Tentangsinopsis.com – Sinopsis You Are My Spring Episode 1 Part 1. Untuk tahu daftar lengkap selengkapnya ada di tulisan ini.
Gelap. Seseorang jalan. Perlahan mulai jelas. Youngdo. Ia seperti mrnatap ke seseorang. Dajung. Saat aku berlari ke sana, dia nggak di sana. Dia…nggak ada di mana pun. Dia nggak pernah ada…sejak awal.
Sebuah mobil sedang parkir. Mendadak seseorang jatuh dari atas. Dih kaget. Darah mengucur. Seekor kucing hitam datang dan menyaksikan semuanya.
DESEMBER 1994, SEOUL
Salju turun. Seekor kucing hitam berada di luar.
Sejak dahulu, cerita mereka sudah dimulai di daerah yang terlihat damai ini. Anak itu nggak mendapat hadiah lagi pada Natal tahun lalu, tetapi dia pikir itu karena dia menangis saat sedang menguap. Anak itu percaya Sinterklas.
Dajung menghias pohon sama adiknya Taejung tapi bukan pohon natal. Setelah selesai mereka lalu masuk kamar. Ayah pulang.
Ayah anak itu selalu berpikir dirinya payah, padahal orang lain nggak berpikir begitu. Namun, dia nggak tahu itu, dan minum alkohol setiap hari.
Ibu mau belanja. Dia memilih tomat. Apa telur. Tapi karena nggak punya uang sebanyak itu akhirnya ia hanya membeli kecap. Ibu lalu dikasih dua telur sama penjualnya.
Inilah ibu dari anak itu. Semua orang di daerah itu sudah tahu apa yang dia alami. Namun, ada hal yang lebih penting daripada harga diri baginya.
Dajung datang ke taman karena ada pembagian roti gratis. Tapi saat ia minta pada para biarawati malah dikasih buku. Buku memberikan sesuatu yang lebih bagus daripada roti. Buku bisa mengisi kekosongan jiwamu. Tuhan akan menyelamatkan kita dengan firman-Nya. Begitu kata mereka. Dajung pun dikasih satu buku.
Taejung memanggilnya dan menanyakan rotinya. Dajung menghampirinya dan menjatuhkan bukunya. Mereka berbohong. Dan Sinterklas berkata apa? Kenapa nggak datang ke rumah kita? Tanya Taejung. Dajung bohong. Dia sudah datang, tetapi…Dia sakit perut, jadi, harus buang air. Kamu bisa menahan buang air? Taejung menggeleng.
Di dekat mereka ada anak laki-laki yang memperhatikan keduanya. Anak itu mengambil buku Dajung dan mengembalikannya. Ia juga mengelus kepala Dajung sambil senyum penuh kasih sayang.
Dajung merasa malu dan menarik adiknya pergi dari sana. Taejung yang polos malah menanyakan kenapa wajah nunanya memerah seperti berdarah? Dajung menyuruhnya diam dan terus menariknya.
Keduanya sampai rumah. Taejung langsung masuk kamar sedang Dajung menghampiri ibunya yang sedang nyobek-nyobek buku. Ibu. Apa maksudnya putri duyung menjadi buih? Ibu melihat buku yang Dajung bawa. Putri Duyung.
Ada seorang putri raja yang tergila-gila kepada pria nggak dikenal. Dia membuang keluarganya, dan pergi ke dunia lain, untuk menderita secara fisik dan batin. Dan setelah dia tersiksa… . Setelah dia tersiksa, dia mati.
Dajung pun kembali ke taman dan menukar bukunya. Pangeran Bahagia. Ia lalu pulang dan menanyakannya pada ibu.
Ibu memasang mata boneka anjing. Burung mencungkil mata kiri pangeran itu, dan memberikannya kepada pengemis. Esok harinya, dia mencungkil mata kanannya dan membagikannya kepada pengemis lain. Setelah itu, burung itu mati di jalanan. Burung itu mati.
