Tentangsinopsis.com – Sinopsis The Glory Episode 5 Part 2 , Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. Baca episode berikutnya DISINI
Dong Eun menyetir. Navigasi memberitahunya, kalau dia harus belok kiri di persimpangan Taman Gyodae. Dong Eun melewati Taman Gyodae.
Sekarang, Dong Eun duduk di Taman Gyodae. Tak lama kemudian, dia meraih ponselnya dan membaca semua pesan-pesan Yeo Jeong dari tahun ke tahun yang tak pernah dia balas.
Yeo Jeong : Kau simpan nomorku? Akan kupermudah andai kau tak lakukan. Juga, namaku Joo Yeo Jeong | Akan ada gelombang panas hari ini | Apa kabar? Salju turun lebat hari ini. Hati-hati berjalan agar tak jatuh. Jaga dirimu | Kau lihat langit hari ini? Jernih sekali. Semoga kau sehat selalu.
Dong Eun pun mengirimi Yeo Jeong pesan setelah bertahun-tahun. Dia bertanya, apa itu cialis sambil mengirimkan foto sebuah obat.
Yeo Jeong lagi malas-malasan di mejanya. Dia memasukkan tablet vitamin ke dalam segelas air, lalu merebahkan kepalanya ke meja. Tablet itu berbuih. Kamera menyorot meja di belakang Yeo Jeong. Ada surat dari RSU Seoul Joo, dari ibunya. Ponsel Yeo Jeong berbunyi.
Jong Heon mengambilkan ponsel Yeo Jeong.
Jong Heon : Yeo Jeong, kau dapat pesan.
Yeo Jeong memeriksanya. Seketika dia kaget dan langsung melemparkan ponselnya ke Jong Heon dan grasak grusuk sendiri.
Yeo Jeong : Kurasa ponselku rusak! Mustahil dia balas pesan setelah delapan tahun! Kami pernah bertemu sekali. Namun, dia membalas?
Lah Yeo Jeong tiba2 muji dirinya sendiri.
Yeo Jeong : Mungkin aku keren hari itu. Begitu. Benar. Ya.
Tapi kemudian panic, apa Dong Eun sudah menikah?
Jong Heon membaca pesan dari Dong Eun.
Yeo Jeong : Hei, jangan dibaca! Kenapa? Apa katanya? Itu undangan pernikahan? Dia akan menikah? Dengan siapa?
Lalu dia tepuk tangan, dia akan bercerai ya?
Tapi kemudian panic lagi, atau menikah lagi? Benarkah?
Jong Heon : Dia ingin tahu apa itu Cialis.
Yeo Jeong pun bergegas menghubungi Dong Eun.
Yeo Jeong : Ayo bicara langsung. Kau di mana?
Jong Heon : Kau gila? Profesor akan segera datang.
Yeo Jeong melirik jamnya, jangan sekarang. Di mana kau setelah pukul 19,00?
Malamnya, Dong Eun ada di sebuah kafe. Dia memesan dua kopi. Selesai memesan kopi, dia melihat Yeo Jeong datang dengan terburu-buru.
Dong Eun : Maaf jika kau sibuk.
Yeo Jeong : Setelah menerima pesanmu aku sibuk mengubah jadwalku.
Yeo Jeong melihat Dong Eun memegang dua cangkir kopi.
Dong Eun memberikan salah satunya ke Yeo Jeong.
Mereka bicara di taman.
Yeo Jeong : Kau masih bermain Go?
Dong Eun : Sesekali aku menang uang.
Yeo Jeong : Kau masih tinggal di Seoul? Atau Semyeong?
Dong Eun : Bagaimana kau tahu?
Yeo Jeong : Waktu itu katamu “belum” bekerja di Semyeong. Jadi, kau di sana.
Dong Eun : Aku bekerja di SD Semyeong.
Yeo Jeong : Apa kau dekat dengan orang itu? Orang yang memakai obat itu.
Dong Eun : Belum.
Yeo Jeong : Jadi, yang itu juga “belum”. Aku hanya katakan sekali, dengar baik-baik. Cialis itu obat yang mengandung Tadalafil. Efeknya bertahan lama.
Dong Eun : Lalu?
Yeo Jeong : Itu bagus. Viagra adalah produk serupa.
Dong Eun : Aku tahu itu. Apa dipakai untuk tujuan selain yang kita tahu?
Yeo Jeong : Apa dua tujuan yang kau maksud?
Dong Eun : Itu bisa dipakai dalam situasi berbeda.
Yeo Jeong : Kabarnya, beberapa orang memakainya untuk atasi takut ketinggian. Namun, dari sudut pandang dokter, itu obat disfungsi ereksi. Apa pria itu tinggal di Semyeong?
