Tentangsinopsis.com – Sinopsis The Interest of Love Episode 16 Part 2 , Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. Episode sebelumnya HERE.
Pegawainya suyeong menanyakan kan makna nama dari kafe mereka. Itu karen Sangsu yang tanya dan dia jadi penasaran juga. Suyeong bilang tak begitu penting.
Waktu itu di jembatan kaca Suyeong diam diam memotret Sangsu.
Sangsu akhirnya melihat dokumen pinjaman Suyeong. Sangsu datang ke kafenya tapi sudah tutup. Suyeong minum sambil mengenang Sangsu. Sangsu melihat kontak suyeong dna ingin meneleponnya.
Tapi terimgat pertamyaan Gyeongpil mengapa tak mencarinya? Apa tak mungkin mencarinya meski dia tak menghubungimu? Sangsu ke tempatnya sesekali. Tapi dia tak ada. Dan merasa Suyeong tak mau dia terus mencarinya. Gyeongpil pikir sangsu yang tak yakin. Mungkin suyeong ingin menghilang darinya tapi mungkin sangsu yng menyerah. Sangsu tak yakin menyerah atau tidak.
Sangsu akhirnya menemui Suyeong untuk mengurus pinjamannya. Kau di sini? Suyeong cuma senyum. – Apa ini kafe? – Ya. Kau juga bisa melukis di sini. Sangsu mengatakan mereka memerlukan dokumen tambahan. Surat pembayaran sewa dan sertifikat PPN. Suyeong terlihat canggung. Sangsu akan kembali untuk pemeriksaan lain kali. Keduanya jadi canggung. Suyeong menawarinya kopi. Sangsu memotret ruangan kafe untuk laporan.
Suyeong pikir dia sama sekali tak berubah. Dan tanya kabarnya. Suyeong bilang mencoba untuk bahagia. Sangsu diam. Bagaimana denganmu? Kudengar kau sudha jadi asistem manajer. Sangsu juga mencoba untuk bahagia. Kenapa menamakan kafe ini “ Kebahagiaan Masa Depan”? Suyeong bilang tak apa apa. Tapi aku juga ingin meraihnya. Kebahagiaan masa depanku. Lalu Sangsu pamit.
Suyeong mengunjungi Ny Seo yang habis melahirkan. Dan membawakannya bonek ulat populer. Suyeong juga membawakan pesanannya kopi tanpa kafein. Ny Seo sangat senang dan meminumnya. Lalu tanya soal suyeong yang ambil pinjaman di cabang Yeomnam. Kau sudah tahu kn Tn Ha di sana. Kata Suyeong – Apa kalian bertemu. Bagaimana?
Perasaanku biasa saja. Kata Suyeong. – Lalu kenapa kau terus bersembunyi selama ini? Suyeong bukankah kau bisa lebih santai sekarang? Waktu berlalu cepat. Kini kau melakukan yang kau mU dan menghasilkan uang. – Jadi kau ingin aku menjalin hubungan dengannya?
Tanya Suyeong. – Maksudku aku tak menyuruhmu mengencani seseorang yang tak kau sukai. Tapi orang yang ditakdirkan bersama akhirnya akna bersatu. Tak mesti dia. Aku Cuma ingin kau berhenti memendam perasaan. Suyeong tersenyum.
Jonghyeon sedang di dalam mobil bersama rekannya. Temannya menyarankan mengganti jam tangannya karena dia sudah naik gaji. Jonghyeon pikir masih berfungsi dengan baik. Meski layarnya retak tak ingin menggantinya.
Suyeong mau menyeberang dan melihat Jonghyeon di jalan. Suyeong hanya lewat di belakangnya lalu ke depan dan tersenyum padanya. Suyeong pergi. Jonghyeon ingat janjinya bahwa suyeong orang yang diberinya hormat jika dia jadi polisi.
Migyeong olahraga lari di malam hari dan kembali menemukan koin. Migyeong teringat Sangsu. Migyeong membelikannya minuman ringan dan kini tak sedih lagi.
Sangsu melihat Suyeong merokok. Dan tanya kenapa dia merokok. Suyeong pikir dia juga merokok. Sangsu bilang sudah berhenti. Kapan? – Sudah lama. Suyeong pikir dia kan berumur panjang.