Dajung minta ganti buku lagi. Putri Salju. Kali ini ibu sedang mengupas bawang. Kayaknya ibu kerja paruh waktu. Memasang mata anjing, mengupas bawang. Dia memakan apel dari orang yang nggak dikenal. Lalu, dia mati. Para kurcaci menangis karena nggak mau Putri Salju mati.
Dajung mengganti bukunya lagi. Peri dan Penebang Pohon. Ibu menjelaskan isi buku itu sambil mencuci. Peri b#doh itu membuka bajunya dan mandi di suatu sungai. Lalu, ada seseorang yang mencuri bajunya, dan membuat kesepakatan.
Dajung mengganti bukunya lagi. Kucing Hitam. Kali ini ibu mengupas telur sambil menggendong Taejung. Seorang pria jahat membunuh istrinya, dan menguburnya dengan semen di tembok. Jadi, nggak ada yang tahu. Namun, kucing hitam yang juga terkubur di tembok terus mengeong saat polisi tiba. Akhirnya, pria itu ditangkap.
Dajung tersenyum. Ibu lalu menyuapinya telur sebelum ia sempat nanya lagi.
Begitu. Anak itu membaca buku Kucing Hitam berulang kali. Karena dari seluruh kisah yang dia temukan di dunia, kisah itu yang paling menenteramkan.
Mendadak ayah pulang. Seperti sudah kebiasaan. Dajung langsung bangun dan mengunci pintu. Sementara itu ayah di luar ngamuk-ngamuk sampai banting-banting barang. Semuanya berantakan. Ayah mau menemui anak-anaknya tapi ibu menghalanginya dan berusaha untuk mrngudir ayah. Ibu meminta agar ayah nggak mengusik anak-anak atau kalo enggai ia akan membunuhnya.
Dajung menggendong adiknya yang terbangun dan membawanya pergi dari sana.
Dajung membacakan cerita itu untuk Taejung sebelum tidur. Karena adiknya nggak bisa membaca, dan anak-anak cenderung suka mendramatisasi cerita, dia membacakan buku Kucing Hitam secara berbeda tiap hari di kamar itu.
Dahulu kala, ada seorang anak. Ternyata ayahnya bukan ayah kandungnya. Ayah kandungnya adalah tetangganya. Setelah itu, mereka hidup dengan bahagia. Selesai.
Taejung kayak nggak puas dengan akhirnya. Dajung membuka bukunya lagi dan kembaki bercerita. Dahulu kala, ada seorang anak. Ternyata rumah di samping rumahnya adalah rumahnya. Setelah itu, mereka hidup dengan bahagia. Selesai.
Bacakan buku yang lain. Buku yang ada tokoh pangeran. Pinta Taejung. Dajung betisaha menjelaskan apa yang ia dapat dari ibu. Kalo menyukai pangeran dan putri raja, apa kamu tahu akan bagaimana? Kamu bisa menjadi buih, atau tertusuk jarum. Kamu bisa mati karena diracun, matamu diambil, dan bajumu dicuri.
Taejung nggak percaya dan bilang kalo nuna bohong. Dajung ngasih tahu kalo ibu yang bilang.
Saat Dajung pulang membawa buku Putri Duyung, ibu yang sedang menyobek buku sastranya nggak sengaja menjatuhkan fotonya semasa masih muda.
Menjadi buih sama artinya…dengan memilih untuk menghilang setelah berjuang sekuat tenaga mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Nggak ada yang gratis di dunia ini. Lidah dipotong setelah diberi kaki. Namun, saat menjalani hidup…
Ibu mengambil foto itu dan teringat saat ayah mengambil fotonya. “Aku, Natasha, dan Keledai Putih.” Oleh Baek Seok. “Karena aku yang miskin mencintai Natasha yang cantik, malam ini, salju turun dengan deras.”
Saat menjalani hidup, terkadang kamu terbuai akan hal yang seharusnya tak dilakukan.
Ibu melihat foto wisuda ayah. Karena hal itu memesona, menawan, dan membuatmu bahagia, kamu melakukan apa pun untuk mendapatkannya.
