Rose Mansion Eps 2 Part 1

Tentangsinopsis.com – Sinopsis Rose Mansion Episode 2 Part 1, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. YUK Cek episode sebelumnya DISINI.

Sebelumnya…

Ini adalah adegan masa lalu Ji Na dan keluarganya, saat mereka pindah ke Apartemen Rose.

Pak Song menyuruh Ji Suk dan Ji Na masuk.

Pak Song bilang, rumah baru mereka terlalu tua dan banyak yang harus diperbaiki.

Ji Hyun membantu ibunya memasang taplak meja.

Ji Hyun : Rumahnya benar-benar rusak semua berjamur. Rumah kita sebelumnya jauh lebih baik dari ini

Nyonya Song, apa bagusnya menyewa rumah? Ini rumah kita Mari kita semua hidup bahagia untuk waktu yang lama. Hanya hal-hal bahagia yang menunggu kita di masa depan

Ji Suk lagi main mobil-mobilan, menjalankan mobilnya ke kaki Ji Na.

Ji Na kesal dan menatap Ji Suk dengan tatapan sebal.

Ji Na melamun di balkon, lalu dia mengkopek gagang balkon yang sudah terkelupas. Tiba2, seseorang menepuk punggungnya agak keras. Ternyata Ji Hyun. Ji Na pun marah, kau gila! Aku takut, jangan bercanda!

Pak Song yang mendengar itu, malah memarahi Ji Na.

Pak Song : Apa yang kau lakukan disana? Bisa-bisanya kau bicara begitu kepada kakakmu! Cepat dan bantu ibu

Ji Na : Kakak yang mulai duluan! Kenapa ayah menyalahkanku!

Pak Song : Itu hanya lelucon, kau tidak bisa memarahi orang.

Ji Na yang kesal, menutup pintu balkon.

Ji Na berlari mengitari lapangan. Di sekelilingnya, ada pohon berduri.

Ji Na kemudian berhenti berlari karena kelelahan.

Tiba2, wajahnya terlepas seperti topeng.

Ji Na terkejut melihat manekin yang tergantung di balkon rumahnya.

Apalagi, manekin itu dipakaikan gaun yang sama dengannya.

Ji Na lalu menoleh ke pintu. Seseorang membuka pintu rumahnya dari luar. Ji Na mengambil kapak kalau2 itu si pelaku teror.

Tapi ternyata ayahnya. Ji Na terduduk lemas.

Pak Song : Sedang apa kau di sana?

Ji Na : Tidak bisakah kau mengetuk pintu? Kau menakutiku.

Pak Song duduk, kakakmu masih tidak bisa dihubungi?

Ji Na : Appa, kau harus melihat ini.

Pak Song : Apa?

Ji Na : Kemarilah.

Ji Na menarik ayahnya ke balkon. Pak Song terkejut melihat manekin itu. Ji Na bilang itu satu2nya hal yang dia temukan, alih-alih kakaknya. Manekin itu tidak mungkin dibuat oleh kakaknya. Pak Song tanya, bagaimana dengan bajunya. Ji Na bilang dia juga bingung soal itu. Pak Song mendekat, dia berniat menurunkan manekin itu tapi dicegah Ji Na.

Pak Song kesal, jadi kita harus menyimpan hal yang menakutkan seperti itu?

Ji Na : Jika ini adalah TKP, ini adalah buktinya

Pak Song menyuruh Ji Na memanggil polisi.

Ji Na mau membuat panggilan, tapi dia terkejut saat mendengar gedoran di pintu.

Suara wanita terdengar diluar, Song Ji Hyun, buka pintunya! Aku Presiden Wanita! Aku sudah menunggumu selama tiga jam, buka pintunya!

Pak Song pun membukakan pintu.

Sook Ja, si wanita itu, terkejut Pak Song yang buka.

Sook Ja : Kau rupanya.

Pak Song : Bagaimana dengan putriku? Kenapa dia tidak pulang? Kau punya janji dengannya?

