The Glory 2 Eps 4 Part 1

Tentangsinopsis.com – Sinopsis The Glory 2 Episode 4 Part 1 , Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. EPISODE SEBELUMNYA.

Kepala Shin main golf dengan rekannya, sekalian minum2.

Hyeon Nam tanya pada Dong Eun. Menurut Dong Eun, “dia” bisa sejauh apa. Lalu Hyeon Nam bilang, dia melihat “dia” ke tempat itu, jadi dia kesana dua kali lagi. Hyeon Nam lantas menunjukkan foto Rumah Duka Yeongsan. “Dia” yang dimaksud Hyeon Nam adalah Kepala Shin. Hyeon Nam bilang, rumah duka itu sudah 3 tahun ditutup.

Hyeon Nam : Tebak apa yang kutemukan disana? Pakai sabukmu.

Hyeon Nam pun melajukan mobilnya. Mereka bergerak ke Rumah Duka Yeongsan.

Sampai di sana, Hyeon Nam membuka pagarnya pelan2, lalu mereka bergegas masuk dan Hyeon Nam membawa Dong Eun ke meteran listrik. Hyeon Nam bilang, rumah keluarga rata2 memakai hingga 2.000 watt per bulan. Tapi tempat itu kosong dan terbaca lebih dari 5.000 watt, bahkan belum akhir bulan.

Dong Eun : Berarti masih memakai listrik?

Hyeon Nam mengangguk, benar. Dari semua tempat, itu kamar mayat.

Hyeon Nam menunjuk ke meteran yang diberi label ‘kamar mayat’.

Dong Eun menatap label itu.

Dong Eun pun langsung memberitahu Yeo Jeong soal itu. Yeo Jeong tanya, menurut Dong Eun, ada siapa di kamar mayat. Dong Eun bilang, Myeong O.

Dong Eun : Kemungkinan besar Kepala Shin menyuap pengurus fasilitas itu. Pemiliknya tinggal di LA dan tempat itu sudah ditawarkan selama tiga tahun. Pemilik toko lotre di dekat situ yang mengurusnya.

Yeo Jeong : Kau mau memeriksanya? Rumah duka?

Dong Eun tanya apa ada cara.

Yeo Jeong tersenyum dan menyuruh Dong Eun makan dulu.

Agen real-estate membawa Dong Eun dan Yeo Jeong ke rumah duka itu. Pengurus fasilitas yang telah disuap Kepala Shin untuk menjaga jasad Myeong O, menghalangi mereka masuk dengan dalih tak bisa sembarang orang masuk karena itu tanah pribadi. Si agen real-estate ini memperkenalkan diri dan mengaku sudah dapat izin dari pemilik tempat itu. Si pengurus kaget, agen real-estate? Kenapa?

Agen real-estate : Kau tak ditelpon pemiliknya? Sepertinya bukan hanya panggilanku yang kau abaikan. Kini mereka datang untuk melihat properti. Buka gerbangnya sekarang. Kami sudah bicara dengan pemiliknya.

Si pengurus panic dong dan meminta mereka menunggu sebentar karena dia mau menelpon.

Yeo Jeong tanya, mau menelpon siapa? Apakah Kepala Shin?

Si pengurus makin kaget mendengar nama Kepala Shin.

Mereka pun melihat jasad Myeong O.

Si pengurus hanya bisa tertunduk di belakang mereka.

Yeo Jeong lalu menyimpan kembali jasad Myeong O. Keduanya lantas menatap si pengurus.

Yeo Jeong : Ini yang kau jaga, bukan gedungnya. Kau juga baru buka tokomu.

Dong Eun : Sebenarnya sampai bertemu denganmu, kami tak yakin itu Kepala Shin. Namun itu benar dia.

Pengurus : Kenapa kau mengujiku!

Yeo Jeong : Kini apa tindakanmu?

Pengurus : Apa maksudmu? Kalian tak akan lapor polisi?

Yeo Jeong tersenyum, tidak.

Pengurus terperangah, tidak? Kenapa?

Dong Eun dan Yeo Jeong keluar dari toserba sambil memegang minuman.

Yeo Jeong : Melihat jasadnya divakum, kurasa dia coba menyimpan bukti dengan menunda proses pembusukan.

Yeo Jeong membukakan minumannya dan memberikannya ke Dong Eun.

