Kokdu : Season of Deity Eps 3 Part 2

Tentangsinopsis.com – Sinopsis Kokdu : Season of Deity Episode 3 Part 2, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini.baca episode sebelumnya DISINI.

Kokdu duduk bersama Gak Shin di sebuah bazar. Hari sudah malam. Sekitar mereka dipenuhi tumpukan salju. Dan, hanya ada kios peramal disama.

Kokdu : Aku melihat peramal di mana-mana. Manusia terobsesi dengan takdir. Aku iri pada Tuan Dewa. Dia punya banyak pelayan setia.

Gak Shin : Apa yang bisa kau lakukan? Semua orang merasa cemas seperti perahu di laut ganas. Mereka butuh mercusuar untuk memandu mereka. Saat keadaan tidak berjalan sesuai keinginan mereka, mereka bisa menyalahkan kesialan dan menghibur diri.

Kokdu : Bodoh sekali.

Gak Shin : Kau bisa mengungkap semua rahasia di dunia. Apa masalahnya? Hipnotis saja Han Gye Jeol. Tatap matanya dan katakan, “Han Gye Jeol.” Sebut namanya tiga kali saja, dan dia akan memberitahumu semuanya. Tanyakan apa yang dia maksud dengan “bukti”. Tanyakan saja langsung. Ini sangat sederhana.

Kokdu : Tidak, aku tidak mau. Kekuatanku tidak boleh disia-siakan untuk manusia biasa. Jelas, dia belum cukup putus asa. Mengenalku, jatuh cinta kepadaku, dan mengingatku.

Gak Shin : Kali ini, kau harus mengerjakan semuanya.

Kokdu : Kenapa kau menyalahkanku?

Kokdu lalu berdiri di depan Gak Shin.

Dia kemudian tertarik dengan kios peramal dan minta delapan dolar pada Gak Shin.

Gak Shin : Kenapa?

Kokdu : Aku ingin diramal kecocokan.

Gak Shin terkejut mendengarnya.

Besoknya, Gye Jeol sibuk pindahan. Tapi dia kesulitan menurunkan barang-barangnya dari mobil pick up. Kokdu lewat. Gye Jeol pun langsung menyuruh Kokdu membantunya.

Kokdu kesal : Kau suka memerintah orang.

Tapi dia gak bisa menolak perintah Gye Jeol.

Dia pun menurunkan barang2 Gye Jeol dari mobil pick up.

Seorang pria tua lewat dan melihat ada lingkaran kuning di atas kepala Kokdu.

Sontak lah pria itu langsung meneraiki Kokdu hantu.

Kokdu menatap pria itu, penglihatan yang bagus.

Pria itu pingsan.

Gye Jeol pun langsung mendekati pria itu.

Gye Jeol memeriksa pria itu.

Karena kondisi pria itu tak baik, Gye Jeol menyuruh Kokdu menghubungi 911.

Kokdu kesal, sudah kubilang jangan memerintahku.

Dan dia makin kesal karena tangannya bergerak sendiri meraih ponsel.

Kokdu : Astaga. Apa yang dilakukan tanganku?

Kokdu menghubungi 911.

Kokdu : Hai, datanglah ke rumah Han Gye Jeol.

911 : Bagaimana aku tahu?

Kokdu : Dokter Han, bukan?

Sekarang, pria itu ada di rumah sakit bersama Gye Jeol.

Gye Jeol : Anda harus menjaga kesehatan dengan lebih baik.

Pria itu : Aku mungkin terlihat lemah, tapi… aku punya otot yang kuat.

Pria itu menunjukkan ototnya.

Gye Jeol melihat memar di lengan pria tua itu.

Pria itu : Ini? Aku sering melihat hantu. Aku mendapat memar ini saat tersandung dan jatuh.

Gye Jeol : Seberapa sering anda melihatnya? Apa anda biasanya melihat mereka pada waktu tertentu dalam sehari?

Pria tua : Tidak juga.

Gye Jeol : Anda sudah mulai minum obat baru? Anda bisa mengalami efek samping jika itu tidak tepat untuk anda.

Pria tua : Aku sudah minum obat angina selama bertahun-tahun. Sejauh ini, aku tidak punya masalah dengan itu.

Gye Jeol : Apa?

Seseorang membuka pintu. Ternyata Bu Moon. Bu Moon menatap kesal pria itu.

Pria itu memanggil Bu Moon ‘yeobo’.

Bu Moon mendorong suaminya yang duduk di kursi roda.

Gye Jeol berjalan bersama mereka.

Bu Moon : Dia pingsan karena bermain Go semalaman. Sudah kubilang. Dia terobsesi dengan Go.

Gye Jeol : Jangan bermain Go berjam-jam dengan perut kosong. Anda diabetes.