Sook Ja takut, tidak… tidak ada. Aku akan datang lagi lain kali. Katakan padanya presiden wanita datang dan dia akan tahu.

Sook Ja mau pergi tapi Pak Song mengejarnya. Pak Song memegang tangan Sook Ja cukup erat, sampai Sook Ja kesakitan.

Pak Song : Katakan padaku apa yang kau lihat!

Sook Ja bilang, Ji Hyun sudah janji padanya akan menemui Charlie hari ini.

Pak Song : Charlie? Kau orang asing?

Sook Ja : Tidak. Dia adalah penghuni apartemen kami Bukankah ada toko yang sangat kaya? Ibunya memiliki beberapa bangunan. Dia adalah anak dari pemilik supermarket, juga belajar di luar negeri. Charlie adalah nama Amerika.

Ji Na keluar dan melihat ayahnya bicara dengan Sook Ja.

Pak Song : Aku tidak peduli apakah dia punya uang atau tidak. Apa dia ada hubungannya dengan putriku? Katakan padaku yang sebenarnya!

Sook Jae : Aku hanya ingin mempertemukan mereka. Mereka berdua terlihat sangat serasi.

Sook Jae lalu pura2 ingat kalau dia lupa mematikan api.

Dia pun bergegas pergi.

Pak Song mau mengejar tapi dihentikan Ji Na.

Pak Song : Dia berbohong, kan?

Ji Na : Tentu saja. Dalam kepanikan, berbicara dengan santai. Sudah jelas.

Ji Na mau nelpon polisi tapi ayahnya bilang dia akan langsung saja datang ke kantor polisi dan menyuruh Ji Na menunggu di rumah kalau2 Ji Hyun pulang. Ji Na gak mau sendirian di rumah. Dia menyuruh ayahnya menunggu sebentar untuk mengganti baju. Pak Song nya kekeuh mau pergi sekarang.

Ji Na : Tunggu aku!

Ji Na menarik ayahnya kembali ke dalam.

Sook Ja bertanya2, kemana perginya Ji Hyun.

Dia lalu melirik ponselnya. Dia bingung bagaimana mengatakannya tapi dia tetap membuat panggilan.

Sepertinya yang dia hubungi adalah ibunya Charlie.

“Bagaimana pertemuan hari ini?”

“Hari ini… aku tidak melihatnya.”

“Bukankah kau bilang akan bertemu?”

“Ayah dan adiknya ada di rumah, membuatku takut.”

Pak Song menyuruh Ji Na bergegas. Tapi karena Ji Na nya lama, Pak Song beranjak keluar.

Ji Na : Appa, tunggu! Appa!

Ji Na bergegas mengejar ayahnya.

Mereka menuju lift, sang ayah tanya, apa Ji Na tahu nomor telepon temannya Ji Hyun. Ji Na bilang enggak. Kalau nomor telepon rekan kerja Ji Hyun. Ji Na juga bilang gak tahu. Pak Song sewot, apa yang kau tahu! Ji Na protes, kenapa marah padaku?

Pak Song bilang mereka harus memberitahu polisi sesuatu agar Ji Hyun cepat ditemukan.

Pintu lift terbuka. Mereka bergegas masuk.

Ji Na kesal, bukankah ayah lebih dekat dengan kakak dibanding aku?

Pak Song kesal, apa katamu?

Ji Na melihat ke atas, ada kamera CCTV.

Ji Na : Ayah, ayo pergi ke ruang keamanan untuk mengkonfirmasi CCTV.

Pak Song : Betul sekali.

Mereka ke ruang CCTV, tapi petugasnya gak ada.

Ji Na : sepertinya mereka sedang berpatroli.

Tak lama, petugasnya datang.

Pak Song : Tolong biarkan kami melihat CCTV Gedung 117

Petugas : Apa masalahnya

Pak Song : Kau tidak perlu tahu. Kau mengenalku.

Petugas masuk ke posnya dan mengunci pintu.

Petuga : Aku tahu kau bukan nomor 809.

Pak Song : Biar kulihat.