Yeo Jeong : Bisa tebak kenapa?

Dong Eun : Mungkin itu alat catok Shin Yeong Jun? Saat menutupi kekacauan Yeon Jin, dia mungkin punya motif tersembunyi.

Yeo Jeong : Kau seyakin apa? Mungkin karena ulah Kepala Shin sendiri.

Dong Eun : 99%. Jika itu perbuatannya, dia takkan meninggalkan jejak apapun. Tak perlu menyimpan jasadnya.

Yeo Jeong : Lalu kenapa kau sisakan 1%?

Dong Eun : Aku tak yakin? Intervensi Tuhan? Kemujuran tak pernah memihakku.

Yeo Jeong : Kalau begitu, biar kutebus 1% nya.

Mereka pun berhenti berjalan. Dong Eun menatap Yeo Jeong. Yeo Jeong bilang, dia akan buat 100% untuk Dong Eun. Dong Eun tanya caranya. Yeo Jeong tanya, bisa buat Yeon Jin datang ke kliniknya.

Karena itulah Yeon Jin bisa datang ke klinik Yeo Jeong dan bertemu Hye Jeong di sana. Hye Jeong menunjukkan tas mahalnya ke Yeon Jin dan berkata, pria beristri yang memberikan tas itu kepadanya adalah Do Yeong.

Ketika Yeon Jin sibuk berdebat dengan Hye Jeong, Yeo Jeong memperhatikan luka di kaki Yeon Jin.

Nah, saat Yeon Jin berbaring, Yeo Jeong mulai beraksi.

Narasi Yeo Jeong : Kudengar beberapa musim dingin lebih hangat dari biasanya. Kabut tebal terjadi karena musim dingin hangat. Jadi kubuat hanya lebih dingin untukmu seperti musim dingin seharusnya, Park Yeon Jin-ssi.

Yeo Jeong mengambil sampel kulit di luka cakar Yeon Jin itu.

Hyeon Nam menemui Yeon Jin. Dia datang ke tempat kerja Yeon Jin.

Yeon Jin : Jadi, kau sudah memeriksa pacar Dong Eun?

Hyeon Nam : Ya, dokter bedah plastik yang baru buka klinik di Semyeong.

Yeon Jin tak percaya, dokter bedah? Tak mungkin.

Hyeon Nam : Dia masih muda dan kliniknya ramai. Belum lagi dia tampan dan sangat tinggi….

Kesal, Yeon Jin meremuk cangkir kopinya dan menegur Hyeon Nam.

Hyeon Nam : Maaf. Namanya Joo Yeo Jeong. Dia dari keluarga dokter kaya.

Yeon Jin : Joo Yeo Jeong?

Tak lama, Yeon Jin pun sadar siapa Joo Yeo Jeong itu.

Yeon Jin tersentak kaget, kalau begitu bagaimana keluarganya? Dia tak terkait dengan RSU Seoul Joo, kan?

Hyeon Nam : Bagaimana kau tahu? Kudengar keluarganya pemilik RSU Seoul Joo.

Yeon Jin pun terbelalak.

Ibu So Hee mengupas wortel, sambil mendengarkan siaran cuaca.

Namun saat melihat si penyiar cuaca adalah Yeon Jin, dia menatapnya dengan tatapan marah.

Yeon Jin sendiri lagi mengintai RSU Seoul Joo.

Lalu dia meyalakan rokoknya. Saat mau menyalakan rokoknya, dia tersentak karena melihat sosok So Hee yang berwajah pucat di depannya.

Yeon Jin pun melihatnya lagi dan sosok itu hilang seketika.

Nyonya Park menatap panggilan dan pesannya yang diabaikan Kepala Shin.

Nyonya Park : Sebaiknya kau jawab kalau tak ingin menyesal.

Nyonya Park ketakutan.

Kepala Shin bersama rekan2nya berjalan masuk ke kantor polisi.

Ponselnya tiba2 berbunyi. Telepon dari Nyonya Park tapi dia mengabaikannya.

Lalu dia menoleh ke sampingnya dan terkejut melihat Nyonya Park.

Nyonya Park sendiri masih memegang ponselnya sambil tersenyum ke arah Kepala Shin.

Kepala Shin langsung menarik Nyonya Park dengan kasar ke parkiran.

Kepala Shin : Kau gila! Tak boleh kemari.

