Tentangsinopsis.com – Sinopsis The Glory Episode 8 Part 2 , Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. Baca episode berikutnya DISINI
Kepala Shin ngasih data2 Dong Eun ke Yeon Jin.
Kepala Shin : Dari kerja pabrik usai putus sekolah, sampai ke SD Semyeong, semua di situ. Dia tak pernah didenda dan bayar semua asuransi kesehatan tepat waktu.
Yeon Jin : Jalang ini warga teladan. Kalau ibunya? Di mana dia?
Kepala Shin : Jeong Mi Hee? Kau butuh itu juga?
Yeon Jin : Cukup berhasil saat aku di SMA. Makin miskin seseorang, keluargalah yang paling merugikannya.
Nyonya Jung duduk di depan sebuah toko sambil makan buah.
Dua orang pria suruhan Kepala Shin mengawasinya.
Yeo Jeong menemani Dong Eun ke laundry.
Yeo Jeong ingat salah satu foto di rumah Dong Eun. Foto Nyonya Jung.
Yeo Jeong : Omong-omong, siapa yang di foto itu? Aku bisa mengenali banyak orang dari penjelasanmu dan fotonya, tetapi tak bisa mengenalinya.
Dong Eun : Wanita di paling kiri yang bercelemek merah? Itu ibuku. Kau ingin tahu kenapa aku menaruhnya bersama para pelaku?
Yeo Jeong : Boleh aku menanyakan hal lain? Kau sering cuci selimut?
Dong Eun : Ya. Boleh aku bertanya juga? Kau akhirnya ingin tahu mengenaiku.
Yeo Jeong : Apa itu?
Dong Eun : Kenapa kode sandi pintu depanmu 3724? Biasanya kode sandi adalah ulang tahun, hari pertama jumpa seseorang, atau nomor pelat kendaraan. Namun, aku tak tahu itu apa.
Pertanyaan Dong Eun, membuat raut wajah Yeo Jeong berubah drastis. Yeo Jeong enggan menjawab dan meminta Dong Eun mengajukan pertanyaan lain.
3724 jangan2 nomor tahanan Yeong Cheon.
Direktur Park pergi ke penjara.
Dan benar saja, 3724 itu adalah nomor tahanan Yeong Cheon. Yang Cheon memasang wajah penyesalannya.
Yeong Cheon : Maafkan aku, Bu. Setelah sekian lama di sini, aku sadar aku telah melakukan hal yang buruk. Berapa kali pun meminta maaf, aku tahu dosaku tak akan hilang. Juga tak bisa kubatalkan.
Direktur Park : Aku tak tahu.
Yeong Cheon : Apa?
Direktur Park : Aku tak tahu bajingan pembunuh sepertimu mengirim surat kepada putraku selama ini.
Yeong Cheon : Ya. Saat itu mentalku labil…
Direktur Park : “Aku tak bisa tahan tekanan sosial dan membuat kesalahan”? Omong kosong. Puluhan suratmu berkata sama.
Yeong Cheon : Ya, aku…
Yeong Cheon lalu menahan tawanya sebelum melanjutkan kalimatnya.
Yeong Cheon : Aku payah dalam menulis.
Direktur Park meledak, tutup mulutmu! Beraninya kau ganggu putraku demi pengurangan hukuman, Bajingan? Beraninya kau buat dia sengsara? Tak bisa kuampuni bajingan sepertimu. Jika kau kirim surat seperti itu lagi, kubunuh kau.
Yeong Cheon : Namun, kau dokter. Semua anggota keluargamu dokter. Tak boleh bunuh orang. Suamimu mati karena sumpah seperti itu. Aku tak melakukan ini karena ingin keluar. Aku suka tempat ini. Nyaman. Aku bisa berolahraga. Makan tiga kali sehari dan ada perawatan medis.
Direktur Park : Lalu kenapa kau kirim surat-surat itu?
Yeong Cheon : Aku bosan. Jadi, apa putramu sengsara?
Direktur Park berteriak marah, bajingan!
Yeong Cheon nya malah senang.
Yeo Jeong tengah mendengarkan bunyi tablet vitamin berbuih.
Dan Jae Jun lagi memandangi lukisan bunga Ye Sol tanpa warna.
Ponsel Jae Jun berbunyi.
Jae Jun : Di mana? Kantor Polisi Jongno?
Saat itu juga, Jae Jun langsung ke studio Sa Ra. Hye Jeong juga di sana.