Pria tua : Apa? Aku diabetes?

Gye Jeol : Anda tidak tahu? Kadar gula darah anda tinggi.

Pria tua : Apa karena itu aku melihat hantu?

Bu Moon membantah, astaga, tidak.

Gye Jeol : Kenapa anda tidak memintanya menjalani tes diabetes dahulu?

Bu Moon : Dia suamiku. Aku akan memutuskan apa yang harus dilakukan.

Gye Jeol : Namun, dia harus dites karena dia sudah di sini sekarang.

Bu Moon : Dokter Han. Kau sangat gapil. Jika kau ingin tinggal di sini, kau harus berhenti mencampuri urusan semua orang. Jika kau ingin terus begini, jangan bermimpi memakai uangku.

Bu Moon pergi.

Gye Jeol heran dengan tingkah Bu Moon.

Kokdu lagi santai di ruangannya. Gye Jeol datang dan langsung merebahkan kepalanya ke atas meja. Kokdu melarang Gye Jeol meminjam uang dari Bu Moon.

Gye Jeol : Apa lagi sekarang?

Kokdu : Kau mau terlibat dengan penyiksa dan dipaksa menutup klinikmu?

Gye Jeol : Penyiksa?

Kokdu : Kau tidak lihat memar di dadanya?

Gye Jeol : Itu. Katanya dia mendapatkannya saat panik dan terjatuh karena melihat hantu.

Kokdu : Jika terlibat dengan peracun, kau juga akan dipenjara.

Gye Jeol : Peracun? Pria itu tiba-tiba merasa pusing dan pingsan. Dia berhalusinasi dan kejang.

Kokdu : Itu yang terjadi saat kau perlahan diracuni sampai mati.

Gye Jeol : Ada banyak penyakit yang disertai gejala seperti itu. Pembunuhan dengan racun di zaman sekarang? Yang benar saja.

Hari sudah malam.

Kokdu baringan di kasurnya sambil memikirkan Gye Jeol.

Kokdu : Yang ini jelas tidak semudah dugaanku. Apa dia ingat kehidupan lampaunya? Dia menghindariku karena tahu sesuatu. Selain itu, tidak ada alasan baginya untuk menolakku. Aku sangat penasaran.

Tapi Kokdu kemudian mengingatkan dirinya kalau orang yang penasaran akan kalah dalam pertarungan ini.

Kokdu memiringkan badannya. Tiba2 aja, dia sudah pindah ke samping Gye Jeol.

Kokdu kaget.

Kokdu : Ini tidak disengaja. Aku pergi.

Tapi kemudian, Kokdu terdiam menyadari Gye Jeol sudah terlelap.

Kokdu : Kau sudah tidur?

Kokdu pun memandangi Gye Jeol.

Kokdu : Lihat dirimu, tertidur lelap.

Kokdu lantas berniat menyentuh pipi Gye Jeol, tapi kemudian dia tersadar.

Kokdu : Aku tidak boleh melakukan ini. Tidak, aku tidak boleh.

Lalu Kokdu duduk di ranjang dan menatap foto Gye Jeol bersama ibu dan adiknya.

Kokdu mendekat dan meraih foto itu. Seketika dia terdiam melihat wajah ibu Gye Jeol.

Rupanya Kokdu pernah bertemu dengan ibu Gye Jeol di alam baka.

Flashback…

Ibu Gye Jeol berjalan ke arah Kokdu, disaat Kokdu lagi kesakitan.

Kokdu terdiam melihat ibu Gye Jeol. Namun yang dilihat ibu Gye Jeol adalah Gye Jeol kecil, bukan Kokdu.

Ibu Gye Jeol pun memeluk Kokdu.

Ibu Gye Jeol : Gye Jeol-ah.

Flashback end….

Kokdu masih terdiam menatap foto ibu Gye Jeol.

Tanpa dia sadari, Gye Jeol membuka matanya dan melihatnya.

Gye Jeol pun memejamkan matanya lagi dan teriak. Seketika, Kokdu menghilang.

Chul masuk.

Chul : Hei, ada apa? Ada apa? Kakak melihat serangga?

Gye Jeol : Seseorang berdiri di sana! Kakak melihat seseorang berdiri di sana. Di sana!

Chul : Aku tidak melihat siapa pun.

Gye Jeol membuka matanya dan tak ada siapa pun selain Chul.

Gye Jeol : Kakak bersumpah melihat seseorang.

Chul : Kakak hanya kelelahan. Bangun. Kakak butuh obat kakak.

Gye Jeol pun bangun dan makan mie sama Chul.

Chul : Apa kakak anak kecil? Kakak masih mengalami teror malam?

Gye Jeol : Kakak rasa karena ada yang kakak pikirkan.

Chul : Apa yang mengganggu kakak?