Nyonya Park : Kenapa abaikan panggilanku? Tak balas pesan? Aku memintamu datang!

Kepala Shin : Aku harus disini sampai pukul enam atau dipecat.

Nyonya Park : Maka kau tak boleh dibayar lebih dariku. Kau pikir semua uang di rekening palsumu itu milikmu?

Kepala Shin bilang dia mengerti dan meminta Nyonya Park tenang.

Nyonya Park makin sewot, mana bisa tenang! Si gila itu terus menghubungiku! Menyiksaku!

Kepala Shin : Makanya kukirim info Lee Seok Jae!

Nyonya Park : Harus kuapakan itu? Seharusnya kau urus sendiri. Dasar tidak berguna!

Kepala Shin mulai kesal, kau keterlaluan.

Nyonya Park : Keterlaluan? Pegawai negeri rendah membeli rumah di Selandia Baru, tempat dia mengirim putri dan cucunya. Bagaimana itu? Dahulu kau jarang melunasi hipotekmu. Kini kau punya motel atas nama adikmu. Bagaimana itu? Bukan itu saja, kau! Hidupmu ditakdirkan untuk menyedihkan. Aku bahkan beli jimat setiap bulan untuk melindungimu dan mengubah nasibmu, dan apa?

Kepala Shin : Kau mau dipuji atas nasibku?

Nyonya Park : Dipuji? Kau suka saat kubayar!

Kepala Shin menghela nafas, aku mulai muak, Yeong Ae-ya. Menurutmu itu yang menguasaiku? Lagi pula, kita sudah tak cocok untuk saling memanggil teman. Mungkin kaki tangan, kau setuju?

Nyonya Park terdiam. Kepala Shin beranjak pergi.

*Biar gak bingung, nama asli Nyonya Park adalah Hong Yeong Ae yaa.. Tapi aku manggil Nyonya Park. Park adalah nama suaminya, ayah Yeon Jin.

Jae Joon menerima kiriman kilat. Isinya, sebuah USB.

Jae Joon menghubungi Dong Eun. Dia tanya, foto2 apa itu.

Dong Eun : Buletin sekolah. Aku menimbang siapa yang harus kukirimi, kau atau Ha Do Yeong. Aku memilihmu. Karena kau ayah Ye Sol.

Jae Joon : Lalu? Apa yang kulihat?

Kamera menyorot isi USB yang kini dilihat Jae Joon. Isinya, foto2 tak senonoh Ye Sol.

Dong Eun : Namanya Chu Jeong Ho, usia 39 tahun. Guru di SD Semyeong. Dia memotret anak-anak. Ye Sol juga ada di salah satu foto itu.

Tak lama kemudian, Jae Joon paham apa maksud Dong Eun.

Buat yang gak ngerti, Pak Chu adalah si guru cabul.

Besoknya, Jae Joon ngebut ke Semyeong.

Sementara Pak Chu menyembunyikan kameranya di belakangnya dan menemani anak-anak bermain. Ye Sol bilang dia bisa menggantung badannya secara terbalik. Pak Chu pun bertanya, siapa yang mau unjuk gigi. Anak2 itu langsung bersemangat. Pak Chu mulai memotret mereka, tapi Dong Eun datang.

Dong Eun : Seung A, Ye Sol, Seung Woo dan Min Ji. Pengasuh kalian menunggu. Kalian sedang apa? Ayo cuci tangan dan ambil tas kalian.

Anak2 menurut dan langsung pergi.

Pak Chu kesal, kau pandai menjadikanku pria aneh, ya?

Dong Eun : Aku sudah selesaikan yang kau minta. Mau kucetak atau kukirim secara daring?

Pak Chu melihat hasil print-an kerjaan Dong Eun.

Narasi Dong Eun : Menurutmu apa cara tercepat dan paling pasti untuk singkirikan Pak Chu, Yeon Jin-ah?

Pak Chu membuang hasil kerja Dong Eun ke lantai.

Narasi Dong Eun : Tak akan indah. Aku tahu. Namun, aku tak punya waktu untuk orang seperti ini.

Pak Chu : Kurasa kau takkan paham jika aku bicara baik-baik. Jadi aku langsung saja.

Dong Eun : Silahkan.

Pak Chu : Aku benci jalang pembangkang.

Dong Eun : Kuhormati seleramu.