Sangsu menyerahkan dokumen yang diperlukan Suyeong. Lalu mau pergi. Tapi dia ingin melukis dulu. Sangsu melukis laut. Lalu Sangsu pamit. Suyeong membungkus lukisannya. Suyeong bilang senang melihatnya lagi. Sangsu juga. Semoga kau hidup bahagia. Aku sungguh akan pergi sekarang. Suyeong termangu kemudian.
Suyeong ada janji makan babi potong sama Sangsu. Mereka melewati gerbang depan padahal restorannya dibelakang. Sangsu pikir tempat parkirnya dekat gerbang depan. Suyeong jadi penasaran apa benar itu kampusnya. Sudah empat tahun tempat itu tak berubah. Sangsu pikir masih sama seperti waktu dia kuliah. Waktu serasa berhenti saat kita belajar. Masih sama.
Omong omong rasanya aneh bersamamu di sini. Kata suyeong. – Aku juga. – Kita akhirnya makan babi potong yang begitu kau banggakan. – Kenapa kau tak balik menghubungiku? – Kenapa kau tak mencari ku? Katamu kau selalu memikirkan ku. – Aku memang mencari mu. Aku kembali ke Tongyeong seminggu setelah kita berpisah. Tapi Tongyeong lebih besar dari yang kukira. Jadi maukah kau memberitahuku alasanmu melakukannya?
-Karena…tak ada lagi yang bisa diberi. Dan tak ada lagi yang bisa diterima. Apa kau pernah membayangkan apa jadinya jika kau mengambil keputusan yang berbeda? Yang cintanya lebih dalam tak berlama lama memikirkannya.
Cuma yang kabur yang menyesal. – kini kau membicarakan hal semacam ini. – Waktu berlalu cepat. Itu biasa. – Dulu kau menangis kejer karena sangat menyukaiku. -Apa? Tak begitu. Itu berlebihan. Setelah kau pergi…aku bertanya tanya setiap hari. Apa jadinya jika aku tak ragu saat itu? “Andai aku tak berbalik”
“Apa jadinya jika kau jujur” apa jadinya jika aku melarang mu kabur lagi? Apa jadinya jika aku memintamu ikut?” Bagaimana denganmu?
Aku kadang bertanya tanya. Kata suyeong. Seandainya Sangsu tidak ragu datang hari itu. “Apa jadinya jika kutunggu lebih lama?” Andai aku menepati janji hari itu di hotel. “ Sebenarnya aku dan Jonghyeon tidak pacaran” “apa jadinya jika aku jujur?” kau bertanya padaku di lembaga pelatihan.apa situasinya akan berbeda jika kau datang hari itu. Aku menyesal tidak berkata jujur. “Apa jadinya jika kubilang aku juga menyukaimu?” Seandainya hari itu saat Suyeong mengajak kembali ke seoul bersama.
“Dan jika aku ingin bersamamu?” Semua itu masa lalu. Itu sebabnya aku memikirkan kemungkinannya. -Kalau begitu situasinya berubah seperti apa? Tanya Sangsu. – Kita mungkin sudah menikah. Punya anak. Bertengkar sesekali. – Benar. – Kita menjadi orangtua yang bekerja, jadi kita merebutkan berbagai hal seperti siapa yang antar anak.
Itu bisa berujung pada perceraian. – Kau selalu membayangkan yang terburuk. Kita mungkin hidup bahagia selamanya. -Bisa jadi. Bahkan dalam bayangan kita tak ada yang begitu spesial. – Bukankah itu cinta? Dua orang menjalani keseharian bersama.
Kami pernah menjadi bagian dari hidup masing masing. Kami jatuh cinta. Hati kami berdebar. Kami bodoh. Semua momen yang kami sesali membuat kami lebih saling merindukan. Pada masa itu… Apa kami…benar benar jatuh cinta..atau dibutakan hasrat?
Apa yang kau lupakan? Kau bilang ini bukit lupa. Jadi aku penasaran apa yang kau lupakan. – Tak ada. Sama sekali tak ada. Sangsu dan suyeong saling tersenyum. Lalu mendaki bukit lupa.