Ibu membereskan rumah yang berantakan habis ayah ngamuk. Secara nggak sengaja tangannya terluka gegara terkena pecahan gelas.
Setelah terbuai hal itu, dan mempertaruhkan semua nyawamu untuk hal itu, pada saat nantinya diberikan pisau, yang bisa kamu tusuk hanya dirimu sendiri.
Ibu mengambil pisau dan menghampiri ayah yang sedang tidur.
Seperti makhluk kecil dan lemah lainnya, anak itu bermimpi, dan mencari tempat bersandar. Namun yang berbeda, anak itu nggak bermimpi menjadi putri raja, tetapi menjadi putri dari tetangga sebelah. Dia nggak menunggu Pangeran Berkuda Putih untuk menyelamatkannya, tetapi menunggu kucing hitam yang akan menangis untuknya saat dia ketakutan.
Ibu membangunkan Dajung dan menyuruhnya untuk memakai bajunya. Ketiganya pergi dari sana. Dajung jalan sendiri sedang Taejung digendong sama ibu.
Mereka naik bus. Dajung duduk si sebelah ibu yang memangku Taejung. Ia melihat tangan ibu terluka. Darah. Ia memaksa memejamkan tangannya. Nangis.
Anak itu berpikir dia berhasil kabur dari kesialan di umur tujuh tahun. Namun…
DESEMBER 2020, SEOUL
Dajung jalan mondar-mandir di bawah hujan. Ternyata ia sedang telponan. Aku sedang menuju ke sana. Harus ke kiri setelah turun bus, kan? Dari arah aku datang? Aku tahu. Aku hanya memastikan. Apa maksudmu? Aku sangat paham arah.
Dajung berada di atap sama Eunha. Kamu selalu tersesat. Kenapa ke sini saja tersesat? Bagaimana kamu ke kantor? Keluh Eunha. Dajung membantah. Aku nggak tersesat. Aku hanya melihat-lihat daerah baru.
Kamu sungguh akan tinggal di sini? Tanya Eunha. Aku akan segera teken kontrak. Kata Dajung yakin. Kenapa? Tak mau? Aku suka karena ini gedung baru. Rasanya seperti memiliki awal yang baru. Aku bertemu beberapa orang aneh selama ini.
Beberapa? Ulang Eunha. Kamu bahkan bisa ikut Olimpiade, dan dapat medali emas untuk pengumpulan sampah. Pencandu alkohol, tukang selingkuh, pria pembohong, dan pengemis uang pacar. Ungkit Eunha.
Itu semua kejadian lama. Kata Dajung. Itu masih dalam tahun ini. Eunha mengingatkan. Hanya akan ada hal baik di sini. Kau tahu firasatku bagus, ‘kan? Tanya Dajung. Eunha membantah. Firasatmu biasanya salah.
Dajung malah menurunkan payungnya. Menyenangkan sekali. Eunha menyuruhnya untuk memakai payungnya. Hujan hari ini kotor. Dajung malah makin menikmatinya. Ia menjatuhkan payungnya. Bau dari awal perjalanan baru!
Malamnya hujan petir. Di gedung. Seseorang jalan. Seseorang lain menikamnya. Berkali-kali. Seseorang itu lalu pergi meninggalkan gedung.
Paginya tempat itu dipasangi garis polisi. Orang-orang berkumpul dan wartawan meliput.
Aku sedang berada di Pungji-dong, lokasi terjadinya kasus pembunuhan. Gedung ini baru saja selesai direnovasi, dan hari ini, beberapa penyewa dijadwalkan pindah ke gedung ini. Karena gedung kosong pada waktu perkiraan terjadinya kasus, para polisi sedang memeriksa rekaman kamera pengawas dan kamera dasbor yang ada di sekitar lokasi.
Dajung yang harusnya juga pindah hari ini juga melihatnya.