Pak Chu : Aku sudah muak denganmu. Ikut aku keluar.

Tepat saat itu Jae Joon pun datang dan mencari Pak Chu dengan wajah marah.

Pak Kang pun langsung mendekati Jae Joon dan tanya apa yang bisa dia bantu.

Jae Joon : Katakan saja dimana bajingan ini.

Pak Chu : Aku. Kau siapa?

Jae Joon pun mendekati Pak Chu.

Jae Joon : Kau orangnya?

Jae Joon lalu mengambil kamera Pak Chu, maka ini pasti kameranya.

Jae Joon memukul kepala Pak Chu dengan kamera.

Guru lain menarik Dong Eun yang berdiri disamping Jae Joon.

Jae Joon mencampakkan kamera Pak Chu ke lantai setelah terlebih dahulu mengambil kartu memori.

Pak Chu berdiri sambil memegangi kepalanya yang berdarah dan menyuruh guru lain memanggil polisi.

Jae Joon terus memukuli Pak Chu.

Guru lain menelpon polisi.

Pak Kang dan Dong Eun saling bertatapan.

Pak Kang terkejut saat menatap Dong Eun.

Lalu Pak Kang ingat saat menyerahkan kartu sim ke Dong Eun.

Pak Kang : Ini yang kukumpulkan untuk karyawisata tahun lalu. Kupikir bisa membantumu. Jika ada hal lain disitu, maka itu salahku. Tolong jangan beritahu yang lain.

Dong Eun : Kenapa kau membantuku?

Pak Kang : Butuh keberanian untuk sampai begini. Aku tak bisa memulai keributan dengan itu tetapi kurasa kau akan lakukan.

Pak Kang pergi.

Flashback end…

Pak Kang gemetaran melihat Pak Chu dihajar habis-habisan sama Jae Joon.

Jae Joon baru berhenti memukul Pak Chu karena melihat Ye Sol ada di depannya.

Dong Eun pun maju dan menutupi Ye Sol dengan badannya.

Jae Joon terdiam menatap Dong Eun.

Ye Sol pun menghubungi ayahnya sambil menangis.

Do Yeong : Ye Sol-ah, berhenti menangis dan bicara perlahan. Aku tak bisa dengar ucapanmu. Paman Jae Joon ke sekolah dan melakukan apa?

Pak Lee memilihkan baju untuk Hyeon Nam. Dia bilang, baju dengan motif bunga selalu cocok untuk Hyeon Nam. Lalu dia mengajak Hyeon Nam ke laut setelah uangnya masuk. Hyeon Nam diam saja. Pak Lee kembali memilih baju, sambil berkata, kalau dia tahu bahwa pemerasan selalu berhasil.

Pak Lee : Jalang itu takkan lama.

Hyeon Nam : Sun A appa, lanjutkan saja hidup kita. Ini terlalu berbahaya.

Pak Lee pun marah tapi dia tak bisa memukul Hyeon Nam karena mereka tak di rumah.

Pak Lee : Nanti kuurus kau di rumah.

Hyeon Nam : Kuberitahu ini karena dia membunuh lebih dari satu. Dia membunuh dua orang.

Pak Lee kaget : Dua orang?

Tak lama kemudian, Pak Lee tiba2 berseru, Filipina!

Pak Lee : Kudengar disana sangat menakjubkan. Mangganya sangat murah. Akan kubelikan besok. Cobalah.

Pak Lee lantas kabur.

Hyeon Nam menatap keluar. Ada dua orang pria yang mengawasi mereka.

Salah satu pria mengatakan, toko baju itu, tempat seorang pria dipukuli kepalanya.

Gyeong Ran di kamarnya, lagi memilih baju.

Kamera menyorot sesuatu yang dibungkus plastik, tapi bernoda darah, di dalam lemari Gyeong Ran. Gyeong Ran lalu menutup lemarinya dan pergi.

Dong Eun menemui 3 preman. Dua diantaranya adalah pria yang mengawasi Pak Lee tadi.

Dong Eun memberi mereka uang.

Dong Eun : Kuhargai yang sudah kalian lakukan.

Pria itu lantas memberikan uang pada bos nya.

Bos nya menghitung uangnya dan mengangguk tanda uangnya cukup, lalu pria itu memberikan Dong Eun narkoba.