Petugas : Tidak sesuai peraturan

Pak Song : Apa aturan bagi kita sebagai penduduk?

Petugas : Mohon izin dari Asosiasi Wanita

Pak Song : Tunjukkan padaku, tidak peduli apa yang mereka izinkan atau apa. Asosiasi Wanita apa? Bertanya apa?

Petugas : Kami tidak merekam di sini. Kau hanya dapat melihatnya ketika kau pergi ke pusat perumahan

Pak Song kesal dan adu mulut dengan petugas.

Ji Na menghentikan ayahnya dan bergegas membawa ayahnya pergi.

Diluar, hujan deras.

Ji Na memayungi ayahnya, mereka menuju mobil.

Pak Song kesal karena tadi Ji Na menghalanginya bicara dengan petugas.

Ji Na : Bukankah kita akan pergi ke kantor polisi? Polisi harus bisa memanggilnya. Bukankah dia juga mengatakan bahwa kita bisa menonton video di pusat perumahan?

Pak Song langsung lari ke mobilnya.

Ji Na mengejar ayahnya.

Begitu mereka pergi, seorang wanita muncul dan membuat panggilan.

Wanita itu bilang Ji Na dan ayahnya baru saja pergi.

“Bagaimana aku tahu ke mana mereka pergi.”

Pak Song mengomeli Ji Na lagi.

Pak Song : Akan sangat bagus jika kau sebagai adiknya, menghubunginya secara lebih proaktif.

Ji Na sewot, aku mengerti.

Ji Na lalu memberitahu ayahnya kalau dia memberi kakaknya hadiah.

Ji Na : Mau melihat foto-fotonya?

Pak Song menolak. Ji Na lalu ingat kalau ayahnya belum mengatakan apapun kepadanya, sejak ia datang.

Dia pun sewot, appa, kau belum mengatakan sepatah kata pun kepadaku sampai sekarang. Ini adalah pertemuan pertama kita setelah satu tahun enam bulan.

Pak Song beralasan, karena situasinya sekarang. Tapi pada akhirnya, Pak Song tanya apa Ji Na baik-baik saja.

Ji Na tak menjawab karena dia udah keburu kesal. Dia memandang keluar jendela.

Sekarang, mereka sudah di kantor polisi. Pak Song dan petugas polisi adu mulut.

Pak Song : Sudah berhari-hari aku kehilangan kontak dengan putriku! Kenapa tidak melacak lokasi atau semacamnya!

Petugas : Tolong jangan impulsif. Putrimu sudah dewasa, diatas usia delapan belas tahun. Lokasi tidak dapat dilacak berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Informasi Pribadi Silakan isi formulir aplikasi penghilangan terlebih dahulu/

Pak Song : Bukan ini yang penting sekarang!

Ji Na menarik ayahnya dan meminta maaf pada petugas polisi. Dia menyuruh sang ayah duduk.

Pak Song menurut.

Ji Na berbicara dengan petugas. Dia menunjukkan foto manekin pada petugas.

Ji Na : Ada hal seperti ini di rumah. Sesuatu pasti telah terjadi. Bisakah kau memeriksanya segera?

Petugas : Harusnya kau bilang lebih awal.

Petugas langsung menghubungi atasannya.

“Saya mengajukan laporan orang dewasa yang hilang. Saya pikir ini perlu diselidiki. Lalu saya akan meminta tim kejahatan khusus untuk membantu.”

Setelah itu, petugas menyuruh Ji Na ke Divisi Kriminal.

Dia menyuruh Ji Na mencari Detektif Park Min Soo.

Petugas : Salah satu dari kalian berdua pergi untuk menjelaskan situasinya Seseorang harus tinggal dan mengisi aplikasi Langkah ini mendesak.

Ji Na bilang dia yang akan mencari Detektif Park.

Ji Na pun membawa formulir ke ayahnya. Dia menyuruh ayahnya mengisi formulir itu.