Youngdo menyampaikan argumennya setelah melihat rekaman CCTV saat pelaku pembunuhan meninggalkan lokasi. Jika mayat diabaikan begitu saja, itu artinya pelakunya bingung. Namun, pengabaian kali ini malah terlihat bak bagian dari pembunuhan berlebihan. Pelaku mencekik korban, dan setelah dapat jawaban diinginkan, dia berlagak melepaskannya, lalu menusuk korban yang pergi dari belakang. Lalu, dia meninggalkan mayat itu agar semua melihat.
MUNGKINKAH PELAKUNYA SAKIT JIWA?
Bagian itu adalah hal yang sensitif. Nggak semua penderita penyakit mental berbuat lebih banyak kejahatan. Meskipun nggak punya gen MAO, atau besar di lingkungan nggak manusiawi, belum tentu orang itu berlaku antisosial. Jadi, kaitan penyakit mental dan lingkungan hidup dengan berbuat sebuah kejahatan itu sangat kecil. Pernyataan itu bisa menjadi hal yang mendiskriminasi.
Seseorang yang dilihatin wajahnya melihat video pernyataan Youngdo.
Youngdo duduk di tempatnya Jinbok dan membaca berkas kasus pembunuhan Lee Jeongbeom di Pungji-dong 2018. Lah orangnya datang dan mrniup telinganya. Astaga. Kenapa meniup telingaku? Keluh Youngdo. Kenapa melihatku begitu?
Kenapa masih bertanya? Kamu bukan polisi, tetapi tiba-tiba ke sini dan duduk di kursiku sesukamu sambil melihat berkas yang sama untuk ke-3.000 kalinya. Orang-orang bisa mengiramu orang gila, padahal kamu adalah dokter kejiwaan. Keluh Jinbok.
Itulah sebabnya. Sudah kubilang, para pasien yang kurawat nggak gila, mereka hanya sakit. Orang gila sesungguhnya berakhir di kantor polisi. Jawab Youngdo.
Detektif Park, berilah salam. Suruh Jinbok. Dia detektif baru. Katanya lagi. Park Ho bangkit dan memperkenalkan diri, begitu juga dengan Youngdo.
Dia adalah penasihat kami. Dia juga banyak membantu kami. Tambah Jinbok. Kamu sedang membaca apa lagi? Jika ada sesuatu, aku pasti sudah menghubungimu. Mungkin kau begini karena ingin balas budi atas jantungnya, tetapi aku seniornya. Dan aku masih belum menemukan pelakunya. Sesal Jinbok.
Youngdo menggenggam tangan Jinbok. Ada apa lagi? Keluh Jinbok. Youngdo meletakkan tangannya di dada kirinya. Rupanya berdetak baik. Jantung Jeong-beom…masih berdetak. Kata Jinbok penuh haru.
Makanan datang. Youngdo pamit. Jinbok menyuruhnya untuk makan dulu tapi Youngdo menolak. Dia harus membereskan barangnya. Kamu mau ke mana? Tanya Jinbok.
Klinikku pindah ke lantai tiga. Kamu tahu lokasi pembunuhan, Gedung Gugu? Tanya Youngdo. Jinbok memberitahu kalo itu kawasan mereka.
Youngdo menaiki tangga. Di depannya ada Dajung. Kau tiba hari ini, kan? Tanya Dajung mendadak. Yiubgdo kaget dan membenarkan. Nama? Tanya Dajung lagi. Ju Youngdo. Jawab Youngdo. Sudah berumur, kan? Tanya Dajung lagi. Belum begitu tua. Kata Youngdo. Karena merasa nggak nyaman ia pun menghentikan Dajung. Kamu siapa? Kenapa bicara santai?
Dajung masih terus ngomong. Aku akan bilang ke hotel di Busan. Namun, karena para orang tua suka kamar dengan penghangat, mungkin sulit mengubah kamarnya. Aku mau jjamppong. Naiklah.
Youngdo bingung. Ke mana? Dajung lalu melepas airpods nya. Hadeuh Youngdo malu banget sedangkan Dajung dengan santainya memakai airpods nya kembali dan pergi.
Bersambung…