Tentangsinopsis.com – Sinopsis Start Up Episode 15 Part 3, Yuk disimak gaes deretan link recapnya pada tulisan yang ini. Kamu jugaa bisa tahu lho tentang Eps sebelumnya ada di sini.
Hari sudah larut, tapi Dal Mi masih terjaga. Dia mikirin kata-kata Do San yang mengajaknya mengikuti tender itu.
Dal Mi yang bingung, akhirnya nanya sama kartu tarot.
Terdengar suara Yeong Sil.
Yeong Sil : Kau mengambil kartu Tujuh Pedang. Kau memegang ujung pisau, bukan pegangannya. Kau bisa saja terluka. Jadi, jangan terlalu tergesa-gesa.
Dal Mi pun setuju. Dia bilang dia juga berpikir begitu.
Dal Mi lalu rebahin tubuhnya lagi tapi dia bangun lagi dan nanya lagi ke kartu tarot tapi hasilnya sama.
Dal Mi pun kesal.
Paginya, Nyonya Cha sendirian nyiapin sarapan.
Tak lama, Dal Mi pun keluar dari kamar dan duduk di meja makan.
Nyonya Cha : Kenapa wajahmu begitu? Kau tak bisa tidur?
Dal Mi : Apa kelihatan begitu? Astaga. Tak boleh begini.
Dal Mi langsung nambahin bedak ke mukanya.
Nyonya Cha : Kenapa? Ada masalah?
Dal Mi : Tidak ada apa-apa.
Dal Mi lalu tanya, apa halmeoni masih tidur.
Nyonya Cha : Iya.
Dal Mi : Tidurnya makin lama. Apa harus ganti obat?
Nyonya Cha : Jangan khawatir. Ibu akan urus sendiri.
Dal Mi : Ibu yang akan mengurus sendiri? Itu membuatku lebih cemas. Ibu mau bagaimana?
Nyonya Cha : Jangan khawatir. Cepat makan.
Dal Mi menatap ibunya dengan tatapan kepo.
Nyonya Cha pergi ke kantor real estate dan menandatangani surat2.
Yong San dan Sa Ha masih main anagram.
Chul San kesal melihatnya. Dia cemburu. Dia bahkan sampai mukul-mukulin keyboard nya.
Sa Ha : Ternyata Apollon dan Artemis juga bisa.
Yong San : Kau benar. Kau sangat pintar mengerjakan ini.
Sa Ha : Apa ini sudah cukup?
Yong San : Belum. Sedikit lagi. Sepertinya akan segera ketemu.
Chul San : Berhenti bermain, dan segera bekerja.
Yong San : Hei. Ini bukan permainan. Ini bisa jadi kata kunci untuk temukan pelaku serangan perangkat pemeras itu. Ini serius.
Chul San makin gondok.
Di lobby, Ji Pyeong yang baru sampai ketemu Do San.
Tapi Do San mempercepat langkahnya, kayak menghindari Ji Pyeong.
Ji Pyeong memanggil Do San. Dia minta Do San mengembalikan miliknya.
Do San tanya apa.
Ji Pyeong bilang suratnya.
“Aku meninggalkannya di kantor lamamu.” ucap Ji Pyeong.
Do San juga minta Ji Pyeong balikin miliknya.
Ji Pyeong sewot karena merasa tak pernah mengambil milik orang.
Do San bilang, tumbuhan keberuntungan. Dal Mi memberikan itu untuknya.
Ji Pyeong setuju.
Do San tanya, mau dikembalikan kapan.
Ji Pyeong bilang sekarang dan mereka langsung pergi.
*Wait. Tumbuhan keberuntungan bukannya milik Ji Pyeong juga ya? Kan Dal Mi ngasih itu untuk Do San 15 tahun lalu yg ngirimin surat ke dia.
Di ruangannya, Pimpinan Won minum bir. Lalu dia membaca surat pembatalan adopsi In Jae yang diajukan In Jae.
Pimpinan Won terlihat kaget bahkan sampai jatuhin gelas birnya.
In Jae juga sedang membaca surat pembatalan adopsinya.
Di kamarnya, Do San lagi mengemasi surat-surat Dal Mi untuk Ji Pyeong.
Lalu dia terdiam membaca tulisan di amplop salah satu surat Dal Mi.
Di sana, Dal Mi menulis kalau dia menulis surat buat orang yang dia cintai.
Do San lalu membacanya.