Ji Na : Dia Mengatakan tim kejahatan khusus harus melakukan penyelidikan pendahuluan atau semacamnya. Aku akan menunjukkan kepada mereka bukti foto untuk menjelaskan situasinya. Ayah isi lah ini.

Pak Song : Aku yang akan pergi!

Ji Na : Tetaplah disini. Kau terlalu emosional untuk pergi. Aku mengerti situasinya, lebih baik aku saja. Ayah isi ini dengan cepat.

Terpaksalah Pak Song menurut.

Ji Na naik ke lantai atas, mencarii Detektif Park. Dia bertanya pada detektif lain dimana Detektif Park.

Detektif Park sendiri lagi sibuk menghujani tanamannya dengan air hujan.

Tak lama, Ji Na menemukan Detektif Park.

Ji Na : Permisi, apa kau Detektif Park Min Soo?

Detektif Park menoleh, ah, benar. Dia langsung menurunkan tanamannya dan menutup jendela.

Detektif Park bilang dia sudah menerima telepon dari Departemen Pemuda Wanita.

Dan Detektif Park menyuruh Ji Na mengikutinya.

Mereka masuk ke ruang rapat. Detektif Park minta maaf karena ruangannya agak berantakan, dia bilang mereka baru saja selesai rapat. Detektif Park menyusun berkas-berkas di mejanya dan menawari Ji Na air.

Ji Na bilang enggak.

Detektif Park kemudian duduk, kudengar kau ingin menunjukkan sesuatu kepada kami.

Ji Na menunjukkan foto manekin itu.

Ji Na : Aku tidak bisa menemukan kakakku. Ini ada di rumah.

Ji Na juga menunjukkan fotonya yang memakai gaun yang sama dengan gaun manekin.

Ji Na : Aku mengunggah ini di akunku. Persis seperti pakaian di manekin.

Detektif Park : Bukankah biasanya kakak adik memakai pakaian yang sama?

Ji Na : Aku tidak serumah dengan kakakku, aku bekerja di Busan. Bahkan hari ini aku datang dengan gaun ini dari Busan. Aku tidak tahu siapa tapi sepertinya setelah melihat akunku, dia membeli pakaian yang sama persis. Aku tidak tahu itu pada awalnya. Sekarang aku kaget. Lihat saja fotonya.

Detektif Park : Menurutku ini mungkin penguntit.

Lalu tiba2, seseorang berteriak memanggil Detektif Park.

Detektif Park panik, lalu menyuruh Ji Na mengirimkan foto itu ke nomor kontak yang dia berikan.

Detektif Park : Aku akan menghubungimu lagi.

Detektif Park keluar. Kepala nya ngamuk.

Kepala Choi : Bukankah aku sudah memberitahumu untuk tidak bertindak sampai kau mengamankan buktinya? Apa kau senang aku dimarahi jaksa!

Detektif Park : Sidik jari diperlukan untuk mengamankan barang bukti. Semuanya hilang. Dan jika aku bertindak sendiri, kau akan menyebutku pahlawan kesiangan lagi….

Kepala Choi tambah marah, apa yang kau pikirkan?

Detektif lain langsung menarik Kepala Choi pergi. Dia mengajak Kepala Choi makan perut babi dan minum soju.

Ji Na beranjak keluar, tapi sebelum keluar dia mengambil satu berkas dari atas meja.

Ji Na dan ayahnya di perjalanan. Pak Song marah karena polisi membuat mereka menunggu.

Pak Song : Polisi macam apa mereka? Hanya buang-buang uang saja membayar pajak!

Ji Na : Kau sudah mengisi formulirnya?

Pak Song : Mereka tidak mengatakan apa-apa dan memberiku catatan yang telah diterima. Kata mereka, petugas polisi yang bertanggung jawab akan menghubungi kami.

Ji Na : Mungkin mereka akan peduli jika kau mati.

Pak Song : Apa?

Ji Na : Berbohong dan sekarat menarik perhatian.

Pak Song : Berhenti bicara omong kosong

Ponsel Pak Song bunyi. Pak Song pun menepikan mobilnya.