Sa Ra marah dan bertanya siapa yang melaporkan Myeong O sebagai orang hilang ke polisi. Hye Jeong bilang mungkin Yeon Jin.
Hye Jeong : Dia suruh kita. Mungkin dia lakukan sendiri.
Jae Jun : Dia tak akan melakukan hal begitu.
Sa Ra : Tinggal kau. Itu ulahmu?
Jae Jun : Aku yang pertama ditelepon karena aku bosnya. Orang dewasa biasanya dikira kabur. Usianya 36 tahun. Pasukan khusus tak akan datang hanya karena dia tak bisa dihubungi.
Sa Ra : Jadi, kau. Kau mulai mencarinya lebih dahulu.
Hye Jeong : Kenapa kau pikir aku? Kenapa tak masukkan dirimu?
Sa Ra : Jadi, memang kau. Benar kau. Ya, Jalang? Perlu tanya polisi apa aku benar?
Hye Jeong ngaku, ya, benar. Aku yang melaporkannya. Lalu kenapa? Kau bilang dia mungkin mati. Kalau dia benar mati? Apa aku aneh karena melaporkan teman hilang? Dia tinggal sendiri. Kau tak cemas?
Sa Ra : Jalang ini sudah gila. Sejak kapan kau peduli soal Myeong O? Aku tahu. Aku paham kenapa dia mengajakmu kencan. Kau juga tidur dengannya, ya?
Jae Jun : Kau bicara apa? Dia mengajaknya kencan? Aku merinding.
Sa Ra menjambak Hye Jeong.
Sa Ra : Selangkanganmu selalu jadi barang umum. Kau sengaja melakukannya, ya? Apa niatmu? Kau tahu aku beli narkoba darinya dan mendapat resep atas namanya selama beberapa tahun? Kau juga tahu aku akan ditangkap dahulu saat mulai diselidiki. Kenapa kau laporkan ke polisi?
Jae Jun : Terlalu banyak informasi. Aku pergi.
Jae Jun pergi.
Hye Jeong menyuruh Sa Ra melepaskannya.
Sa Ra : Hei, jika polisi mulai meneleponku, aku akan membunuhmu, Jalang!
Dong Eun memasukkan tas besar ke bagasi ke mobil Hyeon Nam.
Hyeon Nam ingin tahu apa isinya. Dia menebak itu kimchi.
Dong Eun : Bukan.
Dong Eun membuka tas itu. Hyeon Nam kaget melihat isinya. Isinya uang!
Dong Eun : Setor won dan dolar secara terpisah, dan minta bukti saldo rata-ratamu.
Hyeon Nam : Apa semua ini?
Dong Eun : Sudah buat paspor untuk Sun A?
Hyeon Nam : Apa? Ini. Namun, kenapa kau butuh paspor?
Dong Eun : Akan kuserahkan ke agensi luar negeri. Tolong tanda tangani. Aku akan mengirim Sun A untuk belajar di luar negeri.
Hyeon Nam : Luar negeri?
Dong Eun : Aku mau percepat rencana, sedikit demi sedikit. Aku akan mulai melakukan yang kau minta pada hari Sun A meninggalkan Korea. Sun A akan mendengar kabar kematian ayahnya di Amerika Serikat.
Hyeon Nam terkejut mendengar itu.
Dong Eun : Aku membohongimu. Kau tak akan bisa makan malam dengan putrimu. Kau akan kehilangan Sun A. Namun, Sun A akan aman dari ayahnya yang penyiksa dan ibunya yang terlibat pembunuhan. Itulah kenyataan hal yang kita rencanakan.
Hyeon Nam mulai berkaca-kaca mendengar itu.
Dong Eun : Jika kau ingin berhenti, katakan sekarang.
Yeon Jin sudah berada di depan apartemen Dong Eun.
Yeon Jin bicara dengan Kepala Shin di telepon.
Yeon Jin : Benarkah ini alamatnya? Alamat Dong Eun saat ini?
Kepala Shin : Ya. Dia beri alamat baru sebelum pindah ke pekerjaan baru. Kenapa?
Yeon Jin : Kau yakin ini tempatnya? Jalang itu tinggal…
Yeon Jin menatap ke arah rumahnya.
Yeon Jin : … tepat di depan rumahku.
Do Yeong di depan toserba tempat dia dan Dong Eun bertemu.
Do Yeong kemudian menghubungi seketarisnya.
Do Yeong : Aku ada masalah pribadi. Batalkan semua rencanaku untuk akhir pekan, Senin, Selasa. Kirim pesan jika ada hal mendesak.