“Seong Hee bilang kau takkan memakainya.”

“Benar, bisa kau siapkan? Aku tak tahu caranya.”

Pria itu tersenyum tak percaya.

Sa Ra merengek pada orang tuanya, supaya dia dikeluarkan dari sana.

Sa Ra : Kubilang itu legal di Belanda. Aku takkan kembali kemari!

Pak Lee menyalahkan istrinya, kau bilang dia bersih. Lihat apa yang dia lakukan. Dia menjadi anak iblis. Apa saja kerjamu?

Nyonya Lee : Yeobo, kurasa dia harus masuk rehab…

Pak Lee : Sekalian saja bilang anak pendeta ini pemadat!

Sa Ra : Makanya aku tak mau meninggalkan Paris!

Sa Ra teriak pada ayahnya. Sang ayah pun marah dan berniat menampar Sa Ra tapi Sa Ra langsung mundur.

Pak Lee : Pikirmu kami mau menyeretmu kembali? Kabar tersebar luas kau pakai narkoba setiap malam dan tidur di jalanan!

Nyonya Lee : Sa Ra-ya, pembantu memberimu suntikan infus disini. Kami bisa menjagamu. Kau tak bisa bahasa inggris. Bagaimana tinggal disana?

Sa Ra : Aku tak butuh tata bahasa korea yang baik disini. Kenapa tak bisa disana! Keluarkan aku, aku mau pergi! Ayah, keluarkan aku!

Sa Ra guling-gulingan di lantai, seperti anak kecil.

Orang tua Sa Ra yang udah gak tahu lagi harus gimana, akhirnya beranjak pergi.

Jae Joon di kantor polisi, didampingi pengacaranya. Polisi bilang, korban bersedia berdamai dan menyarankan Jae Joon menemui korban. Jae Joon marah, dia bilang, Pak Chu bajingan. Pak Chu punya ratusan foto gadis kecil memakai rok.

Polisi : Beritahu aku jika kau mau berdamai soal serangan itu. Fotonya lain soal.

Jae Joon kian kesal, hukum sangat aneh. Lain apanya?

Lalu Jae Joon menyuruh pengacaranya mengatakan sesuatu. Pengacara Jae Joon menyuruh Jae Joon diam. Pengacara Jae Joon lalu bilang ke polisi mereka akan berdamai. Tapi Jae Joon menolak dan ingin Pak Chu di penjara. Lalu seorang pria masuk.

Pengacara Jae Joon : Apa kita yang bicara di telepon?

Pria itu menyebutkan nama dan jabatannya. Dia Choi Won Seok dari tim hukum Konstruksi Jaepyong.

Jae Joon : Apa-apaan ini?

Pengacara Jaepyeong menawarkan kesepakatan damai dengan pihak Jae Joon. Tapi Jae Joon kekeuh gak mau damai. Pengacara Jae Joon kesal.

Pengacara Jae Joon : Berhenti bicara. Kau yang akan dipenjara jika menolak berdamai.

Jae Joon menghela nafas. Tak lama dia terdiam melihat kehadiran Do Yeong.

Mereka keluar bersama. Pengacara Jae Joon bilang ke pengacara Jaepyeong, kalau dia sengaja menghubungi pengacara Jaepyeong karena berpikir akan lebih mudah bagi Jaepyeong untuk berdamai.

Pengacara Jaepyeong : Benar, soal foto yang dia ambil, kami akan ajukan tuntutan perdata dan pidana.

Do Yeong lalu tanya ke Jae Joon alasan Jae Joon terlibat dalam hal ini. Do Yeong juga bilang, harusnya dia, bukan Jae Joon. Apa hak Jae Joon mengajukan tuntutan perdata dan pidana. Jae Joon bilang Do Yeong sudah tahu alasannya. Jae Joon lalu mendekati Do Yeong dan mengatakan terang-terangan kalau dia ayah Ye Sol.

Do Yeong menahan amarahnya, kau lebih bajingan dari yang kuduga. Apa kau tak punya malu?

Jae Joon mengumpat, shibal.

Lalu dia memukul Do Yeong.

Do Yeong balas memukul. Dua pengacara mencoba memisahkan mereka, tapi Jae Joon terus menyerang Do Yeong. Do Yeong berhasil menghindari pukulan Jae Joon. Lalu dia balas memukuli Jae Joon berkali2.