Dong Eun : Itu dua cerita berbeda.
Yeo Jeong : Temui pria yang tak butuh pil. Sebagai dokter, aku agak cemas. Sebagai pria, aku jadi banyak pikiran.
Dong Eun : Kau salah.
Yeo Jeong : Kau jadi lebih kasar sejak terakhir kita bertemu. Berani bilang aku salah?
Dong Eun : Namun, kau sudah tahu bahwa pil itu cuma alasan.
Yeo Jeong terdiam sesaat.
Yeo Jeong : Benar. Kau bisa dengan mudah mencari tahu guna Cialis. Namun, aku tak tahu kenapa kau butuh alasan. Jadi, aku antusias. Meski aku tak tahu siapa dia, “Apa dia punya penyakit lain? Kuharap setiap bagian tubuhnya sakit.” Itu yang kupikirkan.
Dong Eun : Aku ingin minta maaf.
Yeo Jeong : Minta maaf?
Dong Eun : Aku tak tahu musim apa yang harus kau lalui, tetapi saat itu, aku kasar. Maaf jika aku menyakitimu.
Yeo Jeong terdiam dan menatap cangkir kopinya.
Tak lama, Yeo Jeong bicara lagi.
Yeo Jeong : Namun, hei. Kenapa permintaan maafmu terdengar seperti perpisahan? Kau menyuruhku berhenti kirim pesan. Namun, kenapa? Kau bahkan tak balas pesanku. Apa aku tak menarik?
Dong Eun : Ya, aku tak menyukaimu. Kau bukan tipeku.
Yeo Jeong : Tak mungkin. Entah apa rencanamu. Aku sungguh tak tahu kenapa kau melakukan ini. Namun, lakukan saja. Lakukan semua yang kau mau. Namun, kencani aku juga. Aku akan membuatmu bahagia.
Dong Eun tertawa mendengarnya.
Narasi Dong Eun terdengar.
Dong Eun : Ada masa-masa kita punya perasaan terhadap seseorang, dan itu boleh saja. Jika masa-masa itu berarti kau hidup, maka menurutmu berapa hari aku sungguh pernah hidup, Yeon Jin-ah?
Yeo Jeong heran, kenapa tertawa?
Dong Eun : Kurasa aku bahagia sekarang. Namun, Yeo Jeong, aku tak sedang mencari pangeran. Aku bukan butuh pangeran, melainkan algojo yang mau bergabung denganku dan tarian pedangku.
Yeo Jeong terdiam mendengarnya.
Kita diperlihatkan flashback, saat Myeong O mencekik Dong Eun di gedung olahraga. Sa Ra bukannya menolong, malah asik merekam Dong Eun yang dicekik Myeong O. Kamera menyorot tato Myeong O yang ditutupi koyo. Tak lama, Myeong O melepas Dong Eun.
Myeong O : Apa? Dia tak pingsan dalam delapan detik. Itu bohong.
Sa Ra : Pukul dadanya.
Myeong O : Apa?
Sa Ra : Kau harus pukul cukup keras. Jika dia tak pingsan, artinya tinjumu lemah.
Myeong O : Kau tahu siapa pencetak skor tertinggi untuk mesin tinju di Jongro-gu? Aku.
Sa Ra terus merekam Dong Eun.
Sa Ra : Bilang kalau sakit, Dong Eun-ah. Aku akan mendoakanmu. Lihat kemari. Dong Eun. Berdiri yang tegak. Jika meleset, bisa kena payudaramu.
Myeong O pun mengarahkan tinjunya ke dada Dong Eun.
Flashback end…
Dong Eun menunggu seseorang di sebuah kedai. Tak lama, yang ditunggunya datang. Ya, Myeong O!
Myeong O : Kau memanggilku ke kedai tteokbokki untuk bahas hal serius, tetapi kau belum pesan.
Myeong O lalu memasan tteokbokki, kentang goreng dan sundae.
Myeong O : Kau makan sundae?
Dong Eun : Kau tak tutupi tatomu sekarang.
Myeong O : Tatoku? Di leherku. Tak ada yang menggangguku sekarang.
Dong Eun : Ingat kelas bahasa Spanyol kita dahulu? Aku sangat benci bahasa Spanyol. Namun, aku mulai suka lagi, berkat tatomu.
Myeong O : Kau lebih bodoh dari yang tampak. Ini bukan bahasa Spanyol, tetapi Latin. “Memento mori.”
Dong Eun : “Ingat bahwa kau harus mati.” Namun, dahulu kau tutupi sebagian dengan koyo, dan artinya beda dalam bahasa Spanyol.
Myeong O : Arti apa?
Kita diperlihatkan tato Myeong O yang ditutupi koyo.