Setelah itu, dia menghubungi Dong Eun.
Do Yeong : Kau di mana? Kita harus bertemu.
Mereka bertemu di Taman Go.
Dong Eun : Aku bisa menang berapa per rumah?
Namun Dong Eun melihat Do Yeong diam saja menatapnya. Dong Eun paham.
Dong Eun : Kau pasti punya banyak pertanyaan. Silakan.
Do Yeong melihat pakaian Dong Eun.
Do Yeong : Kau tak kedinginan pakai itu?
Dong Eun : Kupikir kau akan bertanya apa aku sengaja mendekatimu.
Do Yeong : Aku ingin jadi tak terduga sekali ini. Kau mau apa jika tak kutelepon?
Dong Eun : Buat pertemuan orang tua-guru.
Do Yeong : Kalau aku mengajukan keluhan? Itu sekolah swasta, dan aku cukup berpengaruh.
Dong Eun : Aku tahu. Sebenarnya pengaruhmu yang kuandalkan.
Do Yeong : Ada pengacara yang mengajariku cara bermain Go. Orang itu bilang aku terlahir memegang batu hitam. Jadi, aku selalu unggul. Selalu mudah bagiku. Namun, pertandingan ini… sulit. Aku punya banyak pertanyaan untukmu dan Yeon Jin. Namun, aku mau mendengarkan penjelasanmu dahulu.
Dong Eun : Kenapa?
Do Yeong : Tampaknya kau merasa bahwa dirimu korban.
Yeon Jin menatap kediamannya dari balkon apartemen Dong Eun.
Dia tersenyum creepy.
Yeon Jin : Kau di sini?
Setelah itu, Yeon Jin membawa tukang kunci ke depan unit Dong Eun. Dia memberikan tukang kunci itu sejumlah uang.
Yeon Jin : Berapa lama untuk membukanya?
Tukang kunci : Namun, ini ilegal.
Yeon Jin : Jika ini legal, aku tak akan membayarmu sebanyak ini.
Tukang kunci : Omong-omong, bukankah kau penyiar cuaca? Park Yeon Jin?
Yeon Jin : Jika benar, apa itu mengubah apa pun?
Tukang kunci menerima uang Yeon Jin dan mulai membobok apartemen Dong Eun.
Yeo Jeong ke kamar mayat bersama rekannya.
Yeo Jeong : Buka pintunya dan tunggu disini.
Yeo Jeong masuk. Dia melihat lemarinya So Hee tapi jasad So Hee sudah tak ada di sana.
Kembali ke Dong Eun dan Do Yeong.
Do Yeong : Kau dan Yeon Jin satu sekolah. Kau sengaja mendekatiku?
Dong Eun : Ya.
Do Yeong : Apa kau juga sengaja belajar bermain Go?
Dong Eun : Awalnya begitu, tetapi aku jadi suka. Karena pada dasarnya, inti Go adalah membangun rumah. Aku bermimpi jadi arsitek saat SMA, tetapi tak kuteruskan.
Do Yeong menunjukkan foto mereka saat mereka di toserba.
Do Yeong : Kau mengirim foto ini?
Dong Eun : Aku memilih fotomu yang bagus.
Do Yeong : Sepertinya tidak. Kau tinggal di mana? Jika sengaja mendekatiku, rumahmu pasti sangat dekat. Aku siap untuk tahu.
Dong Eun : Aku tahu ini dari pengalaman, tetapi meski kau siap pun, kekerasan semacam ini akan sangat menyakitkan.
Yeon Jin masuk ke apartemen Dong Eun. Dia terkejut melihat foto2nya, teman2nya, keluarganya dan koneksinya di dinding apartemen Dong Eun.
Yeon Jin marah, aku salah. Seharusnya aku tak merundung jalang itu. Seharusnya kubunuh dia saat itu.
Yeon Jin menyalakan rokoknya.
Tak lama, pintu terbuka. Yeon Jin tersenyum sadis sambil menoleh ke belakang tapi senyumnya seketika hilang.
Dong Eun di rumah Yeo Jeong.
Yang masuk ke rumah Dong Eun ternyata Do Yeong.
Yeon Jin kaget setengah mati melihat Do Yeong yang datang.
TAMAT!!
Sampai jumpa di season kedua ya guys… ‘The Glory 2’ tayang Bulan Maret tapi tanggal pastinya belum tahu. Di season kedua nanti, balas dendam Dong Eun akan semakin menyenangkan.