“SAAT ULANG TAHUN KESEMBILAN, AYAHKU MEMBERIKU KOTAK MUSIK YANG CANTIK. Do San-ah, kau seperti kotak musikku yang cantik. Kuharap kau tahu itu. Kau pasti kotak yang mengeluarkan melodi indah. Aku yakin itu.”
Ponsel Do San berbunyi dan Do San menjawabnya, halo?
Ji Pyeong lah yang menelpon Do San. Ji Pyeong sendiri sudah dalam perjalanan membawa tanaman Dal Mi.
Ji Pyeong tanya Do San dimana. Do San bilang di rumah.
Ji Pyeong : Mau bertemu di mana?
Do San pun berkata, kalau dia tak butuh tanaman Dal Mi dan minta Ji Pyeong melupakan surat-surat Dal Mi.
Ya, Do San gak mau mengembalikan surat Ji Pyeong.
Ji Pyeong kesal, dan tambah kesal saat Do San matiin telpon gitu aja.
Ji Pyeong pun bergegas memacu kendaraannya, kayaknya sih mau ke rumah Do San.
Nyonya Cha memberikan sesuatu ke halmeoni.
Nyonya Cha bilang, dia mendapat sedikit uang cerai.
Nyonya Cha : Jadi, anggap saja sebagai biaya sewa rumah selama aku di sini.
Halmeoni langsung sumringah.
Halmeoni : Apa ini uang? Uang tunai? Berapa?
Nyonya Cha : Bukan uang tunai. Sesuatu yang lebih bagus dari itu.
Halmeoni : Apa ada yang lebih bagus dari uang tunai? Ini cek?
Nyonya Cha : Bukan. Ibu, aku menyewakanmu ruang komersial untuk toko corn dog.
Halmeoni : Kenapa begitu?
Nyonya Cha : Kita bersimbiosis mutualisme. Kita ubah hubungan menantu dan mertua menjadi rekan kerja.
Halmeoni menyuruh Nyonya Cha membatalkan itu.
Nyonya Cha bilang tak bisa dibatalkan karena ia sudah membayar depositnya.
Halmeoni : Kau sungguh sudah gila. Kenapa kau lakukan ini semua?
Nyonya Cha : Aku yakin bisa karena ada ibu. Ibu, ajari saja aku dari samping. Aku akan goreng dan jual sendiri.
Halmeoni : Perkataanmu sangat menakutkan.
Halmeoni gak yakin Nyonya Cha bisa dan menyuruh Nyonya Cha melupakan semuanya.
Tapi Nyonya Cha udah bertekad. Dia bilang akan belajar sendiri dan beranjak ke dalam.
Halmeoni panic, A… A Hyeon-ah.
Nyonya Cha muncul dari balik pintu.
Nyonya Cha : Nantinya aku pasti menjadi pintar setelah menumpahkan banyak minyak dan berbuat kesalahan. Aku tak sepenuhnya bodoh. Bukankah begitu?
Halmeoni : Astaga, anak itu. Astaga. Bagaimana ini? Toko corn dog dan dia? Astaga. Kepalaku sakit.
Hari sudah malam.
Do San sibuk dengan komputernya.
Ponselnya berbunyi. Telepon dari Ji Pyeong tapi Do San gak mau jawab.
Lalu terdengar suara ayahnya.
“Do San-ah, kau di rumah?”
“Ya, ayah!” Do San bergegas keluar.
Keluar kamar, Do San dikagetkan dengan kedatangan Ji Pyeong.
Ji Pyeong bilang dia terus berusaha menghubungi Do San tapi Do San gak jawab dan dia bingung harus gimana jadi dia mutusin datang dan bertemu Pak Nam.
Ibu keluar dari dapur. Ji Pyeong menyapa ibu.
Ibu : Siapa dia?
Ayah : Dia sahabat Do San. Katanya dia mentor Do San.
Ji Pyeong : Ya, benar. Maaf baru ke sini. Seharusnya aku menemui kalian dari awal.
Do San : Kenapa kau harus bertemu orang tuaku?
Ayah : Do San, kudengar kau mau beri dia sesuatu?
Do San : Tidak ada.
Ji Pyeong : Tentu ada.
Ji Pyeong langsung nyerahin tanaman itu.
Ji Pyeong : Kami sudah janji bertukar sesuatu. Mungkin dia lupa.
Do San bilang dia gak lupa.
Ibu melihat tanaman Dal Mi.
Ibu : Astaga. Tumbuhan keberuntungan. Besar sekali. Dia memberinya agar kau menjadi konglomerat.