Gye Jeol bergumam, dia bukan perampok. Namun, aku tidak tahu siapa dia.

Chul : Perampok? Siapa? Kakak sudah menelepon polisi?

Gye Jeol : Apa? Tidak. Jangan hiraukan kakak. Kakak hanya membicarakan makalah kakak.

Chul : Begitu rupanya, makalah kakak. Hidup kakak penuh tekanan. Makan lagi dan bersemangatlah. Makan ramyeon di malam hari adalah obat terbaik kakak.

Gye Jeol : Untukmu, itu racun. Rambutmu rontok karena terlalu sering makan ramyeon.

Chul : Tunggu saja sampai perusahaan ramyeon menuntut Kakak.

Gye Jeol pun memikirkan obat yang dia lihat di rumah Bu Moon tadi.

Flashback…

Gye Jeol : Kau mengidap asma?

Bu Moon : Sudah bertahun-tahun. Seringlah mengunjungi kami dan bantu kami.

Lalu dia ingat kata2 suami Bu Moon tadi pas di RS.

Suami Bu Moon : Aku sudah minum obat angina selama bertahun-tahun. Sejauh ini, aku belum punya masalah dengan itu.

Flashback end….

Gye Jeol : Apa karena obatnya, bukan racun?

Besoknya, Gye Jeol menemui Bu Moon lagi. Bu Moon menyiapkan kontrak untuk Gye Jeol.

Bu Moon : Saat menandatangani kontrak, kau harus membacanya baik-baik.

Gye Jeol : Itu sudah pasti saat menjalankan bisnis.

Bu Moon : Benar.

Kokdu datang dan mengajak Bu Moon bicara sebentar.

Bu Moon kesal, berandal kecil itu. Beraninya kau bicara kasar kepada orang yang lebih tua?

Kokdu : Perusahaan besar yang kukenal ingin membeli banyak gochujangmu. Kau tidak tertarik?

Bu Moon : Kembalilah nanti. Kautidak lihat aku sedang ada tamu?

Gye Jeol : Silakan keluar. Aku akan memeriksa kontraknya lagi.

Bu Moon : Benarkah? Baiklah, kalau begitu.

Begitu Bu Moon pergi, Gye Jeol pun memeriksa obat asma Bu Moon.

Lalu dia ingat permintaannya ke Kokdu tadi di depan rumah Bu Moon.

Kokdu : Apa yang ingin kau periksa?

Gye Jeol : Botol pil. Jadi, tahan dia lima menit saja.

Kokdu : Kau memilih untuk membawa kehancuranmu sendiri.

Gye Jeol melihat ada dua botol botol berlabel ‘Angina’ dan ‘Asma’.

Gye Jeol : Jika keduanya obat yang sama…

Gye Jeol berusaha membuka tutup botolnya tapi terlalu keras.

Gye Jeol : Astaga, kenapa aku tidak bisa membuka ini?

Gye Jeol terus berusaha membuka tutup botol obat itu, tapi karena terlalu kuat menarik tutupnya, obatnya jadi berserakan di lantai.

Gye Jeol pun panic dan berusaha mengutip obat yang jatuh tapi Bu Moon datang.

Bu Moon : Apa yang kau lakukan?

Gye Jeol : Omong-omong, apa anda memasukkan obat asma ke dalam botol obat angina?

Bu Moon : Kau terlalu gapil. Itu kebiasaan buruk. Aku tidak bisa meminjamimu uang. Keluar!

Gye Jeol : Obat antiasma cenderung meningkatkan kadar gula darah. Itu sebabnya anda menolak dia dites untuk diabetes. Karena anda tidak mau para dokter tahu.

Bu Moon : Dia tidak mengidap asma. Untuk apa aku memberinya pil antiasma?

Gye Jeol : Untuk membuatnya melihat banyak hal. Pak Choi Dal Seung mengalami efek samping steroid dalam obat antiasma. Itu sebabnya dia terus mengalami badai mental.

Kokdu masuk.

Kokdu : Kurasa ini bukan obat antiasma.

Bu Moon menelpon polisi.

Bu Moon : Kantor Polisi Yeongpo?

Kokdu bertindak.

Kokdu : Moon Myung Ja.

Bu Moon : Beraninya memanggil namaku begitu padahal aku jauh lebih tua darimu?

Kokdu pun menatap mata Bu Moon dan memanggil nama Bu Moon tidak kali.

Bu Moon terhipnotis dan memanggil Kokdu ibu.

Gye Jeol kaget.

Kokdu pun bicara dengan Bu Moon sebagai ibunya Bu Moon.

Kokdu : Apa kau begitu membenci suamimu? Cukup untuk memukulinya sampai mati?