Tulisannya jadi, me mori.
Dong Eun : Aku makan sundae. Kau ke rumah sakit itu?
Myeong O : Ya. Hei, sepertinya kau menemukan hal besar. Jasad So Hee ada di sana.Astaga. Aku bahkan tak tahu berapa uang yang harus kuminta. Jadi, siapa itu? Jumlahnya tergantung siapa yang kita maksud.
Dong Eun : Jika kuberi tahu?
Myeong O : Katakan saja siapa. Selebihnya mudah. Akan kurongrong siang dan malam. Mereka tak bisa makan atau tidur. Akan kubuat berantakan dan kuantarkan kepadamu. Aku tahu bukan aku orangnya. Apa salah satu dari empat? Sa Ra? Apa dia lakukan saat mabuk? Yeon-jin? Yang paling menakutkan dari empat. Hye Jeong? Pasti dia jika So Hee menyebar rumor soal guru olahraga dan Hye Jeong. Jae Jun? Jika So Hee menyebut matanya, maka pasti dia. Kini kita dalam situasi yang sama. Siapa dari mereka yang membunuh So Hee?
Dong Eun pun berbisik, siapa pelakunya.
Myeong O kaget mendengarnya.
Sa Ra bersama Yeon Jin di studionya.
Yeon Jin kaget mendengar cerita Sa Ra soal Dong Eun yang minta uang. Yeon Jin tanya, berapa banyak yang diminta Dong Eun.
Sa Ra : Entahlah. Dia memberiku tas dan menyuruhku mengisinya. Sial! Tasnya besar sekali!
Jae Jun datang.
Jae Jun : Kenapa tak jawab teleponku?
Sa Ra : Kapan kau telepon?
Jae Jun : Bukan kau.
Sa Ra melirik Yeon Jin, jadi, kau.
Sa Ra tanya lagi apa Dong Eun tak mendatangi Jae Jun dan Yeon Jin.
Yeon Jin : Bukan uang yang dia incar. Kutawari uang, tetapi dia abaikan.
Sa Ra lantas mengomel karena Myeong O sulit dihubungi.
Sa Ra : Apa kau memecatnya?
Jae Jun : Dia tak akan tahu jika dipecat karena dia mengabaikan teleponku.
Jae Jun melirik Yeon Jin, dia juga.
Yeon Jin : Kalian ingat jelas masa-masa sekolah kita?
Jae Jun : Apa kabar Ye Sol? Dia bersama siapa?
Yeon Jin : Apa yang kita lakukan kepada Dong Eun? Apa itu buruk?
Sa Ra : Dia sungguh tak lemparkan tas ke kalian?
Sa Ra berdiri, dia gregetan, sial, dia pasti menonton banyak film. Jalang gila itu minta dolar!
Jae Jun masih sibuk membahas Ye Sol.
Jae Jun : Ye Sol pasti sudah masuk SD. Di mana? SD Semyeong?
Yeon Jin gak menanggapi Jae Jun soal Ye Sol.
Dia fokus ke Dong Eun.
Yeon Jin : Jika dia ingin kita juga menderita, apa yang akan dia lakukan?
Jae Jun : Aku bahkan tak memberinya tas. Dia kelas berapa?
Myeong O melajukan motornya dengan kencang.
Dia pergi ke sebuah travel untuk memesan tiket ke Vladivostok, sebuah kota di Rusia.
Setelah itu, Myeong O menghubungi semua temannya dan juga Do Yeong.
Myeong O : Aku memikirkanmu seharian. Mau bertemu?
Hye Jeong : Enyahlah.
Sa Ra : Kau mau menemuiku sendiri? Kenapa?
Yeon Jin : Aku penasaran. Kenapa kau ingin menemuiku?
Do Yeong : Siapa? Son Myeong O?
Jae Jun : Bajingan, di mana kau?
Myeong O lalu menghubungi Dong Eun.
Dong Eun : Yeon Jin bagaimana? Kau akan menemuinya?
Kita diperlihatkan masa lalu Dong Eun. Ketika Dong Eun berada di kelas sendirian, padahal hari sudah gelap. Dong Eun melepas plester yang menutupi luka bakarnya. Luka itu sudah meruyak.
Dong Eun lalu menempelkan plesternya di bukunya.
Di bukunya, ada tulisan ‘Memento Mori’, tulisan di tato Myeong O.
Dan dia menutupi bagian ‘mento’ dengan plesternya.
Lalu narasi Dong Eun terdengar.
Dong Eun : Aku…mati.
Itulah arti me mori.
Kembali ke masa sekarang, dimana Myeong O dipukuli seseorang.
Myeong O tewas dengan luka parah!
Bersambung…….