Do San : Ibu, tanaman tak akan membuatmu kaya.
Ibu langsung memelototi Do San.
Ibu : Jaga bicaramu.
Lalu ibu tersenyum pada Ji Pyeong dan tanya Ji Pyeong udah makan malam.
Do San bilang gak perlu.
Ji Pyeong bilang belum.
Ayah juga menawari Ji Pyeong minuman.
Ayah bilang dia gak maksud pamer tapi dia metik sendiri buahnya. Ayah nunjukin minuman buatannya.
Ji Pyeong : Terima kasih, tapi aku terpaksa menolak. Aku…
Do San : Dia tak minum minuman itu. Kebiasaan minumnya buruk.
Ji Pyeong : Aku tak begitu. Perilakuku baik saat mabuk, tak seperti seseorang.
Ibu menatap Do San. Do San bilang perilakunya juga baik.
Ayah dan ibu bingung melihat sikap Do San dan Ji Pyeong.
Ji Pyeong, Do San dan Pak Nam akhirnya minum bertiga.
Ibu hanya duduk.
Ji Pyeong mau balas nuangin minuman ke gelas Pak Nam, tapi Pak Nam bilang dia cukup sampai disitu saja minumnya.
Do San : Pak Han, kau sudah kenyang, ‘kan? Kalau begitu, untuk mencernanya, ayo minum…
Ji Pyeong : minuman dari plum!
Do San : minuman dari plum!
Do San lalu minta minuman dari plum ke ayahnya.
Ibu berbisik ke ayah, mengajak ayah ke kamar.
Ibu : Sepertinya mereka akan bergadang.
Ayah setuju, baiklah. Ayo masuk. Ternyata mereka memang akrab.
Ayah lalu memberikan mereka minuman dari plum.
Ayah : Ini. Ini minuman dari plum. Buka tutupnya, dan minumlah. Jangan sentuh yagwanmun nya.
Ayah dan ibu masuk ke kamar.
Ji Pyeong ngetawain Do San yang gak bisa buka tutup wadah minumannya.
Do San : Kenapa susah sekali dibuka?
Ji Pyeong : Berikan kepadaku. Jika aku berhasil, kembalikan suratku. Paham?
Do San terdiam mendengarnya.
Tapi Ji Pyeong juga gak bisa buka tutup wadahnya. Akhirnya, Ji Pyeong ngajak Do San minum minuman yang lain saja.
Do San : Direktur Han, ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu.
Ji Pyeong : Apa itu?
Do San : Tentang surat itu. Kudengar dari nenek kalian lihat namaku di koran dan memakai itu. Karena aku terlihat pinta dan baik.
Ji Pyeong bilang sebenarnya bukan karena itu.
Ji Pyeong : Sebenarnya… karena kau terlihat beruntung.
Flashback…
Ji Pyeong melihat Do San menerima penghargaan di TV. Saat menerima penghargaan, Do San didampingi ayah ibunya.
Ji Pyeong : Aku melihat kau diberi selamat oleh orang tuamu saat menjadi juara 565 dan melihat kalian berfoto. Bagiku, kau terlihat sangat beruntung, Do San-ah. Karena itu, kupakai namamu.
Do San lantas bilang kalau dulu dia sangat iri pada Ji Pyeong.
Ji Pyeong tanya, karena kantor berpemandangan Sungai Han? Mobil? Jam tangan?
Do San bilang karena Ji Pyeong cinta pertama Dal Mi.
Do San cerita, dulu dia pernah nanya ke Dal Mi kenapa Dal Mi menyukainya.
Dal Mi bilang, karena Do San cinta pertamanya.
Do San : Itu kau, Direktur Han. Jadi aku bertanya sekali lagi.
Dan Dal Mi bilang, itu karena surat-surat Do San menghiburnya selama ini.
Do San : Itu juga dirimu. Jadi, aku tanya sekali lagi. Dan akhirnya… ada satu hal tentang diriku. Dia menyukaiku karena tanganku besar. Itu saja. Jadi, aku terus berusaha keras. Dengan satu tangan ini, aku mau mengalahkan kenangan itu. Tapi ternyata tak berguna.
Ji Pyeong : Jika kau sudah tahu, menyerahlah.
Do San : Tapi aku tak bisa.
Ji Pyeong : Lantas? Kau mau bertepuk sebelah tangan selamanya?
Do San : Ya. Selamanya.
Bersambung ke part 4…