Bu Moon : Apa? Aku tidak pernah memukulinya. Dia hanya kehilangan kendali dan panik. Itu sebabnya dia tersandung dan terjatuh. Aku tidak sejahat itu.

Kokdu : Kau jahat. Kau menukar pilnya untuk membuatnya gila.

Bu Moon : Dia terus pergi ke klub Go untuk berjudi, jadi, aku menukar pilnya beberapa kali. Dia bilang dia melihat hantu dan sudah lama tidak ke sana.

Kokdu : Jika kau tidak tahan dengannya, ceraikan saja dia. Kenapa tetap bersamanya dan melalui semua masalah?

Bu Moon : Karena aku kasihan kepadanya. Itulah alasannya. Siapa yang akan memasak untuknya jika aku meninggalkannya? Bagaimana jika ada penipu yang mengambil semua uangnya? Saat tidak melihatnya, aku hanya bisa khawatir. Jadi, aku bahkan tidak bisa meninggalkannya.

Kokdu pun menghentikan jarinya dan Bu Moon pingsan.

Kokdu : Bukan ini yang kuharapkan.

Kokdu dan Gye Jeol beranjak keluar.

Gye Jeol : Apa yang kamu lakukan kepada Bu Moon tadi? Dia tiba-tiba menjadi patuh dan mulai menjawab pertanyaanmu.

Kokdu : Aku tidak boleh menyia-nyiakan kekuatanku untuk manusia begitu. Anggap saja dewa berusaha menyelamatkan harga dirinya.

Gye Jeol : Hipnosis! Aku belajar cara melakukannya di kelas konseling kesehatan mentalku.

Kokdu : Kubilang, “Menyelamatkan harga diri.” Bukan “hipnosis.” Apa yang kau pelajari di sekolah? Aku akan mengajarimu satu atau dua hal malam ini.

Gye Jeol : Itu tidak penting. Terima kasih atas bantuanmu.

Kokdu : Aku membantumu karena kau dalam masalah, tapi kau tidak bisa menyebutnya “bantuan” dalam jangka panjang.

Gye Jeol : Kenapa tidak?

Kokdu : Kau tahu rahasia Moon Myung Ja, jadi, dia tidak akan pernah membantumu. Kau hanya bisa berbagi rahasia dengan teman atau musuhmu. Namun, setiap teman yang tahu rahasiamu akhirnya menjadi musuhmu. Begini, Moon Myung Ja adalah wanita cerdas. Dia tidak akan pernah mencari musuh.

Gye Jeol : Begitu rupanya. Kurasa aku tidak punya pilihan.

Kokdu : Benar. Jadi, terima saja uangku.

Gye Jeol : Aku juga akan meninggalkan Yeongpo.

Kokdu : Apa?

Gye Jeol : Bahkan jika aku harus pindah ke pulau atau gunung, aku akan mencari kesempatan bekerja di panti jompo sebagai dokter.

Kokdu : Tidak, tetaplah di Yeongpo. Kau tidak perlu membayarku. Ambil saja kliniknya.

Gye Jeol : Astaga, tidak. Aku tidak bisa melakukan itu. Sejujurnya, semua yang terjadi di Yeongpo terasa seperti mimpi. Membuka klinikku sendiri hanya dengan 830 dolar dan membeli rumah tempat adikku dan aku bisa tinggal bersama… Juga kontrak kencan yang tidak masuk akal. Kalau dipikir-pikir, itu sangat romantis. Namun, kau tahu, saat sesuatu begitu baik, itu selalu mimpi. Itu membuat kenyataanmu terlihat lebih menyedihkan saat kau bangun. Mimpi yang kau harap tidak pernah kau alami. Kau tahu, meski orang lain berpikir itu payah, aku akan menerima kenyataan dan berjuang meski itu sulit. Aku tahu aku membentakmu, tapi sejujurnya, kaumembuatku bahagia. Terima kasih untuk itu.

Kokdu : Han Gye Jeol, kau tidak akan pernah bisa meninggalkanku. Begitu berbalik, kau akan kembali kepadaku.

Gye Jeol : Tidak mungkin. Begini, aku juga sangat keras kepala. Begitu memutuskan, aku akan mempertahankannya.

Gye Jeol pun pamit dan pergi.

Tapi Kokdu, menyanyikan lagu yang biasa dinyanyikan oleh ibu Gye Jeol untuk mencegah Gye Jeol pergi.

Gye Jeol pun seketika menghentikan langkahnya. Dia terkejut dan menatap Kokdu.

Setelah terdiam beberapa saat mendengar nyanyian Kokdu, Gye Jeol secara perlahan beranjak mendekati Kokdu.

Gye Jeol : Kau kenal ibuku?

Bersambung…

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like
Read More

Big Mouth Ep 13

Tentangsinopsis.com – Sinopsis Big Mouth Episode 13, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini.Baca…