Jae Joon udah babak belur. Kedua pengacara memisahkan mereka. Do Yeong bilang dia melepaskan Jae Joon demi kebaikan Jae Joon, jadi pergilah.

Do Yeong : Kau sudah cukup lancang. Sekarang diam dan enyah.

Do Yeong dan pengacaranya pergi.

Besoknya, Direktur Park diberitahu Kepala Administrasi kalau ada polisi yang datang. Dia bilang, polisi menerima laporan tentang penyimpanan mayat ilegal dan mau memeriksa kamar mayat serta tempat pendingin.

Direktur Park terdiam sejenak, sebelum akhirnya bertanya dimana polisi2 itu.

Mereka pun pergi.

Kamera menyorot foto keluarga Yeo Jeong.

Kita diperlihatkan flashback saat Direktur Joo melihat ibunya So Hee sedang memohon pada Kepala Departemen Administrasi RS. Kepala Administrasi menyuruh Bu Yoon menandatangani berkas pengambilan jenazah. Dia bilang, autopsi sudah selesai dan batas waktu penyimpanan sudah selesai.

Kepala Administrasi : Kau harus lakukan pemakaman.

Bu Yoon gak mau. Dia bilang semua akan berakhir, So Hee gak bakal dapat keadilan jika begitu.

Kepala Administrasi lantas mengeluh pada Direktur Joo. Dia bilang, mereka tak bisa melakukan apapun tanpa izin keluarga.

Direktur Joo : Aku setuju. Suhunya hanya empat derajat atau nol jika terdingin.

Kepala Administrasi : Ya, jasad takkan tahan enam bulan sebelum benar-benar membusuk. Bayangkan bau dan cairan dari pembusukan.

Direktur Joo : Benar, kita harus pindahkan ke pendingin.

Kepala Administrasi kaget, jangan bercanda soal itu, Direktur.

Direktur Joo : Dia bilang itu bukan bunuh diri.

Kepala Administrasi : Hasil penyelidikan bukan urusan kita. Juga, kita tak punya alasan untuk menangani kerugiannya.

Direktur Joo : Mungkin akan selesai. Konon, kebaikan menang atas kejahatan. Sebelum saat itu tiba, kita tangani saja.

Flashback end…

Ditemani Kepala Administrasi, Direktur Park menemui polisi.

Direktur Park : Aku diberitahu ada keluhan sipil. Namun, walau kupikirkan, ini aneh. Jika ada ketidaknyamanan, itu hanya akan memengaruhi staf. Tak akan ada yang meributkan setelah 18 tahun. Lagipula, kenapa mereka melapor ke polisi dan bukan ke kantor wilayah atau Kementerian Kesehatan?

Polisi : Entahlah. Kami hanya wajib menyelidiki kasus seperti ini.

Si polisi ingat kata2 Kepala Shin, saat mereka main golf bareng. Kepala Shin bilang, dia hanya butuh jasad itu dipindah ke kamar mayat.

Kepala Shin : Aku yang mengeluhkan, kau tahu apa artinya bukan?

Flashback end…

Polisi : Kau mengakui memindahkan jasadnya ke pembeku tanpa izin? Niat dibalik keputusan itu juga tak jelas.

Direktur Park : Niat?

Polisi : Kau bisa pindahkan untuk eksperimen ilegal atau alasan tak jujur lainnya. Jasadnya harus kembali ke kamar mayat.

Direktur Park : Tidak. Kami akan menerima hukuman jika melanggar hukum. Namun jasadnya tetap disini. Kita belum mengungkap kebenaran dibalik kematiannya. Itu niat kami. Sudah jelas?

Si polisi tak bisa apa-apa lagi.

Nyonya Jung di restoran, kesal lantaran seseorang tak menjawabnya.

Nyonya Jung : Bajingan ini, sial. Kau dokter, lalu apa?

Sepertinya yang dia hubungi adalah Yeo Jeong.

Lalu Nyonya Jung mengirimi pesan ke Yeo Jeong.

Nyonya Jung : Temui aku, ada yang mau kukatakan. Kau pasti mengabaikanku karena tak tahu nomor ini. Aku ibu Dong Eun. Kau harus bertemu….

Lalu seorang pelayan masuk ke dalam bilik tempat Nyonya Jung makan.

Tak lupa dia menutup pintunya.