Pak Song : Tunggu disini.

Lalu Pak Song turun dari mobil dan berdiri di emperan untuk menerima telepon.

Ji Na melihat ayahnya marah-marah di telepon.

Selesai menelpon, Pak Song kembali ke mobil.

Pak Song : Ayah harus pergi ke lokasi konstruksi.

Ji Na : Pergilah. Aku sudah terbiasa. Bukannya aku takut. Berhenti disitu saja.

Pak Song bilang dia akan mengantar Ji Na karena hari hujan.

Ji Na marah, kau tidak sibuk? Aku tidak butuh.

Kesal, Pak Song pun menurunkan Ji Na di tepi jalan.

Setelah menurunkan Ji Na, Pak Song langsung pergi. Tapi sebelum pergi, Pak Song minta Ji Na menghubunginya jika Ji Hyun kembali dan menjawab telepon jika polisi menghubungi.

Ji Na perlahan berjalan, menyusuri tepi jalan. Dia melewati supermarket dan mendengar nama Charlie disebut2.

Ji Na pun masuk dan pura2 melihat barang. Lalu perlahan, dia mencari sumber suara. Dia akhirnya melihat Charlie, sedang berbicara di telepon sambil melihat tablet.

Singkat cerita, Ji Na mendekati ruangan Charlie sambil pura2 memilih barang.

Charlie melihat kamera CCTV dan melihat ibunya berusaha mencuri.

Sontak lah Charlie langsung menaruh tabletnya dan keluar dan menghentikan ibunya. Ibunya mengambil permen.

Charlie memanggil Pak Jung, yang tadi menjaga stan daging. Dia juga sempat melihat Ji Na tadi saat Ji Na tengah mengawasi Charlie.

Charlie : Jung, ambilkan aku handuk!

Charlie mengomeli ibunya yang terus berkeliaran kesana kemari.

Pak Jung menyuruh Charlie membawa ibunya ke panti jompo.

Charlie : Bagaimana dengan harta ibuku? Jika aku mengirim ibuku ke panti jompo, kakak dan adikku pasti akan mentransfer properti atas nama mereka. Sesulit apapun itu, aku harus menjaga ibuku. Ini adalah hidupku.

Selagi mereka diluar, Ji Na masuk ke ruangan Charlie. Dia terkejut melihat tablet Charlie. Rupanya tadi Charlie lagi menonton video porno.

Ji Na juga melihat ke kamera CCTV. Di kamera 10, ada ruangan yang gelap dan mencekam.

Pak Jung membawa ibunya Charlie ke dalam. Syukurlah Ji Na melihat itu dari kamera CCTV. Dia pun langsung keluar dari ruangan Charlie.

Ji Na mengambil dua barang dan langsung ke kasir.

Bersamaan dengan itu, Charlie masuk dan melihat Ji Na.

Charlie : Wajah baru. Apa kau tinggal di lingkungan ini? Bangunan yang mana?

Ji Na jutek, jangan tanya!

Ji Na menyuruh kasir cepat menghitung bertanya.

Charlie : Aku bertanya sebagai teman, kau cantik.

Setelah membayar barang yang diambilnya, Ji Na pergi.

Charlie duduk di meja kasir.

Charlie : Siapa dia. Dia adalah tipe idealku.

Di dapur, Ji Na membaca dokumen yang dia ambil tadi di ruang rapat kantor polisi. Ternyata itu adalah daftar pelanggar seks.

Ji Na : Mengapa begitu banyak pelanggar seks.

Tiba-tiba, Ji Suk keluar dari kamar mandi gak pakai handuk. Dia hanya membawa celana kotornya. Sontak lah keduanya kaget. Ji Suk langsung nutupin bagian bawah tubuhnya dengan celananya.

Ji Suk : Kakak, kenapa kau disini?

Ji Na : Kau gila?

Ji Suk langsung lari ke kamarnya.

Selesai pakaian, Ji Suk keluar lagi.

