat Kokdu.

Bu Moon : Kalian kemari untuk bermain-main? Kalian tidak akan bekerja?

Gye Jeol : Bekerja?

Bu Moon : Aku harus membuatmu bekerja untuk tahu kau mau bayar atau tidak. Lupakan saja jika kau tidak mau bekerja.

Bu Moon beranjak ke dalam.

Kokdu mendekati Gye Jeol.

Kokdu : Aku suka bekerja.

Kokdu menyusul Bu Moon.

Gye Jeol terpaksa menahan dirinya dan pergi menyusul mereka.

Di dapur, Bu Moon menunjukkan cara mengaduk adonan di dalam gentong yang terjerang.

Bu Moon : Kau lihat itu, bukan? Aduk rata. Awasi baik-baik. Jika menempel di bawah, kita akan punya masalah. Kita harus membuang semuanya.

Bu Moon pergi.

Gye Jeol mulai mengaduk. Sambil mengaduk, dia tanya sedang apa Kokdu di sana.

Kokdu : Aku datang untuk meminjam uang. Dengan kata lain, kita pesaing.

Gye Jeol : Kau punya uang. Kenapa kau harus meminjam uang? Kenapa kau bersaing melawanku?

Kokdu : Agar kau tidak dapat uangnya. Mereka tidak mampu menyokong dua orang sekaligus. Terima saja uang yang kutawarkan kepadamu alih-alih menyebabkan masalah bagi semua orang yang terlibat.

Gye Jeol kesal, hei! Yang benar saja. Jika kau ingin berkencan denganku, lakukan sesuatu yang baik. Kau hanya mencoba membuatku kesal. Bagaimana aku bisa jatuh cinta kepadamu? Kenapa kau tidak melakukan hal baik dahulu? Aku pantas mendapatkannya.

Kokdu : Apa maksudmu? Kau tampak kesulitan. Menyerahlah. Lagi pula, kau tidak bisa mengalahkanku.

Gye Jeol : Jika kau di sini untuk bersaing denganku, setidaknya bekerja keraslah. Kenapa hanya aku yang bekerja?

Kokdu : Mereka yang selalu bekerja keras biasanya tidak percaya diri. Masalahnya, aku tidak punya alasan untuk merasa tidak percaya diri. Karena itu, aku tidak perlu bekerja keras.

Kokdu membuang sendok papannya.

Gye Jeol : Berhentilah mengoceh. Kemarilah dan aduk ini. Cobalah bekerja keras.

Kokdu : Sudah kubilang. Aku bahkan tidak tahu artinya bekerja keras.

Kokdu mau pergi tapi tiba2 saja dia menuruti perintah Gye Jeol.

Gye Jeol heran, apa ini? Kau tiba-tiba menjadi lambang pekerja keras?

Kokdu : Aku lupa kau bukan manusia biasa.

Gye Jeol : Teruskan. Teruslah mengaduk.

Kokdu : Jangan memerintahku.

Kokdu terus mengaduk.

Gye Jeol : Bagus, kau melakukannya dengan baik.

Kokdu : Sebaiknya kau berdoa agar kutukanku terangkat. Jika tidak, setelah penghentian keberadaanmu, kau akan bertemu dewa paling menakutkan. Kau harus memohon sambil merangkak. Kau akan sangat menderita. Aku pasti akan menyaksikannya tepat di depan mataku.

Kokdu lalu berhenti.

Kokdu : Astaga, ini membakar mataku! Astaga!

Kokdu istirahat. Gantian Gye Jeol yang mengaduk.

Bu Moon masuk dan memeriksa adonannya.

Bu Moon : Kau bekerja dengan baik. Bahkan aku tidak bisa bekerja sebaik itu. Melihat betapa rajinnya kau, aku tahu kau akan sukses dalam apa pun.

Lalu Bu Moon menyindir Kokdu.

Bu Moon : Astaga. Bersikap jantanlah. Kau lemah sekali. Kau tidak berguna.

Bu Moon pergi.

Kokdu sewot, apa wanita tua itu tidak melihat aku berkeringat?

Gye Jeol tertawa puas.

Kokdu kesal, kenapa tertawa begitu?

Gye Jeol menjulurkan lidahnya, mengejek Kokdu.

Sekarang, mereka berdua duduk di dalam sama Bu Moon.

Gye Jeol melihat obat asma Bu Moon di atas meja.

Gye Jeol : Kau mengidap asma?

Bu Moon : Aku sudah mengidapnya selama bertahun-tahun. Seringlah mengunjungi kami dan bantu kami.

Gye Jeol : Tentu. Terima kasih. Aku akan melakukan yang terbaik.