Yeo Jeong ada di depan bilik itu. Dia membaca pesan Nyonya Jung.

Nyonya Jung : Kau harus bertemu calon ibu mertuamu. Kasar sekali.

Yeo Jeong kemudian beranjak. Dia membayar makanannya juga makanan untuk Nyonya Jung sebelum pergi.

Yeon Jin yang baru pulang, terkejut melihat ada supir di rumah.

Yeon Jin : Kenapa kau disini? Kau tidak menjemput Ye Sol?

Supir bilang, Ye Sol di rumah neneknya, ibunya Do Yeong, setelah pulang lebih awal. Supir lalu memberitahu Yeon Jin kalau Do Yeong ada di dalam.

Yeon Jin segera masuk dan melihat Do Yeong lagi bicara dengan seseorang di telepon.

Do Yeong menatap kesal Yeon Jin. Orang di telepon memberitahu, bahwa perintah jaga jarak sementara terhadap Jae Joon baru diminta dan akan segera diproses.

Do Yeong : Aku mau ke lokasi, sampai jumpa besok.

Setelah melihat Do Yeong selesai menelpon, Yeon Jin minta penjelasan kenapa Ye Sol ada di rumah ibu Do Yeong.

Do Yeong : Ada alasan bagus. Kita bicara nanti.

Do Yeong mau pergi tapi dihalangi Yeon Jin.

Yeon Jin : Kenapa kudengar ini dari sopir…

Yeon Jin melihat bibir Do Yeong luka.

Yeon Jin : Bibirmu… Kau berkelahi?

Do Yeong : Aku tak bisa bicara baik padamu sekarang. Nanti saja. Apa itu sulit?

Yeon Jin : Aku tak boleh tanya kenapa putriku pulang lebih awal? Memangnya penting kau menahan diri. Aku lebih suka kau berkata kasar kepadaku! Mari bertengkar.

Do Yeong : Baik, mari bicara. Entah harus mulai darimana tetapi kurasa ini awal yang baik. Pria selingkuhanmu ke sekolah putriku dan bersikap seperti ayahnya.

Yeon Jin pun terdiam mendengar itu.

Do Yeong : Ayo bantah.

Tapi Yeon Jin diam saja.

Do Yeong : Kau penasaran aku tahu atau tidak? Jika Ye Sol putriku atau bukan? Ya, aku tahu semuanya. Katakan sesuatu.

Yeon Jin tetap diam, sambil menatap Do Yeong dengan sorot mata terkejut.

Do Yeong : Kau tidak tahu betapa sulitnya menahan diri!! Bahkan sekarang, hanya keselamatan dirimu yang kau pedulikan. Ye Sol sangat kebingungan sekarang dan….

Do Yeong menghela nafas sejenak, dan kau berani mengujiku?

Tapi Yeon Jin gak mau disalahkan. Dia berdalih, dia mencoba melindungi Ye Sol, bahkan sampai menutupi semua itu.

Yeon Jin : Tapi kau hancurkan semua dengan membukanya.

Do Yeong : Apa yang akhirnya kau lindungi? Hubungan kita, kau dan Ye Sol, dan karirmu! Kau tak bisa melindungi apapun.

Do Yeong lalu memperjelas ke Yeon Jin, kalau Ye Sol akan tetap menjadi putrinya saat dia dan Yeon Jin menjadi orang asing.

Do Yeong pergi.

Yeon Jin syok. Dia jatuh terduduk.

Tapi tiba2, ponselnya berbunyi. Telepon dari ibu Seung A.

Yeon Jin berdiri dan memaksakan dirinya tersenyum saat menjawab telepon ibu Seung A.

Yeon Jin : Ya, jagiya?

Ibu Seung A : Kenapa kau tak balas pesan? Apa pendapatmu soal suap? Kami menuju ke sekolah. Berikan suaramu juga. Sekolah sedang kacau. Kudengar satu guru ditangkap. Apa yang terjadi?

Yeon Jin : Mianhaesseo eottoke? Aku masih bekerja. Berikan suaraku untukmu. Suap? Itu gila. Kita harus memecat guru begitu.

Dong Eun masih di kelas, ketika para ibu2 mendatanginya.

Para ibu2 menatapnya dengan sinis. Dong Eun terkejut dan juga bingung.

Bersambung ke part 2…

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like