Ji Suk bilang dia pulang hanya untuk mengambil pakaian.

Ji Suk : Ini sangat panas jadi aku harus berganti pakaian belasan kali sehari.

Ji Na : Kau tidak melihat Kak Ji Hyun?

Ji Suk : Tidak, aku belum melihatnya. Kemana dia pergi?

Ji Na : Aku belum bisa menghubunginya sejak Rabu.

Ji Suk : Aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku baru saja kembali.

Ji Na : Pasti ada sesuatu. Ikuti aku.

Ji Na membawa Ji Suk ke balkon. Dia menunjukkan manekin itu.

Ji Suk mau nurunin manekin itu. Ji Na melarang.

Ji Na : Kau tidak takut?

Ji Suk : Aku belum pernah melihat Kak Ji Hyun mengenakan pakaian seperti ini.

Ji Na : Sama persis dengan baju yang aku upload di IG.

Ji Suk : Tapi aku melihat ini dan memikirkan seseorang.

Ji Na : Siapa yang kau pikirkan?

Ji Suk : Di atas. Wanita di lantai atas benar-benar gila.

Ji Na : Kpan tepatnya?

Ji Suk : Baru-baru ini, Kak Ji Hyun pernah menegurnya karena rumahnya terlalu berisik. Akibatnya, wanita itu mengancamnya dengan pisau.

Kita ditunjukkan flashback, ketika Ji Hyun diserang oleh salah satu penghuni Apartemen Mawar.

Sepertinya, dia adalah wanita yang suaminya dibunuh itu.

Dia menggedor rumah Ji Na dengan keras. Tak lama, Ji Hyun lah yang membuka pintu dan wanita itu langsung menyerang Ji Hyun.

Flashback end….

Ji Suk : Dan gaun itu, dia pasti melihat akunmu.

Ji Suk ke kamar Ji Hyun dan melihat koper Ji Hyun tidak ada.

Ji Suk : Koper kakak hilang, dia pasti sedang dalam perjalanan. Kak Ji Na, bukankah kau mencoba untuk tidak menyapa dia sebelumnya? “Aku bepergian ke luar negeri selama beberapa hari dan tidak dapat menghubungimu”, tidakkah kau ingat?

Ji Suk ngambil jus di kulkas. Dia langsung minum dari botolnya.

Sontak lah, Ji Na sewot, jangan minum seperti itu!

Mereka lalu duduk di kursi makan.

Ji Na : Apa gunanya rumah jika kita tidak tinggal bersama? Tidak bisakah kau tinggal di rumah dan pergi ke sekolah? Kenapa harus tinggal di asrama sekolah?

Ji Suk : Tolong jangan salahkan aku. Aku tidak bisa berkonsentrasi belajar di rumah. Bukankah aku bilang ada wanita gila di lantai atas? Suaranya benar-benar tak tertahankan

Ji Na : Alasan gila macam apa yang kau berikan?

Ji Suk : Alasan gila? Kak, dalam beberapa hari, kau akan tahu betapa kuatnya dia.

Ji Suk melirik jam di ponselnya, ini akan dimulai. Aku pergi

Ji Na : Kau mau kemana?

Ji Suk : Bagaimanapun, wanita itu mengerikan, aku pergi.

Ji Na : Diluar hujan!

Ji Suk : Siswa juga harus belajar dengan benar. Aku akan pergi ke warnet.

Ji Na : Aku takut tinggal di rumah sendirian.

Ji Suk : Kalau begitu beri aku uang saku.

Ji Na langsung melempar Ji Suk dengan dokumen yang tadi dia baca.

Ji Suk menghindar dan pergi.

Ji Na memperhatikan sekelilingnya. Tak lama kemudian, dia beranjak ke kamar.

Dan, suara si wanita gila yang diceritakan Ji Suk pun terdengar.

Bersambung ke part 2…

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like
Read More

Tomorrow Ep 6

Tentangsinopsis.com – Sinopsis Tomorrow Episode 6, Cara menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. Baca EPISODE SEBELUMNYA…