Bu Moon : Bukan untuk pamer, tapi jika macam-macam denganku, kau tidak akan bisa menginjakkan kaki di Yeongpo lagi. Jadi, jangan pernah bermimpi untuk kabur dengan uangku. Kau mengerti?

Gye Jeol : Ya. Aku akan bekerja keras dan membayar anda penuh.

Kokdu meminum tehnya dengan wajah kesal sambil menatap Gye Jeol.

Gye Jeol juga menatap galak Kokdu.

Gye Jeol lalu pamit pada Bu Moon.

Kokdu : Hei, kenapa kau meminjaminya uang sebanyak itu?

Bu Moon : Apa? Kau bicara denganku sekarang?

Kokdu : Siapa lagi yang ada di sini? Jika dokter tiba-tiba menginvasi hidupmu dan mengungkap rahasia busukmu, apa kau akan senang? Mari kita cari tahu.

Kokdu mengambil kue dan beranjak pergi.

Bu Moon kesal, dasar kurang ajar.

Gye Jeol menari-nari di depan Kokdu saking senangnya.

Kokdu : Apa yang kau lakukan? Kau sesenang itu bisa meminjam uang?

Gye Jeol pun berhenti menari.

Gye Jeol : Akhirnya aku bisa membuka klinik sendiri. Aku tidak suka pemilik gedungku. Namun, aku bisa mengatasinya. Tidak ada yang sempurna. Dalam hidup, kau selalu kehilangan sesuatu saat mendapatkan sesuatu.

Kokdu : Kau bilang begitu karena baru hidup 30 tahun. Kau akan sadar apa pun yang kau dapat buruk jika hidup 300 tahun. Tidak ada yang baik dalam hidup. Beberapa hal sedikit lebih bisa ditoleransi. Itu saja.

Gye Jeol pun membungkukkan badannya dan menatap wajah Kokdu dari bawah.

Gye Jeol : Hidup bagaimana yang dijalani seseorang sampai bisa sepesimis ini?

Kokdu mengangkat wajah Gye Jeol dengan telunjuknya.

Kokdu : Aku jatuh tanpa henti dari tempat yang sangat tinggi. Harapan bahwa aku akhirnya mencapai dasar hanya membuatku makin menderita

Gye Jeol : Mereka bilang jatuh bisa mengajarimu terbang

Kokdu : Lalu kenapa kau tidak mengajariku cara terbang? Membantuku setelah menyusahkanku. Bukan ide buruk.

Gye Jeol : Apa maksudmu? Kau mengajakku berkencan lagi?

Kokdu : Setidaknya katakan kenapa kau tidak menyukaiku. Kau dahulu menempel. Aku tidak percaya kau berubah total. Apa kau selalu melupakan semua dan berubah begitu cepat?

Gye Jeol : Aku bukannya tidak menyukaimu. Aku hanya tidak cukup menyukaimu untuk berkencan denganmu.

Kokdu : Apa yang bisa kulakukan agar kau menyukaiku?

Gye Jeol : Aku ingin bertemu seseorang yang bisa membuatku jatuh cinta kepadanya tanpa berusaha.

Kokdu : Kau tidak akan pernah menemukan orang seperti itu.

Gye Jeol : Aku yakin pria seperti itu ada. Takdir akan menyatukan kami.

Kokdu : “Takdir?”

Gye Jeol : Aku tahu. Itu terdengar kekanak-kanakan dan konyol, bukan? “Kau pikir hidup itu lelucon? Kau sangat manja.” “Apa kau bodoh?” Semua orang mengkritikku. Namun, memercayai takdir bukanlah dosa.

Kokdu : Itu dosa. Kau ingin berjalan di jalan yang diciptakan Dewa untukmu? Kau senang menjadi boneka Dewa? Tidak punya harga diri dan tekad yang seharusnya manusia punya. Itu dosa.

Gye Jeol : Aku yakin Tuhan tidak membuka jalan untuk menyakitiku. Jika dia jodohku, dia hanya akan melihatku. Pria itu tidak akan melihat wanita lain untuk menemukan pasangan yang lebih baik. Dia tidak akan perhitungan, mencoba mencari tahu siapa yang berkontribusi lebih banyak pada hubungan. Aku bukan siapa-siapa, tapi aku yakin dia akan mencintaiku.

Kokdu : Kau sama sekali tidak percaya diri? Kaupikir kau sepayah itu?

Gye Jeol : Bagaimana denganmu, Kokdu? Kau menyukai dirimu sendiri?

Kokdu agak terdiak mendengar pertanyaan Gye Jeol.

Gye Jeol : Aku hanya mengatakannya. Jika kau sungguh ingin berkencan denganku, bawakan aku bukti, bukan kontrak.

Kokdu : Bukti apa?

Gye Jeol : Bukti untuk membuktikan kaulah yang ditakdirkan bersamaku.

Bersambung ke part 2…

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like